Hari itu seminggu sebelum Ujian Nasional dimulai. Tepatnya hari Minggu. Kela kembali ke sekolahnya untuk mengambil buku catatannya di ruang guru. Ia telah mendapatkan ijin dari wali kelasnya. Karna di dalam buku itu cukup banyak catatan penting yang Kela buat untuk menghadapi Ujian Nasional.
Kela melihat Jini dan teman-temannya juga hadir di dalam sekolah itu. Namun ia tak menghiraukan apapun yang mereka lakukan selagi hal itu tak mengganggunya.
Kela memasuki ruang guru dengan tanpa hambatan apapun. Ia menemukan banyak tumpukan buku di sana, cukup sulit menemukan buku catatannya.
Sembari ia mencari buku catatannya. Ia mengalami cukup banyak gangguan di ruang sempit itu.
Drreeeett!
Meja guru yang berada di pojok kanan secara tiba-tiba bergeser sendiri. Namun Kela adalah Kela, ia cukup berani menghadapi hal semacam itu. Ia terus menerus mencari buku catatannya.
Dteg! Sreettt! Dteg! Sreeeett!
Mesin fotokopi di depan meja pojok kanan itu menyala dengan sendirinya. Kela tetap berpikir positif, ia meyakini bahwa mesin itu rusak.
Cukup lama Kela mencari bukunya. Karna tumpukan buku itu memang cukup banyak.
Dddrrrrreeetttt!
Kipas angin yang berada tepat di atas kepala Kela tiba-tiba menyala. Membuatnya terkejut karna udara dingin dari kipas angin itu memenuhi seluruh tubuhnya.
Kela mulai merasa ada yang tidak beres. Tidak mungkin semua barang elektronik di ruang guru itu mengalami kerusakan secara bersamaan. Ia mempercepat pencariannya dan ingin bergegas meninggalkan ruangan yang menyeramkan itu.
"ASTAGHFIRULLAH! ASTAGHFIRULLAH!" Teriakan Rafa itu terdengar hingga ke telinga Kela. Hal itu semakin membuat Kela takut. Karna ia mulai berpikir bahwa Jini dan teman-temannya juga mendapat gangguan sepertinya.
Kela menemukan buku catatannya. Ia segera memasukannya ke dalam tas dan keluar dari ruang guru.
Saat keluar dari ruang guru, ia cukup di kejutkan oleh kakek-kakek tua yang pincang tengah berdiri di depan pintu gurang guru.
Kakek itu menatap kejam mata Kela. Kela tak berpikir apapun mengenai beliau, karna Kela tak mengenalnya. Kela segera berlari meninggalkan ruang guru. Namun kakek itu mengikutinya dengan berjalan pincang.
Kela menghentikan langkahnya, dan kakek itu pun juga ikut berhenti.
"Anda siapa?!" Teriak Kela. Namun kakek itu tak bersuara sedikitpun. Beliau hanya menatap tajam mata Kela seakan penuh dendam dengan sosok Kela.
Kela kembali berlari dengan kakek itu di belakangnya.
***
Kela keluar dari sekolah itu dan terus berlari hingga ke jalanan, dan kakek itu terus mengikutinya.
Kela hendak menyebrang agar kakek itu tak dapat mengejarnya lagi.
Setelah Kela menyebrang, ia malah di kejutkan oleh sosok kakek tua itu. Karna beliau secara tiba-tiba berada di hadapan Kela. Kela terkejut hingga terduduk di pinggir jalan.
"Saya jawab pertanyaan temanmu. Tumbal tahun ini adalah kamu!" Ucap kakek itu lalu menarik Kela dengan cepat ke tengah jalan.
BRRRAAAGGGGG!
Kela tertabrak sebuah mobil truk dari arah kanannya.
###
Hari minggu, 7 hari sebelum Ujian Nasional
Siswi kelas 3A, bernama:
KHEILA ANDARA
Meninggal dunia karna kecelakaan tak jauh dari sekolah
###
***
Jini dan teman-temannya pulang dengan rasa ketakutan yang hebat. Malam itu, mereka semua menginap di rumah Arian. Terlebih Jini yang di rumahnya hanya tidur sendirian setiap harinya. Belum lagi, ia masih membayangkan apa yang baru saja ia saksikan.
"Jini, kamu tidur di kamar saya aja. Saya tidur sendiri soalnya" ucap Ibu Arian. Arian merasa aneh dengan gaya bicara ibunya.
Jini masih merasa takut, Ia merasa lebih aman ketika ia bersama teman-temannya.
"Gapapa tante! Kita tidur di depan tv aja! Rame-rame" ucap Rafa, karna memang seperti itulah kebiasaan mereka saat menginap di rumah Arian.
"Jini kan cewe! Masa tidur bareng cowo" Ibu Arian terus memaksa.
Semuanya merasa aneh. Bertahun-tahun mereka melakukannya tanpa ada yang memikirkan hal semacam itu. Bima dan Rafa pun mulai merasa Ibu Arian tidak seperti biasanya.
Arian mulai membaca doa untuk memastikan bahwa wanita yang berada di hadapannya itu memang benar ibunya.
"Kan biasanya juga aku bareng mereka" jawab Jini.
"Itu kan dulu, sekarang kan udah gede. Masa cewe tidur bareng cowo. Ga enak kalo ada yang tau"
Arian mempertegas bacaan doanya. Ia tau, Ibunya tidak pernah memaksa Jini, dan Ibunya memang sudah terbiasa melihat Jini bersama dengan teman-temannya yang lain. Tidak ada yang mengherankan walau Jini satu-satunya wanita di antara mereka semua, karna mereka sudah terbiasa bersama sudah dari taman kanak-kanak.
Arian sangat mengenal ibunya. Ia sangat menyukai sosok Jini dan sudah menganggapnya sebagai anak perempuannya. Ibunya tidak pernah memarahi Jini, dan sangat mengistimewakan sosok Jini tanpa pernah memaksa atau pun mengaturnya.
"Kita tidur di depan tv aja Ma!" Jawab Arian dengan tatapan tajam kepada ibunya.
Ibunya pun mengiyakan jawaban tersebut tanpa membatah sekali lagi.
***
Rafa cukup gusar setelah mengalami pengalaman yang mungkin tak kan ia lupakan. Ia memutar tubuhnya dari kiri ke kanan, hingga telentang dan tengkurap. Namun ia tak menemukan posisi yang nyaman untuk tidurnya itu.
GGRREEEGGG!
Rafa membeku. Ia tidak sama seperti Jovan. Suara itu cukup nyata di telinganya.
Kondisi lampu yang di matikan, membuat pandangan Rafa terbatas untuk mengetahui asal suara itu.
***
Desi, Wita dan Nining. 3 siswi dari SMA GAIB RENGGANI mengikuti mereka hingga ke rumah Arian. Tubuh Jini yang lemas karna terlalu banyak muntah, menjadi cela untuk mereka bersembunyi dan mengikuti Jini dan teman-temannya. Karna Jini tidak akan sadar bahwa merekalah alasan mengapa tubuh Jini melemas.
***
GGRREEGGG!
Desi sang ahli bersembunyi di ruang sempit. Ia bersembunyi di bawah sofa tepat di atas kepala Arian dan teman-temannya. Wita bersembunyi di sela lemari. Sedangkan Nining sang senior yang telah meninggal lebih lama dari Desi dan Wita. Tubuhnya tak utuh lagi, separuh dari kakinya sudah menjadi tulang. Sedangkan rambutnya yang panjang hingga menyentuh lantai, sangat cocok untuk menganggu Jini dan teman-temannya.
Nining menarik sofa di sebelah Jovan. Gesekan kaki sofa dan ubin itu membuatnya berbunyi dan menakut-nakuti Rafa yang belum tertidur sedari tadi.
***
GGGRRREEGGGG!
Suara itu terdengar lagi hingga mengejutkan Rafa. Dengan spontan ia mendekatkan tubuhnya hingga menyentuh tubuh Arian. Arian pun ikut terbangun karnanya.
"Sempit amat!" Gumam Arian mendorong tubuh Rafa agar menjauh darinya.
"Yan! Yan! Serius dah gua ga bisa tidur! Kayaknya mereka ngikutin kita kesini!" Bisik Rafa.
"Udahlah ga usah di ladenin. Ntar juga abis energi sendiri dia!" Gumam Arian yang memutar tubuhnya membelakangi Rafa dan menghadap ke punggung Jini.
GGRREEEGGGGGGGGG!
