10. Dunia Lain

"Aku nggak marah kok, aku kan emang pembantu kalau di bahasamu. Kalau di bahasa kami istilahnya 'maid'."

Sebenarnya sama saja antar pembantu dengan 'maid' hanya berbeda asal bahasa saja. Esensinya pun sama yaitu melayani atau membantu.

"Oh, jadi kamu maid? Bosnya siapa?"

"Madam Monik. Itu dia," tunjuk Rosi ke arah Madam Monik yang melayang ke arah mereka.

Madam Monik yang tadinya terlihat menyeramkan kini berubah menjadi anggun. Tetap beruban tapi dengan baju dan penampilan yang anggun. Aromanya pun sangat wangi.

"Hai, Sofi," sapanya.

"Sopinah," ralat sang pemilik nama.

"Bukannya kamu lebih suka nama Sofi Sela dari pada Sopinah Selawati?"

"Iya sih, Madam. Tapi biasanya dimarahin sama ibu kalau aku minta dipanggil Sofi."

"Ahahahah, tenang aja, di sini nggak bakal ada yang marah. Kamu suka kan, Sofi?"

Sopinah menangguk senang. Selama ini memang dia ingin dianggil Sofi. Namun, orang tua dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak setiap kali mendengar Sopinah mengutarakan keinginannya.

Madam Monik membiarkan Rosi dan Sopinah melayang melihat-lihat sekitar. Bagian depan berbentuk melengkung dengan bagian atas berbentuk kubah. Memasuki ruang depan kerajaan besar itu, dia melihat ukiran-ukiran yang indah di setiap sudut ruangan pada tiang, handle pintu, daun pintu, semuanya.

Dia menengadah melihat plafon tinggi yang tersemat ukiran-ukiran.

"Ruangan ini namanya Rotunda Dome. Bentuk melingkar kayak kubah, plafon atas banyak ukiran-ukirannya," papar Rosi.

Sopinah menjalankan hobinya saat terkesima yaitu membuka mulutnya kira-kira 3 cm.

"Bangunannya mirip US Capitol yang ada di America."

Sopinah mengangguk kecil.

Melewatinya serombongan laki-laki berbusana rapi. Rosi menjelaskan bahwa itu adalah para maid laki-laki. Doppelganger mereka di dunia nyata adalah perawat laki-laki.

Di sini, tak ada yang pucat. Semua tampan menawan dan beraroma wangi menyegarkan. Wajah mereka dihiasi senyum kecil yang menambah kesan ramah.

"Sofi, kita ke garden yuk."

"Garden?"

Rosi menggandeng tangan Sopinah untuk mengikutinya lebih ke bangunan dalam. Setelah mencapai ke paling belakang, mereka keluar ke halaman belakang.

Di sana terdapat sebuah taman indah dengan bunga berwarna-warni. Bentuknya pun sangat beraneka ragam. Di tengah terdapat sebuah kolam dengan air berwarna biru berkilauan.

Ini adalah taman terindah yang pernah Sopinah temui. Selama ini, taman yang ia lihat hanyalah alun-alun Wanasadri, tempat ayah ibunya berjualan. Itu pun hanya terdapat dua pohon beringin besar.

Sopinah sering melihat anak-anak bermain ayunan dan perosotan di sana, tapi lebih banyak melihat wajah-wajah kekecewaan. Alat bermain di alun-alun Wanasadri sudah karatan dengan banyak baut yang kendor.

Area pasir sudah terdapat banyak kotoran kucing dan anjing yang tidak dibersihkan. Sudah dapat dibayangkan bagaimana aromanya.

Sedangkan yang berada di depan mata Sopinah saat ini sungguh kontras. Aroma bunganya pun bukan bunga bangkai, tapi bunga-bungaan yang wanginya sering dijadikan parfum. Wangi parfum si nyong-nyong tidak termasuk.

Uniknya, jika di bagian depan Rotunda Dome musimnya adalah salju tipis, di taman belakang tidak ada salju. Cuaca di taman itu terang berangin sepoy-sepoy.

"Taman ini desainnya persis Dubai Miracle Garden."

"Wow. Aku belum pernah ke Dubai jadi sama sekali nggak tahu."

Seorang maid pria mendekati Sopinah dan Rosi. Dia membawa salad buah yang disajikan di atas piring berwarna perak yang cantik dan elegan.

Rosi mengambil satu untuknya dan satu untuk Sopinah. Maid pria itu juga meletakkan sebuah nampan perak berisi buah segar lain. Meski awalnya ragu untuk memakan buah yang disinyalir jadi-jadian itu, Sopinah ngiler juga melihat Rosi sangat lahap memakan salad.

"Wuih enak banget! Dan ini pake yogurt bukan mayones, ini salad asli!" pekik Sopinah.

Mereka melihat pemandangan sembari duduk di pinggir kolam dengan dikelilingi bunga-bunga indah. Mulut mereka pun tak henti melahap buah-buah segar. Sungguh idaman!

Selesai degan salad buah, Rosi mempersilakan Sopinah untuk menikmati buah melon yang warnanya kuning kemerahan. Sopinah sering memakan buah melon, dia tidak begitu berminat.

"Cobain nih, namanya melon Yubari King, melon dari Jepang."

Sopinah memakan buah itu. "Wow, yang ini beda sama melon biasa. Enak banget!"

Dari kejauhan, mereka melihat Dani (doppleganger Dokter Daniel) sedang melayang dari luar menuju ke dalam bangunan kerajaan. Pakaiannya berbeda dengan maid laki-laki yang ditemui Sopinah.

"Itu Dani, kan? Kok bajunya beda sama yang ini tadi?"

"Itu karena dia bukan maid. Dia itu knight. Lebih tinggi dari kami. Sibuk banget dia."

"Eh, kamarku yang ada di rumah sakit, kalau di sini di mana?"

~

Rosi dan Sopinah berada di dalam bangunan kerajaan. Menuruti keinginan sang tamu, Rosi mengantar Sopinah menuju kamarnya.

Arahnya tak jauh berbeda dengan saat berada di alam nyata, tampilannya saja yang berbeda. Sampailah mereka di sebuah kamar yang megah dan cantik.

Benar apa yang dikatakan oleh Rosi tempo hari bahwa semua kamar di sana indah meski bukan VIP. Hanya masalah persepsi. Namun, ruangan indah itu saat ini kosong. Sopinah tak melihat raganya mau pun orang tua yang sedang menungguinya.

"Lhoh, ragaku mana? Bapak ibuku mana?"

"Lha itu! Oh maaf, kamu nggak bisa lihat. Aku sih bisa."

"Terus nanti gimana aku pulang kalau aku nggak bisa lihat badanku?"

"Tenang, aja. Kamu tinggal lewat portal biru. Lagian kalau waktunya bangun, kamu bakal tersedot sendiri kok. Nggak perlu bingung."

Sopinah baru ingat bahwa dia akan terseret dengan sendirinya jika sudah waktunya bangun.

Sebuah lonceng berbunyi nyaring, tapi sama sekali tak menyakiti telinga.

"Waktunya makan! Ayok kita makan! Menu hari ini pot roast."

"Makan lagi? Tadi kan udah makan buah."

Rosi tak mmedulikan protes Sopinah dan segera menarik tangan tamunya untuk bergabung di sebuah ruang makan yang mewah. Saat memasuki ruangan, aroma lezat sudah menguar, menggugah selera makan.

"Aku nggak apa-apa makan di sini?" bisik Sopinah.

"Nggak apa-apa lah, tuh ada Madam Monik sama yang lain juga."

Tanpa ragu, Sopinah turut duduk di meja makan besar yang berbentuk oval memanjang. Sudah tersaji di hadapannya sepiring pot roast dan segelas minuman berwarna merah merona.

Sopinah mencicipi minuman yang ternyata adalah jus campuran bermacam-macam buah. "Eeeyyymmm, enak banget."

"Cobain pot roast-nya, itu juga enak banget. Favoritku."

Seiring semua yang berada di ruangan itu mulai makan, harpa dan piano berbunyi dengan sendirinya. Alunan musik yang indah menambah kelezatan setiap gigitan makanan.

Baru separuh menikmati hidangan, kaki Sopinah terasa berat.

"Kok kakiku berat, Ros?"

"Nggak tahu. Apa udah waktunya bangun? Tapi baru jam segini kok," jawab Rosi sembari melihat jam.

"Aduh, kok ketarik gini. Makananku belum abis nih, minumannya juga."

Rosi membantu Sopinah untuk meminum seteguk lagi agar tenggorokannya tidak seret.

"Kalau kamu ke sini lagi, kamu bisa makan ini lagi sepuasnya atau makanan yang lain kok. Kamu mau ke sini lagi, kan?"

"Iya, mau! Bye Rosi!"

Sopinah melayang mundur.

Selama melayang, ia menemui banyak penduduk kerajaan itu yang sedang melakukan kegiatan. Seorang laki-laki tampan tersenyum kepadanya membuat hati Sopinah turut melayang seperti jiwanya. Sayang sekali dengan kecepatan tinggi, dia hanya dapat menatap lelaki itu sepintas.

Tidak seperti saat dioperasi yang dapat langsung masuk ke raga, kali ini jiwa Sopinah harus melalui portal biru dahulu lalu baru tersedot ke raganya.

"Pin ... Pinah, udah jam 6 pagi. Mau dimandiin dulu. Pin, bangun." []

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

hayo lah Pin ..bangun pagi aja susyah ,gmn mo bngun rumah tangga /Scowl//Scowl//Scowl/

2023-10-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!