"Soal foto Putri yang kesebar di internet! Foto itu di posting saat gua masih pingsan di klinik. Gua sadar setelah gua di pindahin ke rumah sakit!"
"Kalian bisa mikir, siapa yang bisa punya foto Putri kayak gitu? Dan siapa yang bisa sebar fotonya"
"Putri bilang gua suka sama Bima! Gua temenan sama Bima udah dari TK! Gua tau dia jagain Putri karna ambisius buat jadi anggota osis!"
"Tapi gua ga nyalahin dia! Karna Putri juga korban Bully Ririn. Dan gua korban Bully mereka berdua!"
"Ga cuma mereka berdua! Kalian semua! Kalian yang nyiram gua waktu gua di wc!" Teriak Jini kesal.
Arian dan Bima terkejut mendengar hal itu. Mereka tak pernah mengetahui bahwa Jini di bully karna kasus itu.
"Kalian yang ngisi loker gua dengan sampah!"
"KALIAN YANG SOBEK BUKU-BUKU GUA!"
"KALIAN YANG NATAP GUA KAYAK NAJIS!"
"LO SEMUA TAU! GIMANA RASANYA JADI ORANG BERBEDA DI ANTARA ORANG YANG LAIN! LO DI ANGGAP ANEH! LO DI ANGGAP ASING!" Teriak Jini dan mulai menangis. Bertahun-tahun ia mengalami hal semacam itu di sekolahnya. Namun teman-temannya selalu ada di sampingnya dan membelanya. Tetapi kini, salah satu temannya malah mendukung perbuatan itu. Itulah hal yang sangat menyedihkan untuk Jini.
Semua guru pun baru mengetahui hal itu. Jini mendapatkan perlakuan bullying setelah kejadian yang memilukan beberapa hari lalu.
"MUNGKIN LO SEMUA GA ADA DI POSISI GUA! LO SEMUA GA TAU RASANYA KAYAK GIMANA! GUA BANTUIN KORBAN BULLY! GUA MASUK RUMAH SAKIT! 5 KANTONG DARAH MASUK KE TUBUH GUA KARNA GUA BANTUIN DIA!"
"SETELAH GUA SEMBUH! GUA BALIK KESEKOLAH INI! GUA MALAH DI BULLY DARI LU SEMUA! KARNA ORANG YANG GUA BANTU NGEFITNAH GUA DENGAN GAMPANGNYA!"
"SAMPE KAPAN PUN LU SEMUA GA BAKAL TAU RASANYA KAYAK GIMANA!"
Kela mendorong kepala Ririn hingga membuatnya terjatuh ke tanah. Ia segera merampas mic yang Jini pegang.
"Saya harap kejadian ini sebagai pelajaran buat kita semua. Bukan kita aja! Juga para guru dan staf sekolah!" Ucap Kela lalu memberikan mic itu kepada guru.
"Terimakasih Pak!" Ucap Kela lagi. Ia membawa Jini ke UKS dan membiarkan Jini menangis.
***
Pengesahan ketua dan anggota osis pun telah selesai. Arian, Jovan, Rafa dan Bima berlari ke UKS menemui Jini. Kela yang melihat mereka semua masuk ke UKS, Segera meninggalkan mereka semua kembali ke kelasnya.
"Jin" panggil Arian. Jini masih sesegukan menahan tangisnya.
"Kenapa lu ga cerita ke gua?" Tanya Arian.
"Kalo gua cerita, pasti lu bilang pura-pura ga tau aja" ucap Jini.
"Gua tau semuanya. Tapi gua ga tau lu di bully dari semua orang di sekolah ini"
"Pantesan gua selalu cium bau darah kalo gua lewat kelas 1B. Ternyata Ririn pelakunya!" Ucap Rafa.
"Kenapa lu baru bilang?" Tanya Jovan.
"Kan gua mikirnya mungkin ada yang lagi haid atau apa lah gitu" ucap Rafa.
"Gua minta maaf Jin" ucap Bima.
"Ga perlu. Udah lewat juga" ucap Jini.
Semuanya telah berlalu. Ririn di Drop Out dari SMA RENGGANI karna kasus bullying. Sedangkan Putri di pindah sekolahkan dari orang tuanya. Jini dan teman-temannya mulai menjalani sekolah seperti biasanya.
***
Kela bersiap untuk menjalani Ujian Nasional. Jovan mulai mendengar teriakan-teriakan yang berasal dari SMA GAIB RENGGANI kembali. Rafa mencium aroma-aroma itu kembali. Namun Arian menatap gedung super tinggi itu masih sama dengan kemarin.
"Bentar lagi Ujian. Kita mesti cari tau siapa tumbal selanjutnya!" Ucap Jini.
"Seminggu sebelum Ujian, kita bakal di liburkan!" Ucap Rafa.
