Jini Pearl

"Bukannya lu di pukul dia? Apa lu ga takut, kalo dia mukul lu lagi?"

"Hmm, ga kak. Justru aku mau minta maaf udah bikin kak Jini masuk rumah sakit"

"Apa lu kesini mau ngebalas dia?"

"Ga kak! Serius ga! Aku cuma mau minta maaf"

"Lu ga perlu minta maaf, dia yang pukul lu duluan. Biar dia yang minta maaf sama lu!"

"Tapi, kak Jini sampe masuk rumah sakit gegara aku"

"Jangan terlalu baik Put! Protagonis selalu dapat peran yang menyedihkan!" Tegas Arian.

Putri berpikir bahwa Arian benar. Ia terlalu baik selama ini. Ia mendapat peran Protagonis dalam kisah hidupnya.

"Kalo lu nonton sinetron. Lu bisa tebak jalan ceritanya, semua orang pasti tau. Protagonis selalu di tindas dari Antagonisnya. Kalo lu ga mau di tindas, lu tinggal pilih peran apa yang harus lu mainin. Bukan lu seret pemain baru buat bikin cabang cerita baru. Lu berharap ceritanya kelar, malah seasonnya makin panjang karna masalahnya ga kelar-kelar" Arian berlalu meninggalkan Putri.

"Kayak drama korea, lu mesti nonton sekali-kali" imbuh Arian agar tak terlihat ia mengetahui sesuatu antara Jini dan Putri.

Cerita sinetron itu, seakan sangat menusuk hati seorang Putri. Arian benar! Harusnya ia tak menyeret pemain baru dalam kisah hidupnya yang menyedihkan itu. Biarlah Bima, Jini dan Kela menjadi pemeran pembantu dalam ceritanya. Namun kini ia mengubah kisahnya dan memaksa Jini menjadi salah satu pemain tetap dalam drama yang ia buat.

***

Hari kedua Jini di rumah sakit. Sekolah masih mengkonsumsi berita bohong yang Putri buat. Semua orang masih menyudutkan Jini atas peristiwa yang terjadi, di tambah lagi bukti kebencian Jini yang memposting foto bugil Putri di sosial media yang membuat Jini memiliki point blacklist +15 dari sekolahnya.

Jini telah kembali tersadar, namun tubuhnya masih lemas. Arian tak membolehkan siapapun untuk menjenguk Jini termasuk teman-temannya. Arian beralasan bahwa Jini tak ingin menemui siapapun. Yang sebenarnya Arian takutkan adalah teman-temannya mengatakan apa yang terjadi di sekolahnya. Sementara Jini tak mengetahui apapun yang terjadi.

"Hp gua mana Yan!" Tanya Jini dengan lemas.

"Lu baru sadar nyari hp! Makan dulu! Minum!" Bentak Arian.

Jini hanya terdiam lemas, ia mengatur napasnya.

***

Hari ketiga Jini di rumah sakit. Sepulang sekolah Arian langsung ke runah sakit. Ia menuntun Jini untuk berjalan-jalan keluar ruangannya. Hal itu di sarankan oleh dokter, agar darah Jini mengalir dengan baik ke seluruh tubuhnya, dan juga untuk merelaksasikan tulang belakangnya yang telah lama berbaring.

"Duduk dulu Yan! Gua pusing!" Ucap Jini. Arian menuntun Jini ke sebuah kurai tunggu di jejeran koridor runah sakit.

Arian melihat satu sosok lelaki tanpa kaki yang menghampiri Jini. Tentunya Arian tau bahwa itu adalah makhluk tak kasat mata. Dengan cepat Arian membaca do'a di dalam benaknya.

Jini yang masih lemah, tak bisa merasakan aura yang Arian pancarkan.

"Jin! Gua mau nanya. Tapi lu harus jawab jujur!" Ucap Arian.

"Emang gua pernah boong?"

"Orang tua lu kemana?" Pertanyaan Arian membuat Jini tersentak. Ia tak mungkin menceritakan masalah keluarganya kepada Arian.

"Pertanyaan lain aja Yan, gua ga suka bahas keluarga" jawab Jini.

Arian menatap wajah Jini dengan air muka yang berbeda dari sebelumnya.

"Kenapa lu bisa kayak gini?" Tanya Arian lagi.

"Sebelum ini semua kejadian, gua mau ke perpus bareng elu! Tapi gua liat Putri sama Ririn pergi ke gudang! Gua susul mereka berdua. Ririn mukul Putri pake balok, truss gua jambak rambutnya Ririn. Dia malah mukul gua juga. Truss dia kabur" jelas Jini.

Arian sudah menduga itu semua. Soal foto bugil Putri yang tersebar di sosial media, itu adalah ulah Ririn. Karna foto itu tersebar tepat saat Jini belum sadarkan diri di klinik, dan ia menyaksikan sendiri bahwa Jini masih terbaring lemas saat itu.

"Emangnya kenapa? Lu khawatirin gua ya?!" Goda Jini.

"Iya lah! Liat lu banyak darah kayak gitu! Siapa yang ga khawatir?!" Tegas Arian.

"Hmmmmmmmmmmm" Jini tersenyum manja menatap Arian. Namun Arian melihatnya sebagai senyuman yang menjijikan.

"Sweet banget sih lu Yan!" Ucap Jini menyenggol Arian.

"Ah?! Lu deket sama gua! Lu tiap hari ke rumah gua! Kalo lu mati kemaren! Gua cuma takut lu gentayangan di rumah gua! Truss nangis-nangis minta tolong buat bales dendam ke Ririn!" Ucap Arian terkekeh.

"Untung lu bisa liat setan! Kalo gua mati. Setidaknya gua ga kesepian Yan"

***

Hari itu Kela mengambar sesuatu di mejanya. Ia menggambar seorang wanita yang di bully dan di jauhi oleh semua orang. Wanita itu di rundung secsra beramai-ramai. Seakan semuanya terbayang di benaknya. Ia seperti pernah melihat kejadian itu.

Adit yang tengah duduk di sebelahnya melihat gambar tersebut. Hal itu mengingatkannya akan kisah bullying yang Ririn lakukan.

"Gambar apa lu?" Tanya Adit.

"Bully" jawab Kela sambil terus mencoret kertasnya. Adot tersentak mendengar hal itu.

"Lu tau kasus Jini sama Putri?" Tanya Adit lagi.

"Kayaknya Jini ga mungkin ngelakuin hal kayak gitu! Lagian Putri ga mungkin sekuat itu bisa mukul Jini ampe masuk RS" jawab Kela santai.

"Maksud lu?"

"Ntahlah! Cuma feeling gua doang"

***

Hari ini Jini kembali ke sekolah. Semua adik kelasnya menatap takut terhadap Jini. Mengingat pembullyan yang ia lakukan terhadap Putri.

Semua teman sebayanya menatap jijik kepadanya di sepanjang jalan menuju kelas. Jini mulai merasa bahwa telah terjadi sesuatu terhadap dirinya selama ia tak bersekolah.

Arian yang mengikuti Jini di belakangnya, mencoba untuk berpura-pura biasa saja.

"Lu tau sesuatu kan?" Tanya Jini.

"Tau apaan?"

"Kenapa semua orang kayak gitu?"

"Mereka kenapa?"

"Kok pada ngeliatin gua?"

"Udah biarin aja" Arian menarik Jini agar segera masuk ke kelasnya.

Sesampainya di kelas. Jini dan Arian bertemu Putri dan Bima di depan pintu kelas mereka.

"Hai Put!" Sapa Jini. Dengan sigap Bima menarik tangan Putri agar menjauh dari Jini.

Arian pun menarik tangan Jini agar menjauhi orang yang telah memfitnahnya itu.

"Kenapa?" Tanya Jini ke Arian. Namun Arian malah menariknya masuk ke kelas tanpa sepatah katapun.

Semua orang di kelas itu menatap sinis terhadap Jini.

"Gua percaya kok Jin, lu ga kayak gitu" ucap Jovan.

"Gua kayak gimana?"

"Ini catatan gua! Lu boleh salin semuanya!" Ucap Arian mengalihkan obrolan mereka. Jini membuka buku catatan milik Arian itu.

"Banyak amat!"

***

Hari demi hari Jini di perlakukan tak pantas di SMA RENGGANI. Mulai dari tatapan sinis di sepanjang koridor, hingga lokernya yang di isi sampah. Namun kejadian yang lebih parah Jini dapatkan, saat ia di siram air dari balik toilet.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!