Kheila Andara

"Putri mana?!" Teriak Bima yang tengah berlari kembali ke UKS malah bertemu Jini di perjalanannya.

"Udah lu santai aja! Kayaknya lu salah sangka deh!" Ucap Jini.

"Maksud lu?!" Bima menggenggam erat obat yang ia bawa.

"Jadi Putri sama Ririn itu udah temenan dari SMP, mereka dari SMP yang sama masuk ke sini!" Jelas Jini tanpa dosa.

"BODOH LU! SUMPAH LU BODOH!!" Teriak Bima hingga membuat Jini terkejut dan memejamkan matanya. Bima berlari menuju UKS. Ia membuka toilet, namun tak ada siapa pun disana. Ia berlari ke kelas 1B dan ia juga tak menemukan Putri.

Gua benci punya temen bodoh!

Bima menjerit dalam hatinya. Ia menendang meja yang ada di depannya.

Bima bisa merasakan aura pekat yang ada di sekeliling Putri. Ia benar-benar merasa tersiksa setiap kali bertemu Ririn. Bima bisa merasakan itu.

***

Jini berjalan kembali ke kelasnya. Ia duduk di sebelah Arian. Ia merasa telah melakukan hal yang salah. Jini dan Bima memang sering bertengkar. Tetapi ia tak pernah melihat Bima sekesal itu. Sudah cukup lama mereka berteman. Namun ini adalah pertama kalinya Bima berteriak dan membentak sekeras itu kepada Jini.

Jini termenung menatap Jovan yang tengah memejamkan mata sambil mendengarkan musik. Ia melirik ke arah Arian, dan mendapatinya sedang menggambar sesuatu di atas kertas dengan menggunakan krayon.

Jini menempelkan kepalanya ke atas meja dan menutup wajahnya menggunakan lengan sambil menghadap ke Arian.

"Kenapa?" Tanya Arian.

"Hmm" Jini menjawabnya malas.

"Liat setan?" Arian melanjutkan menggambar. Jini menggeleng dengan posisi yang sama.

Bima kembali ke kelas dan duduk di belakang Jini. Rafa yang sedari tadi sedang bermain hp segera menyapa Bima.

"Abis dari mana lu? Tadi kata Jini lu di UKS, gua kira lu sekarat! Kan lumayan gua bisa pura-pura nangis!" Ucap Rafa sambil terus menatap layar hpnya.

Jini masih dengan posisi yang sama, namun ia melepas tangannya dan membiarkan wajahnya menempel di atas meja sambil menatap Arian dengan wajah menyedihkan.

Arian memutar tubuhnya menatap Bima. Ia melihat Bima melirik kesal ke arah Jini.

"Abis dari mana lu?" Tanya Arian.

"Panggilin Jo dong" Pinta Bima. Arian memukul pundak Jovan. Jovan segera melepas headsetnya.

"Kenapa?"

Arian menunjuk ke arah Bima.

"Kenapa Bim?!"

"Coba lu denger suara cewe, yang lagi sakit perut namanya Putri. Dia korban bullying di bawa kabur. Pelakunya temen sekelas dia!" Perintah Bima membuat semuanya terkejut. Tapi tidak dengan Jini.

"Bully? Serius lu?!" Tanya Rafa tak percaya. Namun Bima tak menjawabnya.

***

Ririn menjambak Putri dan membawanya ke toilet kelas 3, ia meyakini bahwa tidak akan ada yang mengenal mereka jika menggunakan toilet tersebut.

"Ampun Rin! Sakit!" Teriak Putri.

"GUA GA PERNAH SEGEDEK INI YE PUT SAMA LU! JADI JAN BIKIN GUA MAKIN GEDEK! PAKE PELET DUKUN MANA LU?! NAJIS BET DAH GUA LIAT LU PUT!"

BHUGG!

Ririn mendorong Putri ke dalam toilet dengan cukup keras, hingga kepala Putri terbentur ke ujung kloset duduk yang putih bersih di dalam toilet tersebut.

Bbbyyuuurrr!

Ririn menyiramkan segayung air ke atas kepala Putri.

"GUA GA PEDULI LU DI BANTUIN SIAPA! KALO PERLU LU MATI DI SINI, KEKUNCI AMPE BESOK PAGI!" Tegas Ririn memasang pulpen untuk menggantikannya menjadi gembok toilet dan meninggalkannya.

"Rrrinnn! Bukaa Rinn! Gua ga tau kenapa Kak Bima bantuin gua! Rin! Hiks hiks" Putri terisak menggedor pintu toilet.

***

Jovan memfokuskan pendengarannya ke seluruh arah di sekolah. Ia mendengar begitu banyak bunyi lembaran kertas di buka dan suara dari langkah kaki siswa-siswi di sekolah. Namun ia mendengar suara tangisan dari balik toilet kelas 3.

"Hugh!" Putri menangis hingga sesegukan.

"Ada yang nangis di toilet!" Teriak Jovan.

"Toilet mana?!" Bima berdiri sambil menggebrak meja.

"Kelas 3, pintu ke 2. Toilet cewe! Dia sakit perut! Gua rasa itu Putri! Ia fiks! Gua yakin itu dia! Ada bunyi perutnya lagi sakit! Kayaknya..." Jovan menggantung penjelasannya, karna Bima berlari sebelum ia menyelesaikan penjelasan itu.

"Emang Putri siapanya Bima? Kok care amat? Biasanya juga bodo amat" ucap Rafa yang melihat Bima berlari begitu cepat keluar kelas.

"Cewenya kali!" Jawab Jovan.

"Masa iya punya cewe ga cerita-cerita"

Arian melanjutkan menggambarnya, sedangkan Jini masih sama dengan posisinya.

***

Kela berjalan menuju toilet, ia berpapasan dengan Ririn yang hendak keluar toilet. Ririn terkejut dan terdiam menatap Kela.

Kela memerhatikan seragam Ririn yang terkesan baru.

"Ngapain lo disini?!" Tegas Kela.

"Tadi di suruh bersihin toilet kak" jawab Ririn dan bergegas meninggalkan toilet itu.

Kela memasuki toilet dan mendengar tangisan Putri. Ia segera mendekati pintu yang terkunci dengan pulpen itu. Kela cukup sigap mengatasi hal itu. Ia menarik pulpennya dan segera mengeluarkan Putri dari toilet.

"Lo gapapa?!" Tanya Kela masih dengan tegas yang sama. Putri masih terus menangis dan kedinginan.

"Siapa yang kunciin lo?!" Namun Putri terus menangis.

Kela membawa Putri ke kelasnya dengan penuh tatapan heran mengelilinginya. Bagaimana tidak, seorang Kela melakukan hal semacam itu.

***

Bima sampai di toilet kelas 3 dan membuka semua pintu toilet itu, ia menatap lantai basah yang ada di pintu ke dua. Namun ia tak mendapati Putri di sana.

***

"Abis lo apain Key?!" Tanya Adit, teman sebangku Kela. Kela memang tak memiliki teman dekat di sekolahnya. Ia lebih menyukai kesepian dan kesendirian.

Kela tak menjawab pertanyaan Ridwan. Ia membuka lokernya, dan mengeluarkan seragam olahraganya lengkap dengan pakaian dalam. Begitulah Kela, ia selalu menaruh pakaian ganti di dalam lokernya sebagai cadangan ketika hujan atau hal mendadak seperti ini. Mengingat ia tak memiliki teman, ia harus mengantisipasi semuanya.

Kela membawa Putri ke toilet yang sama saat ia di rundung oleh Ririn. Kela menyuruh Putri mengganti pakaiannya dengan pakaian milik Kela. Putri pun menurut saja.

***

"JO! COBA LU DENGER LAGI! DIA DIMANA?!" Teriak Bima dari depan pintu kelas.

"Emangnya kenapa sih?!"

"BURU!"

Jovan mulai memfokuskan pendengarannya lagi. Ia mendengar suara sesegukan Putri dengan suara seorang wanita.

"Pake aja dulu!" Ucap Kela yang terdengar oleh Jovan

"Dia masih di toilet itu! Sama cewe!" Ucap Jovan. Bima segera berlari lagi ke toilet kelas 3, Namun kali ini Jini mengikutinya.

***

Bima mendapati Kela yang tengah menunggu Putri berganti pakaian dari depan pintu toilet.

"Ngapain lo ke toilet cewe?!" Tegas Kela.

"Putri mana?!" Tanya Bima.

"Ntah!" Jawab Kela kembali menunggu Putri dari balik toilet itu.

"Biar gua! Lu keluar aja, ini toilet cewe!" Ucap Jini. Namun Bima masih kesal dengan perbuatan Jini yang membiarkan Putri di bawa oleh Ririn.

Jini memasuki toilet itu dan mendekati Kela.

"Jadi gini kak, ada cewe kelas 1 dia di bully temen sekelasnya. Namanya Putri. Tadi dia di UKS, tapi dia di bawa temennya lagi" ucap Jini tertunduk menyesali perbuatannya.

"Itu gegara lu!" Bentak Bima. Jini semakin menundukan kepalanya.

"Itu dia di dalam" ucap Kela.

"Tunggu aja, bentar lagi juga dia keluar. Gua cabut dulu. Masih ada jam pelajaran bentar lagi! Lo bedua jangan bolos!" Tegas Kela meninggalkan toilet itu.

Putri keluar dari toilet dan membawa pakaian kotornya. Ia terkejut melihat Jini di hadapannya.

"Lu kenapa sih?! Lu ga bisa nolak apa kalo di bawa dia kesana sini?! Lu ga bisa ngelawan?!" Marah Jini. Namun Bima segera menghampiri Putri. Putri kembali menangis.

"Harusnya lo yang bisa jagain!" Tegas Bima membawa Putri keluar toilet.

Jini tak mengerti mengapa kesalahannya terasa amat begitu besar.

***

Hanya aku yang mengerti diriku sendiri

~Kheila Andara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!