19. Mencari Mantra

Sopinah tidak langsung berbalik. Telinganya mengidentifikasi suara tua yang memanggilnya sembari berpikir alasan apa yang paling baik ia kemukakan.

Dia pun berbalik perlahan. "Eh, Madam Monik. Kan tadi udah dibilangin kalau aku mau di sini sebentar lagi karena mau keliling. Aku kan belum pernah ke sini, jadi aku ke sini deh eheheh."

Sopinah teguh dengan alasan awal dia di sini bahwa ingin eksplorasi. Dan memang hanya itu jawaban yang bisa diterima oleh akal sehat. Namun, masih menjadi pertanyaan juga bagi Sopinah.

Dari awal, dia telah mengatakan kepada ratu dan lainnya bahwa ia ingin eksplorasi istana. Akan tetapi kenapa semua yang ditemuinya bertanya hal serupa?

"Oh iya, maaf lupa. Kamu mau lihat-lihat ruangannya aja atau mau cari buku spesifik? Mau novel? Komik? Atau teka-teki silang?"

"Aku mau lihat-lihat aja, Madam. Sambil buka-buka bacaan kali aja ada yang bagus."

Madam Monik mendekati Sopinah kemudian mengajarkan cara mencari buku dengan mudah. Caranya adalah dengan menepuk tangan dua kali sembari menyebutkan judul buku yang ingin dibaca. Dengan sendirinya, buku akan keluar dari rak.

Madam Monik memintanya mencoba. Sopinah berhasil memanggil buku komik yang dia sebut sekenanya.

"Gampang banget ya, Madam. Ehm ... kalau Madam mau istirahat, istirahat aja. Aku di sini sendiri nggak apa-apa. Lagian semua otomatis. Aku bisa sendiri."

"Kalau butuh bantuan, panggil aku atau Rosi ya."

Madam Monik segera pergi dari sana untuk mengecek seluruh ruangan sekali lagi baru setelah itu dia beristirahat. Sopinah sendiri di perpustakaan besar itu.

Emang gampang sih nyari buku. Masalahnya aku nggak tahu mantra itu ada di buku apa. Dan apa ada di buku atau enggak kira-kira? Jangan-jangan mantranya cuma diinget doang nggak ditulis di mana-mana. (Sopinah).

Ya, kehadiran Sopinah di perpustakaan masih spekulasi. Dia sendiri tidak tahu apakah mantra itu ditulis atau tidak. Ia hanya berkeyakinan bahwa buku adalah sumber ilmu yang mungkin akan memberi paling tidak petunjuk.

Sopinah berpikir keras tentang apa yang akan ia sebutkan. Dia menepukkan tangan dua kali kemudian menyebutkan 'buku mantra'. Tak disangka, sangat banyak buku dengan hard cover berwarna coklat dan hitam keluar dari rak.

Buku-buku itu mirip dengan buku mantra pada novel dan film Hari Potret. Lebih tepat disebut kitab. Tiba-tiba saja kepala Sopinah terasa pusing. Buku yang ia baca di dunia nyata belum ada apa-apanya dibanding buku-buku sebanyak ini.

Astoge, kalau nyari di kitab sebanyak ini gimana mau ketemu. Awww ... kok sakit sih kakiku. (Sopinah).

Kaki Sopinah terasa seperti dicubit. Dia memeriksa kakiknya siapa tahu ada semut-semut kecil yang berani mengganggu kegiatannya.

Tidak ada apa-apa di kakinya. Tapi nyeri kecil sepertinya gigitan semut terus berdatangan secara intens di kedua kakinya.

Kenapa kok rasanya kayak gini? Jangan-jangan ruangan ini dikasih mantra kalau ada penyusup, kakinya nyeri kayak gini. (Sopinah).

~

Rumah Sakit Keluarga Bahagia

Bu Eko dan Pak Eko belum berhasil membangunkan Sopinah. Perawat pun meminta bantuan kepada Bu Eko dan Pak Eko untuk lebih keras membangunkan Sopinah.

"Boleh minta tolong, Bu. Coba dicubit. Saya mau panggil dokter dulu," kata perawat.

Bu Eko menuruti permintaan sang perawat. Kebetulan ia sekalian ingin melampiaskan segala kesedihan dan kekhawatiran terhadap anaknya.

Ia mencubit kaki Sopinah bertubi-tubi dengan cubitan paling kecil yang ia bisa. "Pin, bangun. Pinah, bangun. Kita mau pulang. Kamu pingsan atau tidur sih? Atau pura-pura tidur karena betah di sini?"

Raga Sopinah bereaksi sedikit. Namun, itu tak cukup untuk membuat gadis itu membuka mata.

"Nah, nah, Pak, gerak nih. Tapi kok nggak bangun juga. Coba Bapak tabok!" pinta Bu Eko.

Pak Eko pun menabok seperti yang sehari-hari dia lakukan. "Pin, bangun, Pin!"

~

Perpustakaan

Sopinah merasakan kakinya lebih sakit dari sekedar seperti gigitan semut yang tadi ia rasakan. Kini dia merasa seperti ditabok.

"Awww ... kok sakit sih. Aku harus cepet!" Sopinah menutup mulutnya. Ia lupa sedang dalam penyelidikan senyap, malah mulutnya lepas kontrol.

"Siapa di situ?" tanya suara laki-laki di luar ruangan yang langsung masuk ke perpustakaan.

Waduh gimana ini kalau ketahuan. (Sopinah).

Dia pun menepuk kan tangan dan memanggil semua jenis buku. "Semua komik, semua novel."

50% dari keseluruhan jumlah buku di sana ambyur di hadapan Sopinah ketika penjaga masuk ke ruangan itu. Sembari tersenyum berpura-pura ceroboh, Sopinah melontarkan alibi. "Saya lagi baca-baca tapi semua malah kayak gini. Bisa bantu saya?"

"Oh, Sofi. Saya kira siapa. Sepertinya kamu salah pakai mantra perintah."

"Itu namanya mantra perintah ya?"

"Semua ucapan yang digunakan untuk mengubah atau memindahkan barang itu mantra perintah."

Sopinah menemukan celah bertanya kepada penjaga itu. "Jadi semua bisa dipindah pakai mantra perintah? Kalau buat buka pintu juga begitu? Tapi kok aku nggak pernah lihat yang di sini buka pintu pakai mantra?"

"Pakai mantra itu mengeluarkan banyak energi. Untuk menghemat, lebih baik secara manual."

Sopinah mengangguk. "Semua jenis pintu bisa ngebuka sendiri pakai mantra?"

Penjaga itu mengingat-ingat. "Semua jenis pintu biasa bisa pakai mantra biasa."

"Kalau yang nggak biasa, pakai mantra apa? Pintu yang nggak biasa itu apa aja?"

"Magic shield, portal biru, portal hitam. Itu semua pakai mantra khusus."

Sopinah tergugah. Apa yang dia cari disebutka juga oleh sang penjaga. Tunggu, portal hitam? Selama ini dia hanya selalu menengar portal biru. Dan dia pun baru tahu portal-portal itu bisa dibuka atau pun ditutup.

"Sofi mau baca buku yang mana? Yang lain akan saya kembalikan ke tempatnya."

"Saya juga bingung soalnya lagi milih-milih. Mendingan saya aja yang beresin, takut ngrepotin."

Sopinah segera mengambil beberapa komik dan novel sebagai kamuflase. Penjaga itu mengembalikan tumpukan buku yang sepertinya tidak akan disentuh oleh Sopinah.

Dia menepukkan tangannya dua kali untuk setiap buku dan menyebut posisi raknya yang telah tertera di pojok kanan atas setiap buku. "Novel 'Sang Priyayi' ke rak H 201, novel 'Emak Aku Pengen Kawin' ke rak G 314." (Dan seterusnya, gempor kalau disebut semua).

Wah di sini nggak capek ngembaliin buku, tapi capek tepuk-tepuk sama baca mantra perintah ya. Mendingan sih dari pada capek badan. Eh! Fokus! (Sopinah).

Mata Sopinah tertuju pada kitab mantra. Targetnya adalah saat penjaga itu telah mengembalikan novel dan komik ke rak, dia akan menyuruhnya pergi.

"Stop-stop, sisanya biar saya aja. Kayaknya gampang kok, saya pasti bisa. Kalau nggak bisa pun, saya kembaliin manual pake tangga."

"Baik. Kalau butuh bantuan bisa panggil saya."

~

Sopinah telah berada di hadapan setumpuk kitab mantra. Dia membuka sebuah kitab 'Mantra Umum' yang digunakan sehari-hari di Dreamland. Dia mencari bab membuka pintu tapi hanya pintu biasa yang ia temukan.

Akh kenapa nggak ketemu sih. Jangan putus asa, Sopinah, kitab lain masih banyak. (Sopinah).

Pada dua kitab lain, dia juga tidak menemukannya. Kitab keempat membuat Sopinah sumringah karena tajuk kitabnya 'Magic Shield'. []

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!