13. Ratu Dreamland

"Temen-temenmu baik-baik semua ya pada nengokin jauh-jauh ke sini," kata Bu Eko.

Sopinah meringis saja mendengar pujian yang ditujukan pada teman-temannya yang sekarang melancong ke mall di kota itu. "Iya, emang buaik."

Bu Eko menyelimuti Sopinah. "Sekarang tidur siang aja biar cepet sembuh. Nanti kalau makan siang sama obat udah datang, Ibu bangunin."

Gadis itu memejamkan mata. Tak butuh waktu lama dia telah ada di alam tidurnya. Seperti biasa jiwa astralnya keluar dari tubuh. Sejak berada di rumah sakit itu, jiwanya sangat mudah lepas dari raga.

Sopinah memandangi raganya yang dadanya kembang kempis karena kegiatan bernapas.

"Syukur banget Sopinah bisa dioperasi dan dirawat di sini ya, Bu."

"Iya, Pak. Paling syukur itu karena dia ditabrak orang. Kalau enggak, kita harus biayain operasi usus buntu dia. Walau pake asuransi negara, tetep aja nggak bisa sebaik ini. Pasti di kelas 3 nggak di kelas 1 kayak gini."

"Iya ya, Bu. Untung dia kena tabrak."

Pembicaraan antara orang tua didengar oleh jiwa astral Sopinah dengan amat sangat jelas membuat gadis itu kesal. Tapi ya ada benarnya kata-kata sang ayah ibu.

Sopinah meninggalkan kamar. Namun, anehnya, dia merasakan lajunya melayang lambat, tidak selancar semalam. Dia mengintip ke sana ke mari untuk menemukan sahabat baru sekaligus pemandunya.

Tak ada siapa-siapa di sana. Karena belum menemukan yang ia cari, Sopinah pun melayang-layang melihat-lihat keadaan sekitar.

"Oh, aku mau lihat Dokter Frans."

Seorang lelaki dewasa yang menarik itu membuat Sopinah penasaran. Terutama karena dia gemar membantu siapa pun di rumah sakit yang butuh bantuan. Bahkan, dia mau membantu seorang office boy sekali pun.

Target telah dia lihat. Saat itu, Frans terlihat sangat lesu. Ingin sekali Sopinah memijitnya. Tapi di alam nyata, pasti dia disentil oleh sang ibu. Di alam astral, dia tidak bisa memegangnya sama sekali.

Sopinah membuntuti Frans yang sepertinya sudah kelelahan. Namun, permintaan bantuan kepadanya terus saja datang bertubit-tubi membuat wajah tampannya benar-benar flat tanpa senyum sama sekali.

Dokter itu meminta izin untuk ke toilet. Sopinah mengikuti dari belakang.

"Aku masuk nggak ya? Ikh, kok jadi otak kotor gini sih? Jangan lah! Eh, tapi aku nguping dulu deh kira-kira dia ngapain."

Sopinah menajamkan telinganya untuk mendengar Frans di dalam sana. Tak ada suara apa pun, tak ada guyuran air atau suara benda tercemplung.

"Harusnya ada suara, kan? Ini nggak ada kok. Masuk akh."

Frans sedang melihat dirinya di cermin. Sopinah sempat takut bayangannya terlihat. Ternyata tidak sama sekali. Dia leluasa menyaksikan lelaki dewasa sedang di toilet.

"Aku nekat banget, hahaha biarin. Berarti si Rosi bebas nontonin orang ke toilet ya. Weleh-weleh, udah berapa ribu orang dia lihat?"

Dokter Frans masih diam sembari melihat pantulan wajahnya di kaca. Tak lama, dia berteriak, "Aaarrrggghhh."

Sopinah sedikit melompat tinggi karena kaget. Dokter itu terlihat sangat frustasi. Dia kemudian keluar dari toilet dengan wajah yang masih datar.

"Kok gitu ya? Serem amat sih dokter ini. Akh, udah deh mendingan aku ke alam sebelah."

Sopinah menuju gerbang depan untuk melewati portal biru. Seperti biasa, dia disambut dengan bagian depan kerajaan yang bersalju tipis. Namun, ada yang berbeda.

"Lhoh, kok malem?"

Dia memasuki Rotunda Dome dengan laju yang berat. Tidak ada orang di sana. Tidak ada yang bersliweran. Namun, ada 1 penjaga yang berada di sana mendekati Sopinah.

"Selamat datang di Dreamland. Ada kepentingan apa dan siapa nama Anda?"

"Sa--saya Sop-- Sofi. Saya Sofi. Saya mau ketemu Rosi."

Penjaga itu mengernyit. "Pada jam ini, semua sedang istirahat."

Sopinah agak kecewa, tapi juga menjadikannya sedikit mengerti bahwa dunia ini bernama Dreamland, dan berlaku terbalik dengan dunia nyata dan dunia astral setengah nyata.

"Saya boleh di sini, kan?"

"Mohon maaf, jika tidak ada kepentingan, Anda bisa meninggalkan Dreamland lalu kembali lagi nanti."

Dia keluar dari Rotunda Dome menuju ke portal biru. Dia menghentikan laju. Bukan Sopinah namanya kalau tidak rebel alias membangkang.

Dia berbalik, mengintai sang penjaga yang kini dalam mode siap dengan pandangan ke depan. Perlahan-lahan Sopinah menjauh. Salah satu keuntungan menjadi jiwa astral adalah tidak perlu mengkhawatirkan suara langkah kaki.

Penjaga sedikit lengah, Sopinah melayang mengitari istana hingga sampai di taman belakang replika Dubai Miracle Garden. Dia pun berkeliaran untuk melihat-lihat. Ada banyak Tempat yang belum ia kunjungi terutama di bagian lantai atas.

Kalau dari depan pasti ada penjaganya, mending dari luar aja terus ke atas. Ide bagus, Sofi Sela. (Sopinah).

Dia pikir sudah cukup pintar mengatur strategi tapi dia lupa bahwa badannya terasa berat sehingga agak berat untuk melayang terbang. Semakin ke atas semakin berat.

Ternyata di Dreamland ada gravitasi juga meski tetap bisa terbang. Sopinah sempat mengira tempat itu anti gravitasi sama sekali.

Tibalah ia di sebuah jendela yang ukirannya lebih indah dari yang lain. Disinyalir isi di dalamnya lebih mewah dibanding yang pernah dilihat gadis itu di luar.

Sopinah memasuki jendela itu dan terkejut melihat itu adalah sebuah kamar besar yang indah. Tidur di ranjang besar di tengah ruangan itu seorang wanita cantik setengah baya. Meski telah terlihat berumur, kulit wajah dan tangannya terlihat kencang.

"Wah cantik banget kayak Jeniffer Lupis," kata gadis itu.

Wanita itu terbangun karena gumaman Sopinah.

"Hey, siapa kamu ada di kamarku?!"

"Eh, ma--maaf kalau mengganggu. Saya Sofi atau Sopinah. Sebut apa aja boleh deh. Panggil Prilly juga boleh."

Wanita itu menyipit. "Oh, kamu Sofi yang datang dari sebelah. Kamu ngapain masuk ke sini?"

"Maaf, Bu, saya ...."

"Jangan panggil 'Bu', panggil aku Queen. Aku ratu di sini. Queen Elizambret."

"Maaf, Queen, saya niatnya jalan-jalan aja. Mau lihat replika Dubai Miracle Garden aja, eh sampai ke sini."

Queen Elizambret tersenyum sembari memperhatikan dari atas ke bawah. Dia memberi kode kepada Sopinah agar mendekat. "Sini, Sofi!"

Kemudian sang ratu memeluk gadis itu erat. Sopinah merasa sangat hangat di pelukan itu. Dia merasakan kehangatan yang tidak pernah dia dapatkan dari sang ibu. Bu Eko memang mengurusinya, menyediakan makanan untuknya, tapi tak pernah sekali pun memberikan pelukan.

Bu Eko begitu entah karena gengsi atau karena merasa mereka berasal dari kampung yang tidak terbiasa dengan hal-hal semacam itu. Namun, tetap saja dari mana kita berasal, bahasa kasih sayang dibutuhkan oleh setiap anak.

"Kamu cantik, kamu mirip dengan anak gadisku."

Sopinah tertawa terbahak-bahak mendengar pujian itu. "Cantik? Ahahah, Queen bisa aja bercandanya."

"Lhoh? Aku nggak bercanda kok. Kamu memang anak cantik. Kalau nggak percaya, coba tanya ke cermin emas," kata Queen sembari menunjuk sebuah cermin rias mewah di kamar itu yang terbuat dari emas.

"Cermin emas?" []

Bersambung ....

***

Buat para readers yang pengen lihat Dubai Miracle Garden, ini ya

Uhyeaaah, bikin Simbah pengen ke Dubai. (ngimpi dulu nggak apa-apa kali ye wkwkkwwk).

Terpopuler

Comments

hanhan

hanhan

hhhmmm si sopi g bahaya Tah main main ke dunia bgtu.. ngeri kejebak n malah g bs balik lg.. sebaik baiknya jin kan seburuk buruknya manusia.. ngeri ngeri sedep nih si sopi malah ketagihan gtu

2023-10-05

1

Andini Andana

Andini Andana

untung juga yang nabrak horang kaya pak, kalo yang nabrak gak kaya palingan Sop dibawa ke rukang urut doang 😎😌

2023-10-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!