UNGKAP

Ntah siapa yang melakukannya. Namun Jini tau pasti, ia menjadi orang yang paling di benci di sekolahnya itu.

Jini mendatangi kelas Kela dengan bajunya yang basah.

"Lo kenapa?!" Tanya Kela.

"Gua boleh pinjem baju ga?" Tanya Jini. Kela membawa Jini ke toilet bersama baju gantinya.

Setelah mengganti semua pakaiannya, Jini keluar dari toilet itu. Dengan tatapan kosong ia memandangi wajah Kela.

"Lo kenapa?!" Tanya Kela lagi.

"Gua kenapa? Salah gua apa?!" Bisik Jini.

Kela mengerti. Ini semua terjadi karna kasus bullying itu.

"Jadi lo ga tau apa-apa?" Tanya Kela.

"Gua kenapa? Gua udah inget semua kejadian yang gua alamin. Ga ada satu pun yang gua lupain, tapi gua masih ga tau kenapa semua orang kayak gini ke gua!"

"Buku gua di sobek! Loker gua isinya sampah! Semua natap gua kayak najis! Gua di siram! Salah gua apa sih?!" Lanjutnya.

"Kasus sebelum lu masuk rumah sakit! Kejadian di gudang, kepala lu sama Putri luka. Kejadian itu yang bikin lu kayak gini" jawab Kela.

"Gua bantuin Putri! Ririn mukul kepala Putri pake balok kayu! Gua bantuin dia! Malah Ririn juga mukul kepala gua! Salah gua dimana?!" Teriak Jini kesal.

"Salah lu bantuin dia! Putri ngefitnah lu, dia bilang elu yang mukul dia! Karna lu suka sama Bima! Kepala lu luka, dia bilang itu perlawanan dari dia!"

"Putri?!"

"Tiga hari lagi pengesahan ketua dan anggota osis baru. Gua mau ungkap kasus bully ini di depan semua orang. Gua siap bantuin lu, kalo lu mau balas perbuatan Putri sama Ririn" ucap Kela.

Jini menyetujui semuanya.

***

Jini tengah duduk di bangkunya. Bima dan Putri datang ke kelas mereka.

Segitunya lu jagain adek kelas lu!

Jini bergumam dalam batinnya.

Putri menatap takut pada Jini. Wajah Jini yang menyedihkan, kini tak terlihat seperti itu lagi. Sepertinya Jini sudah mengetahui semuanya.

"Gua ga pernah niat nyakitin siapa pun. Kemaren gua bantuin lu! Tapi sekarang niat gua berubah!" Ucap Jini pada Arian. Itu adalah kata sindiran untuk Putri. Tentunya Putri merasa kalimat itu pantas untuknya, dan tertuju padanya bukan pada Arian.

"Woee jangan berantem!" Bentak Jovan.

"Kalo kalimatnya kayak gitu, pribahasa yang tepat apaan Jo?" Tanya Jini.

"Njirr, gua kira berantem"

"Di kasih susu, di balas tuba!" Tegas Arian.

"Nahh iya! Gitu doang ga tau lu Jo!"

"Gua masih ga mudeng! Gua kira lu berantem sama Arian"

"Kalo musuh dalam selimut, maksudnya?" Tanya Jini lagi.

"Pura-pura jadi kawan, padahal lawan" jawab Rafa.

"Dihh! Pinter lu!" Ucap Jini.

Putri yang mendengar obrolan mereka, mulai merasa bahwa semua pribahasa itu adalah kamuflase untuk mengolok-oloknya. Ia keluar dari kelas itu, dengan penuh takut bahwa Jini akan ikut turut serta membullynya.

Hari pengesahan ketua dan anggota osis baru pun tiba. Semua murid tengah berdiri di lapangan untuk menyaksikan pengesahan tersebut.

Jini dan Kela memulai aksi mereka. Kela mencari Ririn dari sela keramaian murid yang padat berbaris di lapangan. Sedangkan Jini mencari Putri, namun mereka tak menemukan apa yang mereka cari.

"Jo! Coba lu denger! Ada suara Putri ga? Dia dimana?" Ucap Jini.

"Putri?"

Jini mengangguk. Jovan segera memfokuskan pendengarannya. Ia mendengar suara Ririn dari balik toilet kelas 2.

"Di wc kelas 2 ada Ririn tapi gua ga denger suara Putri. Tapi.." Jini berlari keluar dari kerumunan itu bersama Kela sebelum Jovan menyelesaikan kalimatnya.

"Ririn ada di wc kelas 2!" Teriak Jini. Kela berlari lebih cepat dari Jini menuju toilet itu. Benar saja, ia mendapatkan Ririn di sana. Kela dengan sigap menjambak rambut Ririn dan menyeretnya keluar wc hingga membawanya ke lapangan. Jini mendengar ada bunyi gesekan tapak sepatu dan lantai dari balik pintu toilet nomor 2. Jini segera menggedor pintu itu namun wanita itu tak membukanya.

"Putri! Keluar lu!" Teriak Jini.

"Saya Desi" jawabnya. Jini tau itu bukanlah suara Putri. Ia segera keluar dari toilet itu. Namun saat pintu toilet nomor 2 itu terbuka. Tak ada satu orang pun disana.

Jini menemukan Putri di belakang kelasnya. Dengan kasar Jini menarik tangan Putri menuju lapangan sekolah.

Guru yang tengah berbicara di atas tempat yang di jadikan podium lapangan, dengan mudah melihat kejadian itu dari atas kepala siswa lain.

"Itu siapa yang berantem!" Teriak beliau.

Namun Jini dan Kela terus menarik mereka berdua hingga ke hadapan para guru, calon ketua osis, calon anggota osis dan di hadapan semua murid SMA RENGGANI.

"Kela! Kenapa?!" Bentak beliau lagi.

"Adik kelas kami ingin menyampaikan Apresiasi mereka pak!" Ucap Kela merampas mic yang ada di hadapan guru itu.

"NGOMONG!" Bentak Kela.

Jini menatap teman-temannya dari tempat ia berdiri. Arian, Rafa dan Jovan menepuk jidatnya. Jini akan mendapat masalah besar melakukan hal semacam itu.

Kela menyodorkan mic kepada Ririn sambil terus menjambaknya.

Jini memegangi tangan Putri dengan begitu kuat. Putri pun mencoba melepaskan genggaman Jini itu, namun ia tak cukup kuat untuk melawan Jini.

Bima yang berdiri di samping Jini, mencoba melepaskan genggaman Jini itu. Namun Jini malah menatap kejam Bima tanpa ekspresi apapun.

"Gua tunjukin, siapa yang ngebully siapa. Biar lu ga kayak orang bodoh di jadiin tameng buat sebuah kejahatan" ucap Jini.

"Atau Putri yang mau ngomong?" Ucap Kela menyodorkan mic kepada Putri. Namun Putri enggan bersuara, kakinya gemetar.

"Biar gua yang ngomong!" Ucap Jini merampas micnya. Ia melepaskan Putri dan mendorongnya ke arah Bima.

"Gua bantuin lu! Sekarang niat gua berubah!" Ucap Jini berjalan ke atas podium.

"Gua ga mau ngabisin waktu kalian semua! Gua tau rasanya berdiri di lapangan itu capek!" Ucap Jini.

"Gua cuma mau bersihin nama gua!"

"Hari dimana kasus bullying pertama yang gua buat! Itu bukan salah gua! Ririn ngebully Putri dari SMP berlanjut ke sekolah ini! Kejadian di gudang! Kepala Putri di pukul dari Ririn pake balok kayu! Gua coba bantuin Putri!"

Semua orang terkejut mendengar pernyataan Jini.

"Hmm" Jini tersenyum kecut.

"Tapi Ririn malah juga mukul kepala gua! Gua seneng Putri ga masuk rumah sakit kayak gua! Setidaknya gua berhasil ga bikin dia luka lebih parah!"

"Tapi pas gua balik ke sekolah ini lagi! Semua orang ngelakuin gua kayak sampah! Semua orang natap gua kayak najis! Gua ga tau kenapa!"

"Untungnya Kak Kela ngejawab semua pertanyaan gua! Karna Putri ngefitnah gua buat nutupin kasus bully ini. Dan semua orang malah nyalahin gua karna percaya sama fitnah itu!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!