Arian berdiri dan menutup pintu kamarnya. Ia segera mematikan PSnya. Tangisan Jini benar-benar mengalir dan mempengaruhi suasana hati Arian. Ia pun ikut merasa bersalah karna telah mengatakan semuanya adalah kesalahan Jini hingga membuatnya menangis.
"Udahlah Jin! Mau sampe kapan lu nangis?! Gua mau makan dulu!" Ucap Arian mengambil makanan yang Ibunya bawakan.
Jini mengusap wajahnya sambil terus menahan sesegukannya.
"Untuk pertama kalinya lu nangis di kamar gua! Nih gua kupasin buah!" Ucap Arian mengejek Jini yang menangis di kamarnya.
"Udahlah jangan mikirin Bima, Bima, Bima, Putri! Terserah merekalah mau ngapain! Biasanya juga lu kayak gitu" sambung Arian sambil menyuap makanan ke dalam mulutnya.
***
Hari berlalu, Jini mulai bersikap biasa saja. Ia mencoba untuk melupakan apa yang telah terjadi kemarin.
Jini dan Arian datang berpapasan dengan Putri dan Bima. Saat di parkiran, Arian mencoba untuk menyapa Bima.
"Bim! Jadi kang ojek lu sekarang?" Goda Arian.
"Setidaknya gua tau kalo adek kelas gua aman! Ga jadi orang bodoh yang biarin dia di bully kayak kemaren!" Ketus Bima menarik Putri dan mengantarnya ke kelas 1B.
Perkataan yang cukup pedas Jini dapatkan di waktu sepagi itu.
"Sampe kapan dia mau jagain adek kelas kayak gitu?" Ucap Arian.
"Ga tau!" Jini berjalan ke kelasnya.
***
"Jin!" Panggil Kela di depan kelasnya. Jini dan Arian menghentikan langkah mereka.
"Soal bully kemaren gimana?" Tanya Kela. Kali ini Kela terdengar cukup ramah. Aura panas yang Jini rasakan pun 100% menghilang dari tubuh Kela.
"Bima yang urus kak!" Jini menundukkan kepalanya.
"Oh iya! Lu mau daftar osis ya?" Tanya Kela lagi.
Jini menghela napasnya.
"Kayaknya ga jadi kak"
"Kenapa?" Tanya Arian.
"Ga jadi aja" jawab Jini dengan lesu.
"Jam istirahat pertama gua mau ngomong sama lu. Gua tunggu di kantin!"
"Iya kak"
Kela kembali masuk kedalam kelasnya. Jini dan Arian berjalan menuju kelas mereka.
"Kok dia ga kayak yang lu ceritain kemaren?" Tanya Arian.
"Ga tau" ucap Jini.
***
Aku memperbaiki suasana hati semua orang Namun saat suasana hatiku memburuk
Satu orang pun tidak ada yang mampu memperbaikinya
~Jini Pearl
***
"jadi gini! Gua tau siapa cewe yang ngebully Putri kemaren!" Ucap Kela di hadapan Jini yang tengah duduk di sudut kantin.
"Gua juga tau kak!"
"Gua mau kasih peringatan sama tuh cewe! Tapi gua dah kelas 3, sibuk belajar! Gua mau minta bantuan elu buat mata-matain Putri sama dia!" Ucap Kela.
"Tapi, Putri udah di jagain Bima kak"
"Bima?"
Jini mengangguk.
***
Ririn begitu ketakutan karna perbuatannya telah di ketahui oleh kakak-kakak kelasnya. Ia meminta pertolongan Adit, sepupunya yang juga sekelas dengan Kela untuk melindunginya dari perbuatan yang tak terduga oleh Kela, Bima dan Jini.
Adit dan Ririn berada di dalam gudang sekolah. Ririn telah menceritakan semuanya kepada Adit.
"Gua ga mau ngotorin tangan gua buat ngegampar lu Rin!" Bentak Adit.
"KELA TEMAN SEKELAS GUA!" Teriaknya.
Ririn terdiam, tangannya mulai bergetar tak karuan.
"SEMUA ORANG KENAL JINI! GURU SAMA KEPALA SEKOLAH JUGA KENAL DIA! LU MAU CORENG NAMA GUA CUMA BUAT BANTUIN LU?!"
Ririn benar-benar tak tau harus berbuat apa.
"Gua takut Dit!" Ucap Ririn.
"WAKTU LU NGEBULLY PUTRI, ADA TAKUT GA LU?!"
"Atau gua pindah sekolah aja?" Tanya Ririn.
"MAKIN KETARA LU PELAKUNYA!"
"Trus gua mesti gimana Dit?!"
"Tunggu aja! Blom tentu juga mereka bakal gangguin lu!" Ucap Adit berjalan keluar dari gudang itu.
Satu sosok wanita berambut panjang tanpa wajah, di balik tumpukan meja dan bangku mendengar berdebatan mereka.
Wanita itu pun bisa merasakan energi kelabu yang dipancarkan oleh Ririn. Ia mendekati Ririn yang sedang termenung karna ketakutan akan di tindas oleh kakak kelasnya.
Wanita itu berada tepat di sebelah Ririn, namun Ririn tak bisa melihatnya.
"Tindas! Sebelum kamu ditindas!" Bisik wanita itu ke telinga Ririn.
Ririn mulai berpikir untuk membuli kakak kelasnya itu.
Tapi kalo gua ngebully Kak Jini, seluruh sekolah bakal tau!
"Ada Adit yang bantuin kamu!" Bisik wanita itu lagi.
Tidak! Itu bukanlah sebuah dialog. Bisikan wanita itu tidak benar-benar terdengar oleh Ririn. Namun menjadi benih kebencian di dalam benak dan otak Ririn.
Ririn berjalan keluar gudang dan kembali ke kelasnya. Ia melihat Putri yang tengah membaca buku di hadapannya. Ia kembali mengingat bahwa Putri telah membawanya kedalam masalah besar. Ia menarik rambut Putri dan di pertontonkan oleh semua teman sekelasnya.
"Aww! Sakit Rin! Rin! Sakittt!" Teriak Putri. Ririn menyeretnya dan membawanya ke gudang. Semua orang memerhatikan mereka di perjalanan menuju gudang itu.
Ririn menutup mulut Putri dengan sapu tangannya, dan mengikat kaki dan tangannya juga.
Sungguh perbuatan gila yang Ririn lakukan hanya untuk melindungi dirinya saat ini.
Ia membuka baju seragam Putri. Putri pun memberontak dan mencoba berteriak, namun ia tak kuasa melawan Ririn. Ia menangis sekencang-kencangnya.
Ririn membuka seluruh baju Putri dan mengeluarkan hpnya berniat untuk memfoto tubuh Putri dan menggunakannya sebagai ancaman agar kakak kelas yang melindungi Putri tidak menganiayanya.
Setelah ia mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia segera mengcopy foto itu sebanyak mungkin di data hpnya.
"Foto ini bakal gua sebar! Kalo semua orang yang ngelindungin lu macem-macem sama gua!"
Setelah semuanya selesai, ia melepaskan ikatan di tangan Putri. Ia membiarkan Putri mengenakan pakaiannya kembali dan meninggalkannya sendirian di gudang itu.
Wanita berambut panjang di balik bangku itu kembali menghampiri Putri yang tengah menangis.
"Balas! Sebelum di tambah!" Bisik wanita itu ke telinga Putri.
Namun Putri tidak di kelilingi dendam. Ia tidak semudah itu terpengaruh akan bisikan apapun. Ia hanya menangis.
"Laporkan semuanya kepada temanmu!" Bisik wanita itu lagi.
Putri masih tidak memasukkan bisikan itu kedalam benaknya. Ia tidak berpikir seperti itu.
"Biarkan temanmu yang membalasnya!" Bisik wanita itu lagi.
Putri mulai berpikir untuk mengatakan semuanya kepada Bima. Namun ia takut jika Ririn menyebarkan foto itu walau ia menurutinya. Semuanya akan terlihat sama saja.
Putri menangis sembari merapikan seragamnya.
***
Seminggu setelah kejadian itu. Putri telah menceritakan semuanya kepada Bima. Namun Bima menyimpan rahasia itu sendirian. Bima tak mengetahui bahwa Kela dan Jini juga ingin melindungi Putri dari tindakan bullying yang Ririn lakukan.
Hari itu, Ririn kembali memperbudak Putri dari mulai mengerjakan PRnya hingga melakukan piket pagi yang seharusnya di kerjakan oleh Ririn.
Ririn semakin memiliki kekuatan dengan foto yang ia miliki.
***
Jini sedang membawa tumpukan buku dan berjalan menuju perpustakaan bersama Arian. Mereka tak sengaja bertemu Ririn yang sedang menyeret Putri ke arah gudang sekolah.
Jini menambahkan tumpukan bukunya ke tangan Arian.
"Lu anter dulu! Ntar gua nyusul ke perpus!" Teriak Jini mengejar Ririn dan Putri. Ia melihat mereka memasuki gudang.
Jini memasuki gudang itu dengan mengendap-endap.
"BILANG APA LO SAMA KAK BIMA AH?!" Teriak Ririn yang terdengar jelas di telinga Jini.
"Ga ada Rin! Gua ga bilang apa-apa!" Ucap Putri.
"Gua ga pernah nyakitin orang ya Put, untuk pertama kalinya lu harus ngerasain ini!" Tegas Ririn mengambil balok kayu dari patahan kaki bangku yang tidak terpakai di dalam gudang itu.
"Jangan Rin! Rin!"
PPPLLAAKKKK!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments