"Mbak! Baksonya satu!" Ucap Putri memesan satu bakso dan duduk di kursi panjang tempat makan di kantin itu. Bima ikut duduk di sebelahnya. Kehadiran Bima membuat Putri terkejut.
"Kak" ucap Putri menundukkan kepalanya.
"Siang amat beli Baksonya" ucap Bima.
"Iya kak"
"Lu mau ikut daftar anggota osis?" Tanya Bima. Sebenarnya Bima dan Jini telah mendaftarkan diri untuk menjadi anggota osis tahun ini.
"Hmm ga kak, makasih" ucapnya pelan. Mbak Lala penjual bakso di kantin pun menghantarkan satu mangkok bakso ke meja Putri. Ia segera membayarnya.
"Berapa Mbak?" Tanyanya.
"13"
Ia membuka lembaran uang kertas yang Ririn berikan kepadanya. Ternyata uang yang Ririn berikan hanya 10ribu. Ia menghela nafasnya dan mengeluarkan uang sakunya untuk mencukupi uang yang Ririn berikan.
"Makasih mbak" ucap Putri.
Bima mulai mengerti apa yang tengah terjadi. Saat Putri hendak menuangkan cabe ke atas Bakso itu.
"Dikit aja ngasihnya! Kali aja dia mau ngerjain lu! Ntar sampe kelas. Lu malah di suruh makan baksonya! Mana ada sih orang yang mau sakit perut di sekolah makan bakso 10 sendok cabe" ucapan Bima sempat membuat Putri menghentikan tindakannya. Namun ia tetap menuangkan 10 sendok cabe ke dalam bakso itu dan membawanya ke dalam kelas. Bima terus mengikutinya.
Putri sedikit takut akan terjadi suatu drama baru yang di ciptakan oleh Ririn karna ia datang ke kelas bersama Bima sang kaka Kelasnya yang sangat populer di sekolah.
Putri masuk kekelasnya dan menaruh bakso itu di atas meja Ririn.
"10?" Tanya Ririn memastikannya. Putri mengangguk, ia melirik ke arah Bima yang berdiri di depan Pintu kelasnya. Ririn mencicipi bakso itu untuk memastikannya.
"Cihhh! LO MAU BUNUH GUA?! PEDES BANGET!" Teriak Ririn.
"10 sendok cabenya Rin" ucap Putri.
"Gua ga mau duit gua di buang gitu aja ya! Sekarang lo makan ampe abis!" Perintah Ririn.
Putri membulatkan matanya.
Kak Bima bener!
Itulah kalimat yang ada di benaknya.
"Tapi itu pedes banget Rin!" Bantahnya.
"Lo kira gua ga kepedesan?! Abisin!" Perintah Ririn.
Putri pun duduk di hadapan Ririn dan mulai memakan bakso itu. Ia menahan rasa pedasnya, hingga air matanya bercucuran.
Bima masuk kedalam kelas itu dan menatap mereka berdua. Ririn terkejut melihat Bima di depan papan tulis.
"Udah Put! Jan nyiksa diri! Gila lo itu pedes banget! Gua aja ga tahan!" Ucap Ririn mencoba menghentikan tindakan Putri. Ia memulai dramanya. Air mata Putri bercucuran bersama keringatnya. Wajah, bibir dan matanya memerah.
"Dilarang makan di kelas!" Ucap Bima. Namun Putri tetap melanjutkan tindakannya.
"Aku udah kasih tau kak! Tapi Putri ga denger! Liat, dia aja masih makan terus!" Ucap Ririn.
Bima menghampiri Putri dan menatapnya kesal. Mengapa masih ada penindasan semacam ini di sekolahnya.
"Put! Udah!" Tegas Bima. Namun Putri terus memaksakan dirinya untuk menghabiskan semua bakso itu. Ia berpikir, jika ia tak menuntaskan perintah Ririn. Ririn akan mengungkitnya dan menggantinya dengan perintah yang lain.
BBRRRAGGGGG!
Bima menepis mangkok plastik itu hingga terjatuh dari tempatnya. Kuah bakso yang pedas itu berceceran kelantai dan membasahi meja milik Ririn. Ririn pun ikut terkejut melihat perbuatan Bima.
"Lu beresin Rin!" Perintah Bima lalu menarik tangan Putri keluar kelas dan menyalakan air kran yang di sediakan untuk mencuci tangan.