Suara itu semakin menakut-nakuti Rafa karna ia merasa hanya dirinya yang masih terjaga saat itu, sedangkan jam dinding sudah menunjukkan pukul 4 subuh.
GGGRREEGGG!
Suara itu semakin menjadi.
Rafa menutup wajahnya menggunakan selimut dan terus menerus merapatkan tubuhnya ke arah Arian. Arian pun semakin terdorong mendekat ke arah Jini.
"Apaan sih?!" Bentak Arian sambil berbisik menepis selimut Rafa yang menutupi wajahnya itu.
"Itu suara apaan?! Dari tadi ga berenti! Serius ini gua nyium bau ****** Yan!" Rafa terus memegangi baju Arian dari balik selimutnya.
"Ya ga usah kesini juga! Ke Bima sana! Gua makin nempel ke Jini ini!" Bentak Arian, 5cm lagi pipinya menyentuh pundak Jini yang sedang membelakanginya itu.
"Bau ****** sumpah! Bau banget Yan! Kayaknya mereka deket sini! Serius gua Yan!" Rafa menarik semua selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya.
GGRRREEEGGGG!
Suara itu juga terdengar oleh Arian.
"Nah! Tuh! Bunyi apaan?!" Rafa terus di kelilingi rasa ketakutan.
"Paling tikus!" Arian mencoba memutar otaknya untuk berpikir positif.
Mendengar ucapan Arian yang begitu positif. Energi Nining mulai bergejolak dan berhasil melemahkannya. Namun ia terus berusaha menakut-nakuti Rafa dan Arian yang sedang terjaga.
GGRRREEEGGG!
"Yaaannn!" Rafa begitu ketakutan. Tidak mungkin tikus sangat berhati-hati menggerakkan atau bahkan membuat benda menjadi berbunyi seperti itu.
"Apaan sih! Jadi gini, sepatah kata adalah doa. Jadi lu sebut aja itu tikus. Biar itu beneran tikus!" Ucap Arian. Rafa menelan salivanya.
"Iya Yan! Itu tikus! Tikus! Gua yakin itu tikus!" Tegas Rafa.
Energi Nining benar-benar melemah mendengar ucapan Rafa yang seakan menyumpahkan agar menjadi Tikus. Energi kuat itu seakan memudar dan benar-benar mengubahnya menjadi tikus hitam yang besar.
"Curut! Curut aja Yan! Biar kecilan dikit!" Tegas Rafa lagi.
Energi positif Rafa itu mengalir begitu saja dan terserap oleh Nining. Hal itu memaksanya untuk mengubah wujudnya menjadi seekor curut kecil.
"Iya serah lu! Semut sekalian kalo mau kecil!" Ucap Arian.
"Nahh iya semut aja, tinggal sekali injek! Mati!" Rafa dan Arian mengirim energi positif itu kepada Nining. Tanpa hitungan menit, ia langsung berubah menjadi semut kecil yang energinya tak mampu menarik apapun lagi.
***
Desi dan Wita menyaksikan seniornya yang telah di ubah menjadi semut kecil oleh kekuatan pikiran positif dua orang bernyawa yang mereka ikuti sedari tadi.
Desi cukup mengenal Arian yang sangat populer di SMA GAIB RENGGANI. Karna ia adalah satu-satunya manusia yang bisa melihat sekolah mereka itu.
Desi tak terbesit niat jahat kepada Arian dan teman-temannya. Ia hanya merasa penasaran mengapa Arian dan teman-temannya bisa menyadari keberadaan mereka semua, setelah berpuluh-puluh tahun mereka berada disana dan menerima murid baru untuk setiap tahunnya.
Ini adalah pertama kalinya Pimpinan sekolah mereka memerintahkan semua jenis jin yang ada di SMA GAIB RENGGANI untuk membatasi energi sekolahnya agar tak nampak dari anak indigo sekalipun, seperti Bima yang tak bisa merasakan atau pun melihatnya walau ia telah berdiri tepat di tengah gedung SMA GAIB RENGGANI.
Walau energi sekolah itu telah di batasi. Namun Arian dan teman-temannya tetap saja bisa merasakan kehadiran sekolah gaib itu. Terlebih lagi, Arian bisa melihat gedung super tinggi itu dari segala sudut sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments