Pembulian

"JANGAN DEKATI SEKOLAH KAMI!" Kini terdengar lebih banyak orang mengucapkan kalimat tersebut.

"JANGAN DEKATI SEKOLAH KAMI!" Suara itu terdengar jelas di telinga Jovan. Ia menutup telinganya menggunakan headset dan menyalakan musik.

"Mending kita balik woee!" Ucap Jovan mengajak teman-temannya dan berlari meninggalkan lapangan terlebih dahulu. Jini dan yang lainnya tak mengerti, mengapa Jovan bertingkah seperti itu. Mereka segera menyusul Jovan.

***

"Serius! Mereka bilang kita harus jauhin sekolah mereka!" Tegas Jovan meyakinkan teman-temannya.

"Itu siapa yang ngomong gitu?" Tanya Jini.

"Mereka semua! Gua denger sendiri! Mereka semua bilang kayak gitu!" Tegas Jovan lagi.

"Kayanya emang lebih baik pura-pura ga tau aja deh! Dari pada kita kena masalah!" Ucap Arian.

"Gua setuju ama Rian!" Ucap Bima.

"Lebih seru sih kalo kita bongkar misterinya! Tapi kalo taruhannya nyawa, gua up aja dah!" Rafa membersihkan filter penciuman miliknya.

"Kayaknya mereka semua udah tau kalo kita merhatiin gedung itu!" Ucap Jovan.

"Yaudah deh, kita ikut Arian! Pura-pura ga tau aja! Biar semuanya ga ribet!" Jini tak memiliki pilihan lain, ia tak ingin membawa teman-temannya kedalam masalah besar hanya karna ambisinya untuk membongkar rahasia di balik mitos 'Tumbal Ujian'.

***

Ujung tahun sekolah pun telah tiba. Jini dan teman-temannya tidak pernah mendatangi gedung di belakang sekolah lagi.

Hari itu mereka menerima raport. Dengan keterangan mereka semua naik ke kelas 2. Hingga saat ini, semua aktivitas di sekolah kembali normal seperti biasanya. Aroma aneh di hidung Rafa mulai tak pernah ia cium kembali. Suara-suara aneh yang sering Jovan dengar, sudah tak pernah terdengar lagi. Namun sosok gedung di belakang sekolah, masih tetap mengganggu pandangan seorang Arian.

Mereka berpikir, bahwa sekolah telah kembali seperti sejak pertama kali mereka berada disana. Namun tidak! Tahun ajaran baru ini, membuat mereka semakin dekat dengan Ujian Nasional yang haus akan tumbal setiap tahunnya.

***

Jangan rasakan apa yang ada di sekitarmu Tanpa kamu sadari, energimu perlahan berbaur dengan energi yang mereka miliki

~ Jini Pearl

***

Libur sekolah telah tiba. Jini dan teman-temannya sedang menikmati kebebasan yang di berikan oleh dinas pendidikan untuk seluruh murid yang ada di Indonesia.

Namun tidak dengan murid SMA GAIB RENGGANI. Saat SMA RENGGANI sepi akan muridnya. Mereka malah di jadikan budak untuk mengotori SMA RENGGANI. Libur panjang selama 2 minggu itu cukup untuk mereka mengotori dan mengkacaukan semua seluk beluk sekolah itu.

***

Hari pertama sekolah bagi Jini dan teman-temannya sebagai kelas 2. Kini mereka memiliki adik kelas sekaligus kakak kelas.

Tahun ajaran baru kali ini, cukup mengejutkan seorang Jini. Ia berjalan di sebelah Kela, sang kakak kelas sekaligus mantan anggota osis saat hendak menuju kelasnya. Jini merasakan ada sesuatu yang aneh pada aura seorang Kela. Ia berasa seperti berada di sebelah bara api yang berasap. Jika ia memaksa untuk menatap Kela. Matanya akan menangis dan sakit.

Saat Jini sampai di kelasnya. Arian telah menyisakan 1 bangku disebelahnya untuk Jini. Tentunya Jini langsung peka akan maksud Arian.

Mereka semua duduk dengan posisi yang sama dengan tahun sebelumnya.

Jini menceritakan hal yang baru saja ia alami kepada teman-temannya.

"Kela?!" Teriak Jovan. Jini mengangguk.

"Udah biarin aja! Gua harap nih! Kalo emang mitos Tumbal Ujian itu beneran ada! Semoga dia yang jadi tumbal tahun ini!" Tegas Jovan.Terdengar begitu sangat kejam di telinga Arian dan Jini.

"Yah jangan dong! Gila lo!" Bentak Jini.

"Jangankan iblis! Manusia juga ga ada yang suka sama dia!" Tegas Jovan.

"Emang dia kenapa?" Arian tak ingin memendam rasa herannya lebih lama.

"Dia tuh gimana ya? Susah di jelasin!" Ucap Jovan menggaruk kepalanya.

"Dia tuh! Setan!" Teriak Rafa menepuk pundak Jovan.

"Nah bener!" Jovan mendukungnya.

"Apaan sih?! Ga jelas"

"Lu coba ajak ngobrol deh, ntar lu tau sendiri!" Ucap Bima.

"Tapi aneh loh! Panas gitu aura nya" Jini memutar tubuhnya.

"Pura-pura ga tau aja!" Ucap Arian sambil membaca novel yang berjudul Ruang Sempit :1-33.

"Sampe kapan kita harus pura-pura ga tau Yan?!" Bentak Jini menutup wajahnya lalu menopangnya di atas meja. Arian hanya mengangkat bahunya.

***

"Kak Kela!" Panggil Jini di depan pintu kelas Kela. Kela bergedik jijik untuk semua adik kelasnya. Ia merasa tak ada yang lebih pandai di sekolah itu kecuali dirinya sendiri.

"Lo siapa?" Tanyanya dengan nada merendahkan Jini yang memiliki status sebagai adik kelas Kela.

"Gua Jini kak! Kelas.." ucap Jini terpotong.

"Perlu apa?!"

"Boleh ngobrol di kantin ga kak?! Gua traktir deh!"

"Kalo lo mau ngomong! Ngomong aja disini! Gua ga semiskin itu, minta duit lo buat jajan!"

Jini menelan salivanya. Mereka terdiam, sikap Kela yang tak bersahabat serta di nilai angkuh itu membuat Jini segan untuk mengobrol dengannya lagi.

"Kalo lo kesini cuma buat bengong! Ga usah manggil gua!" Ucap Kela masuk kembali ke kelasnya.

Jini menekuk bibirnya dan berjalan kembali ke kelasnya. Aura panas itu masih melekat di tubuh Kela.

***

Sesampainya di kelas, Jini menceritakan semua yang terjadi kepada teman-temannya. Belum selesai Jini bercerita, Jovan malah tertawa lepas mendengarnya.

"Ihh, apaan sih?!" Bentak Jini karna tawa Jovan mengejutkannya.

"Udah tau kan?!" Tanya Jovan. Jini kembali menekuk bibirnya.

***

Kala itu Bima tengah berjalan menuju kelasnya. Ia melewati kelas 1B. Awalnya ia tak merasakan sesuatu yang aneh dari kelas itu. Aura seram pun tak muncul di pandangannya. Namun, sesuatu yang lain terjadi.

"Put! Putri!" Teriak seorang wanita di meja guru. Bima melihat kejadian itu dari balik jendela. Ia terdiam dan memperhatikan semuanya.

"Apa Rin" jawab wanita satunya dengan pelan di bangkunya.

"Cepet!" Teriaknya lagi seakan memerintahkan sesuatu kepada wanita yang ia sebut 'Puttri' itu. Namun wanita itu hanya terdiam.

"CEPET PUT! ATAU GUA BILANG KE KAK BIMA?! PILIH MANA LU?!"

Bima tertegun mendengarnya. Ia merasa bahwa 'Kak Bima' yang mereka bahas adalah dia. Karna ia adalah satu-satunya Bima yang ada di SMA RENGGANI.

Putri dan Ririn berasal dari SMP yang sama. Bertahun-tahun Putri menjadi budak seorang Ririn. Ririn memperkuat penindasannya dengan cara mempermalukan Putri. Ia sering mengancam Putri, bahwa ia akan mengatakan kepada Bima jika Putri menyukainya, walau Putri tak menyukai siapapun. Ia melakukan hal seperti itu agar Putri bersedia menjadi budaknya.

Putri berjalan ke arah meja guru. Ia di berikan beberapa lembar uang.

"Gua mau bakso! Cabenya 8 sendok! Ehh ga deh 10! Ga usah pake kecap sama saos!" Perintah Ririn. Putri pun berjalan ke kantin, dan Bima mengikutinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!