"Cuci muka lu!" Perintah Bima lagi. Putri menangis dan membasuh wajahnya. Siswa-siswi yang berada di sekitar mereka, memperhatikan mereka berdua.
Putri tak bisa menghentikan air matanya. Perut dan mulutnya terasa terbakar oleh bakso itu. Perutnya mulai terasa ngilu.
Bima mengambil hp dari sakunya dan menelpon Jini.
"Jin! Ke UKS sekarang!" Perintah Bima.
"Ah?! Kenapa?!" Tanya Jini.
"Gua tunggu!" Ucap Bima memutuskan obrolannya dan membawa Putri ke UKS.
Sesampainya di UKS, Putri langsung berlari ke toilet yang di sediakan di dalam UKS. Cukup lama ia berada disana.
Bima tak meninggalkan tempat itu sedetik pun. Ia berpikir bahwa Ririn akan menyusul mereka.
"Lo kenapa?!" Teriak Jini yang berlari masuk kedalam UKS.
"Bukan gua!" Ucap Bima yang terkejut melihat Jini.
"Truss siapa? Kenapa?"
"Ada cewe kelas 1B namanya Putri, dia di bully dari temen sekelasnya, namanya Ririn. Dia di suruh beli bakso 10 sendok cabe. Truss Putri di suruh makan baksonya! Gila ga tuh!" Ucap Bima.
"Mana yang namanya Ririn?! Gua gepak palanya! Kelas 1B?! Oke!" Ucap Jini bergegas ke kelas 1B. Namun Bima menghentikannya.
"Ini Putri masih ada di wc! Lu jagain disini. Gua mau beli obat dulu buat dia! Jangan lu biarin Ririn beduaan ama dia! Ingat!" Ucap Bima berlari keluar UKS.
"Lahh kok gua?!" Jini menghela nafasnya dan duduk di atas tempat tidur di UKS itu.
"Halo kak Jini! Ucap seorang wanita yang baru memasuki UKS.
"Hai! Sakit?" Tanya Jini.
"Ga kak, cuma mau nanya. Tadi temen aku di bawa kak Bima. Ga tau kemana, aku nyariin kesana-sini" ucapnya. Jini mulai mengerti mengapa Bima menyuruhnya berjaga di UKS itu. Ririn menyusul mereka untuk memastikan keadaan Putri.
"Bima?" Tanya Jini. Ririn menganguk.
"LO RIRIN YA?!" Bentak Jini.
"Iya kak" jawab Ririn pelan.
"GOSAH SOK BAIK LO! NAJIS GUA LIAT LO!"
"Kenapa kak?!"
"MASIH JAMAN NINDAS?! GUA TUNJUKIN KE ELU, GIMANA RASANYA DI TINDAS! JANGAN SOK KUAT LU DISINI! BARU MASUK UDAH BELAGU! SOK NGEBULLY! NGACA! MUKA LU LEBIH PANTAS DI BULLY!" Teriak Jini sambil mendorong Ririn.
"Ngebully apa ya kak? Aku ga ngerti!"
"PUNYA MASALAH APA LU SAMA PUTRI?! AH?! APA?! DIA NGEBUNUH BAPAK LO?! GA KAN?!" Jini benar-benar tehanyut dalam peran galaknya.
"Ga kak! Putri temen sekelas aku! Aku ga ngebully dia! Aku sama dia juga dari SMP yang sama" Ririn terus mengelak.
"LO SURUH DIA MAKAN BAKSO PEDES KAN?! MAKANYA SEKARANG DIA SAKIT PERUT GEGARA LO!"
"Ga kak! Kakak tau dari Kak Bima? Astaga! Putri yang ngasih aku bakso itu! Tapi aku ga suka pedes, jadi aku ga mau! Kayaknya Kak Bima salah paham!" Ucap Ririn.
"Ah?!" Jini tak mengerti. Bagaimana mungkin dugaannya salah.
"Iya kak! Lagian aku sama Putri kan temenan mana mungkin aku ngebully dia!"
Jini tak merasakan aura kebohongan dari seorang Ririn.
"Jadi, lo sama dia. Temen?" Tanya Jini. Ririn mengangguk.
"Ya ampun! Maaf ya! Salah sangka gua! Astaga! Maaf banget! Dah teriak-teriak!" Jini membungkuk di depannya. Jini benar-benar tertipu olehnya.
***
Terkadang mereka melakukannya Hanya untuk menjalin hubungan bersamamu
Namun mereka tak menyadari Bahwa Canda mereka, menyakitkan untukmu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments