Diam Bisa Menyelamatkan Nyawa Seseorang

Putri menangis terduduk di lantai gudang yang penuh debu itu. Kepalanya terluka dan berdarah.

Jini terkejut melihat perbuatan Ririn begitu buas menindas Putri.

Jini berjalan mendekati Ririn lalu menjambak rambut Ririn yang panjang. Ririn terkejut dengan perbuatan Jini yang tak terduga itu.

PPLLAAKKK!

Ririn juga memukul kepala Jini hingga terluka lebih parah dari yang Putri alami. Jini terdiam dan memegangi kepalanya yang berdarah begitu banyak.

Melihat begitu banyak darah. Ririn berlari keluar gudang dan mencuci tangannya dengan kran di depan gudang.

Jini tak bisa mengontrol pandangannya. Kepalanya terasa amat berat dan tubuhnya begitu lemas. Hingga ia terjatuh pingsan di dalam gudang.

***

Ada begitu banyak gerombolan murid membawa Jini dan Putri ke UKS. Peristiwa itu pun mengundang perhatian para guru.

Rafa yang sedang membersihkan alat filter penciumannya di UKS. Begitu terkejut melihat baju dan kepala Jini begitu banyak darah.

Siswa-siswi PMR tengah menangani luka di kepala Jini dan Putri.

Rafa segera menelpon Arian dan menceritakan apa yang baru saja ia lihat. Arian segera berlari ke UKS.

"Jini mana?" Tanya Arian.

"Di dalem! Gua ga tahan bau darah!" Ucap Rafa.

Putri mengalami cidera ringan, namun Jini harus di larikan ke klinik terdekat, untuk mencegah hal-hal yang lebih beresiko untuk keselamatannya.

Jini, Arian, wali kelas dan kepala sekolah ikut membawa Jini ke klinik.

***

Rafa berlari ke kelasnya, dan mengumumkan apa yang baru saja terjadi kepada Jini. Seketika kelas mereka menjadi heboh.

"Serius lu?!" Teriak Jovan.

"Iya! Dia lagi di bawa ke klinik, Kepala sekolah juga sampe ikut kesana!" Ujar Rafa.

Bima hanya terdiam mendengar hal semacam itu.

"Putri juga ada di gudang katanya! Kepala Putri juga luka! Tapi masih oke lah! Ga separah Jini!" Ucap Rafa.

Bima menoleh ke arah Rafa yang tengah berdiri di depan papan tulis.

"Bearti dia berdua sama Putri di dalam gudang?" Tanya anak yang lain.

"Iya! Tapi gua heran, kenapa mereka bedua luka?"

"Apa mereka berantem?" Tebak Jovan.

"Ga mungkin sih! Lu tau Jini kayak gimana! Ga mungkin dia ngebully adek kelas" Ucap Rafa.

***

Putri berada di Ruang BP/BK. Ia duduk di hadapan Guru BP.

"Kamu tau Jini kenapa?" Tanya Guru BP. Putri tak tau harus mengatakan apa. Ia takut bahwa Ririn akan menyebarkan foto itu jika ia melaporkannya. Namun ia tak mungkin membuat alasan lain.

Ririn tengah mengintai Putri dari jendela Ruang BP. Ia pun ikut merasa takut jika Putri mengatakan semuanya.

"Jawab!" Bentak beliau.

"Kak Jini memukul saya Buk! Saya melawan" jawab Putri melindungi jejak Ririn.

"Ada masalah apa kamu sama dia?!"

"Karna kak Bima dekat dengan saya" Putri telah menenggelamkan dirinya kedalam sebuah drama besar.

"Cuma karna pria kalian melakukan hal bodoh semacam ini?!" Bentak Guru BP itu. Putri hanya terdiam dan ketakutan.

Ririn yang mendengar jawaban dari Putri. Kembali berpikir bahwa inilah saat yang tepat untuk membalas Jini yang selalu ikut campur dalam urusannya.

Ririn mengeluarkan hpnya dan membuat akun facebook anonim dengan menggunakan nama Jini Pearl. Ia menyebar foto Putri menggunakan akun itu dengan menandai banyak orang yang bersekolah di SMA RENGGANI.

***

Arian tengah menunggu Jini di klinik. Hingga saat ini Jini belum sadarkan diri. Ia banyak kekurangan darah, Kepala Sekolah tengah pergi ke PMI untuk mengambil kantung darah yang akan ditransfusikan ke tubuh Jini.

***

Seluruh sekolah tengah di hebohkan foto bugil Putri yang di sebarkan di sosial media oleh akun Jini Pearl.

Bima benar-benar tak mengerti mengapa Jini bisa memiliki foto itu. ia hanya mengetahui bahwa foto itu di miliki oleh Ririn. Mungkinkah bila Ririn dan Jini bekerja sama untuk menyakiti Putri. Mengapa Jini bisa sebenci itu terhadap Putri.

"Tuh kan! Putri sama Jini berantem di gudang! Bener gua!" Ucap salah satu teman sekelas mereka.

Rafa dan Jovan masih tak percaya dengan foto yang ada di sosial media itu. Bagaimana bisa Jini melakukannya dengan begitu tanpa perhitungan. Mereka mengenal Jini, Jini tak mungkin melakukan hal bodoh semacam itu hanya untuk menunjukan rasa kesalnya.

***

Arian mencoba untuk menelpon orangtua Jini, namun mereka terlalu sibuk dan tak menjawab telpon Arian. Hingga Arian menelpon ibunya dan menceritakan semuanya. Ibu Arian bergegas pergi ke klinik.

***

"JADI LU PUKUL KEPALA JINI?!" Teriak Adit ke wajah Ririn di belakang kelasnya.

Ririn begitu ketakutan dengan semua ini. Ia tak mengerti mengapa ia melakukan semuanya tanpa perhitungan. Ia tak berpikir apa akibat dari semua perbuatannya.

PPLLAAKKK!

Adit menampar adik sepupunya itu dengan begitu keras.

"JANGAN TEMUIN GUA LAGI! JANGAN LIBATIN GUA KEDALAM CERITA BANGSAT LU ITU!" Tegas Adit meninggalkan Ririn.

***

"Jini mana?!" Tanya Ibu Arian begitu panik.

"Di dalam" jawab Arian. Ibu Arian bergegas masuk dan menemui Jini.

Wajah Jini begitu pucat, ia kehilangan banyak darah. Arian mendekat ke arah Ibunya itu.

"Kok bisa kayak gini sih Yan?!"

"Ga tau" jawab Arian.

"Waktu itu dia nangis, kamu ga tau! Sekarang dia kayak gini, kamu ga tau juga! Ga guna kamu deket-deket sama dia!" Ucap Ibu Arian dengan penuh kesal dengan anaknya itu. "Kamu udah telpon orangtuanya?!"

"Udah! Tapi ga di jawab, Aku ke sekolah dulu! Mama jagain dia! Kalo dah balik, ntar kasih tau!" Ucap Arian meninggalkan Ibunya bersama Jini di klinik itu.

***

Arian kembali ke kelasnya dengan penuh keheranan. Semua orang menyalahkan Jini atas kejadian itu. Sudah jelas, bahwa Jini adalah korban dari semua ini. Namun semua orang terus saja menyudutkannya.

***

Terkadang aku tau Tetapi aku membungkam mulutku

~Arian Dwi Putra

***

Jini di pindahkan ke rumah sakit untuk menjalani rawat inap hingga keadaannya pulih. Jini tak pernah bercerita tentang keluarganya kepada Arian.

Malam itu, Arian menunggu kehadiran orangtua Jini di rumah sakit menggantikan ibunya yang telah menjaga Jini sedari tadi siang. Namun tak sekali pun telpon Arian di jawab oleh orangtua Jini.

Arian menatap telponnya yang terus menerus menelpon orangtua Jini yang tanpa jawaban itu. Hingga akhirnya ia menyerah untuk menelpon lagi. Ia mendongakkan kepalanya dan menatap kantung darah yang berada di atas tiang infus sebelah Jini. Ini adalah kantung darah ke-3 untuk hari ini.

Arian memegang tangan Jini yang begitu dingin dan lemas. Ia menatap wajah pucat milik Jini.

Ibu Arian kembali ke rumah sakit membawakan makanan dan pakaian ganti untuk anaknya.

"Makan gih! Ganti baju sekalian! Biar Mama yang jagain Jini!" Ucap Ibu Arian. Arian pun menurutinya.

Saat Arian membawa makanannya keluar ruangan, ia tak sengaja bertemu Putri di rumah sakit yang sama.

"Kak" panggil Putri ke Arian.

Arian tau bahwa Putri merekayasa semuanya. Arian tau bahwa Putri telah membawa Jini kedalam sebuah drama yang menyakitkan. Arian tau Putri telah menjadikan Jini tokoh yang jahat dalam drama itu, dan Arian juga tau bahwa semua orang di sekolah mempercayai drama itu.

Namun Arian tetaplah Arian. Ia lebih memilih berpura-pura tidak mengetahui semuanya.

"Put! Sakit?" Tanya Arian.

"Ga kak, cuma mau jenguk Kak Jini. Tapi ga tau ruangan yang mana" ucap Putri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!