"Kita harus cari Indah! Biar kita tau siapa tumbal selanjutnya" ucap Bima.
"Gimana caranya?" Tanya Jovan
"Kita harus paksa Indah bantuin kita! Kita kasih imbalan Ijazah kalo dia berhasil bantuin kita!" Jini begitu bersemangat mengungkap mitos tersebut.
"Terlalu bahaya Jin! Ini sangkut paut sama nyawa semua orang! Terlebih lagi, sekolah kita udah lama banget percaya sama mitos itu!" Arian menyela.
"Menurut lu kenapa Mitos bisa jadi nyata?" Tanya Bima.
"Kepercayaan!" Jawab Jini spontan.
"Iyaa! Kepercayaan! Karna semua orang percaya sama Mitos itu! Itu yang jadi kekuatan buat dia jadi nyata!" Sambungnya.
"Bearti yang bikin mitos itu jadi nyata, yahh kita sendiri!"
"Maksudnya gimana sih?" Tanya Rafa.
"Mitos itu ga ada. Cuma cerita buatan atau boongan doang! Tapi, karna di ceritain. Mitos itu jadi ide buat makhluk-makhluk itu bikin drama di sekolah ini! Dengan judul 'Tumbal Ujian', semakin orang percaya sama mitos itu! Semakin besar energinya buat terjadi!" Jelas Arian.
"Masuk akal sih" ucap Bima.
"Menurut kita! Kalo kita jelasin ke orang-orang di sekolah biar mereka ga percaya lagi sama mitos itu. Mana masuk akal menurut mereka!" Ucap Arian.
Seminggu sebelum Ujian Nasional di mulai. Jini dan teman-temannya menunggu Indah di depan SMA GAIB RENGGANI.
"Indah Larasati, Indah Larasati, Indah Larasati, Indah Larasati" Bima terus memanggil Indah.
***
Di hari yang sama, Kela berlari tanpa tujuan. Kakek-kakek yang mengikutinya itu seakan berniat tidak baik kepadanya. Beliau tak berkata apapun. Hanya ada tatapan tajam dan dendam mengelilingi wajahnya.
***
"Indah Larasati, Indah Larasati, Indah Larasati" Bima terus memanggil Indah tanpa henti.
Ruh Indah yang terkurung dalam sebuah botol tidak bisa memenuhi panggilan tersebut.
***
Semua makhluk yang ada di SMA GAIB RENGGANI menatap tajam kepada Jini dan teman-temannya. Lagi-lagi mereka mengganggu sekolah yang tak kasat mata itu.
Arian membulatkan matanya melihat penampakan yang ia alami saat ini. Seluruh siswi di SMA GAIB RENGGANI tidak terlihat seperti sebelumnya. Mereka semua penuh luka, wajahnya bahkan terlihat lebih menyeramkan dari semua jenis setan yang biasa Arian jumpai. Tulang pipi mereka seakan menunjukkan eksistensinya dari balik gumpalan daging keriput dan kering di wajah mereka. Tulang rahang dan giginya yang menghitam itu terlihat jelas karna mereka menganga menatap Jini dan teman-temannya. Mata mereka yang bulat menonjol keluar seakan berusaha keluar dari tempatnya.
Arian membalas tatapan mereka dengan berdoa. Namun semakin Arian memperkuat bacaan doanya dalam hati, semakin mereka tau bahwa Arian melawan mereka.
"Yan!" Panggil Jini yang membuat Arian terkejut.
"Kenapa?" Tanya Jini melihat ekspresi Arian yang sangat terkejut mendengar panggilannya. Arian menggeleng.
"Kok perasaan gua ga enak ya?" Tanya Jini lagi.
"Ga enak gimana?" Tanya Rafa.
Jini menoleh ke belakangnya. Ia merasa di perhatikan oleh seseorang, namun ia tak tau arahnya dari mana. Jini menoleh kembali ke sekitarnya sambil celingak-celinguk.
"Lu kenapa Jin?" Tanya Bima.
"Kayak ada yang merhatiin kita disini" ucap Jini. Arian tersentak mendengar ungkapan Jini, tentunya Jini bisa merasakan aura negatif itu. Namun Jovan tak mendengar sesuatu yang aneh disana. Begitu pula Rafa dan Bima.
"Mereka semua lagi ngeliatin kita!" Tegas Arian. Mereka semua terdiam di lapangan itu. Rafa mulai mencium aroma bangkai yang menyengat di hidungnya, ia segera memasang filter penciumannya dan melapisinya dengan masker. Jini merasa tak nyaman di lapangan itu. Ia terus saja merasa ada seseorang yang memperhatikan mereka. Arian tertunduk menatap rerumputan. Sedangkan Jovan dan Bima masih tak mendapat gangguan apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments