6 hari menuju Ujian Nasional. Indah pulang seperti biasanya. Ia bersama teman-temannya memasuki bus sekolah untuk pulang.
Indah menoleh ke bawah bangku supir bus. Ia mendapatkan ponselnya lagi dan segera duduk di kursi belakang supir bus, di ikuti teman-temannya.
"Bapak kok semalem aneh pak?! Bikin saya takut balik!" Ucap Indah mengusap layar ponsel dan mencoba untuk menyalakannya.
"Ah?! Semalem? Kan kemaren hari senin toh mbak! rute malam ga ada mbak! Lagian saya capek! Senin banyak murid, bus penuh! jadi banyak rute anterin murid balik! Rute terakhir saya ke Jalan Anggrek sampe sana jam 5 sore! Setelah itu saya yang balik!" Jelas supir bus itu, seperti biasanya ia banyak bicara.
Indah tertegun mendengar hal itu. Tetapi ia yakin! Ponselnya ia jatuhkan di bus sekolah yang sama dengan bus waktu itu.
Ia memilih untuk membungkam mulutnya dan tidak menceritakan hal aneh yang ia alami.
***
5 hari menuju Ujian Nasional. Hal aneh yang Indah rasakan semakin menjadi-jadi.
Tepat pada hari Rabu itu, Indah di datangi seorang lelaki tua yang berjalan pincang dengan tangannya yang cacat. Ia menyebut dirinya sebagai penjaga sekolah yang lama. Beliau menceritakan tentang anaknya yang seumuran dengan Indah. Anaknya meninggal dunia 3 hari sebelum Ujian Nasional di sekolah itu.
Indah mengetahui rumor yang tersebar keseluruh penjuru sekolah. Namun Indah termasuk siswi yang menganggap kalimat itu sebagai Mitos belaka. Akhirnya Indah pun tidak terlalu percaya dengan kata-kata lelaki tua itu.
Namun ucapan tetaplah sebuah ucapan. Percaya atau pun tidak, tetap akan terngiang di telinga seseorang.
"Kak!" Teriak Jini dari kejauhan berlari menghampiri Indah yang pulang terlambat lagi. Indah menoleh ke arah Jini dan teman-temannya.
Jini, Rafa, Arian dan Jovan sengaja datang ke sekolah sore itu untuk memastikan gedung yang pernah Arian lihat. Namun mereka bertemu dengan Indah di depan ruang guru. Tentunya Jini sudah akrab dengan Indah, sehingga tidak segan untuk menyapanya walau pun Indah adalah kakak kelasnya.
"Kok belum balik?!" Tanya Jini. Namun Indah terkejut saat ia menoleh ke sebelahnya. Ia tak melihat sosok lelaki tua itu lagi. Harusnya lelaki tua itu menyapa Jini dan teman-temannya. Bersikap ramah adalah salah satu sikap penjaga sekolah yang baik menurut Indah.
"Kenapa?" Ucap Indah heran.
"Apa?" Jini pun ikut heran tak mengerti.
"Kakek tadi!"
"Kakek?!" Jini menggaruk kepalanya.
Arian melepas kacamatanya. Ia melihat sosok lelaki tua itu masih berdiri membungkuk di sebelah Indah. Ia berpikir bahwa mata Indah baru saja di kelabui oleh makhluk tak kasat mata itu.
"Kakek lu?" Tanya Arian berpura-pura tak menyadari kehadiran iblis di sebelah Indah.
"Bukan!"
"Jangan nakut-nakutin kak! Sekolah dah sepi!" Ujar Rafa. membuka maskernya.
Hegh!
Rafa segera memasang maskernya lagi. Ia mencium aroma darah yang amat pekat di hadapannya.
"Kenapa?" Tanya Jovan yang tak mendengar sesuatu yang aneh.
Namun Arian segera menarik Indah.
"Pulang aja yuk! Serem! Udah gelap!" Ucap Arian menarik Indah keluar dari sekolah dan di ikuti teman-temannya.
Mereka tengah menunggu bus sekolah.
"Lu kenapa balik malem kak?" Tanya Jini lagi.
"Tadi ada kakek-kakek nyamperin gua pas gua mau balik. Dia cerita ini itu, gua ga sadar ternyata dah malem. Untung ada lu semua!" Jelas Indah
"Kakek? Lu liat Yan?!" Tanya Jini. Namun Arian hanya diam dan mengisyaratkan untuk berpura-pura tidak tau di hadapan Indah.
***
4 hari sebelum Ujian Nasional. Jini, Rafa, Jovan dan Arian kembali datang ke sekolah. Mereka menyelinap ke lapangan saat para guru sibuk mengawasi siswa dan siswi kelas 3 yang sedang mengulang materi Ujian Nasional di kelas mereka.
"Gedungnya!" Teriak Arian menunjuk lapangan dengan sigap mereka semua berlari ke lapangan di belakang sekolah.
"Hari ini, hari Kamis jam 8 gedung itu muncul! Gua catet!" Ujar Jini mencatatnya di note kecil yang ia bawa.
"Bau karat! Ga tahan gua!" Rafa menambah filter penciuman di hidungnya.
"Tapi gua ga dengar apa-apa! Cuma lembaran kertas! Mungkin dari kelas 3!" Jelas Jovan.
"Semuanya diam!" Perintah Arian.
"Mereka belajar?!" Teriak Arian heran dengan apa yang ia lihat.
Gedung itu tidak seperti yang pernah Arian lihat. Makhluk-makhluk tak kasat mata itu berada di dalam gedung dengan sangat rapi. Mereka duduk di bangku dan menatap papan tulis di hadapan mereka. Arian melihatnya dari balik jendela yang tinggi.
***
Kelas 3 telah menyelesaikan aktivitas mereka lebih awal, tepat pada pukul 10 siang mereka telah di pulangkan. Indah tengah menunggu bus sekolah. Namun hari ini terasa lebih aneh dari kemarin. Semua temannya memiliki alasan untuk tidak pulang menggunakan bus sekolah. Sangat mengherankan, mengapa bisa begitu kebetulan ia pulang sendirian lagi. Walau pun hari masih cukup pagi, tetap saja ia merasa takut untuk pulang sendirian.
Ia memilih untuk berjalan kaki dan mencari kendaran umum lainnya. Namun ia tak sengaja melihat lelaki tua yang pernah ia temui di sekolah tengah ingin menyebrang di hadapannya. Beliau terlihat bingung melihat orang yang berlalu-lalang. Hingga akhirnya beliau menurunkan kakinya dari trotoar dan menyentuh aspal. Dengan cukup santai beliau menyebrang.
Satu buah mobil berkendara dengan sangat cepat menuju lelaki tua itu. Namun ia tidak menabraknya, ia memilih untuk memutar stirnya ke arah kiri.
BBBRRRRAAAAGGGGGGHHHH!
Semua orang mengerumuni mobil yang penyok dengan mesin yang terbakar di pinggir jalan. Indah menjadi korban dalam kecelakaan itu. Ia meninggal dunia 3 menit setelah mobil itu menabraknya.
Polisi dan ambulance membutuhkan waktu untuk mengkonfirmasi kecelakaan tersebut, setelah terkonfirmasi mereka baru bisa di perintahkan untuk datang ke lokasi kejadian dan mengevakuasi korban.
### Hari kamis, 4 hari menuju Ujian Nasional Siswi Kelas 3A, bernama :
Indah Larasati
Meninggal dunia di perjalanan sepulang sekolah ###
Tidak perlu bertanya mengapa Indah meninggal dengan begitu cepat. Tentu Kepala Sekolah sudah memberitahukan alasannya jauh sebelum semuanya terjadi.
***
Dengarkan ucapan mereka Kalimat mereka banyak mengandung makna tersirat
~Jovan Altewis
***
3 hari sebelum Ujian Nasional di mulai. Bima melihat Jini, Jovan, Rafa dan Arian menuju ke sekolah.
Mereka pada ngapain? Ini kan libur! Gila sih gua ga di ajak!
Bima membuntuti mereka hingga ke dalam sekolah. Bima bersembunyi di balik kelasnya, cukup jauh. Ia tak akan membiarkan Jini merasakan jika ada orang yang mengikuti mereka. Ia memperhatikan gerak-gerik Jini, Jovan, Rafa dan Arian.
Pantesan ga ngajakin gua! Percaya aja lu Jin! Lu di tipu dari mereka semua!
Bima tak mendapatkan kejanggalan mengenai lapangan di belakang sekolahnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments