Tak terasa aku menikah dengan bang Arya sudah dua minggu dan selama ini juga sikap bang Arya selalu berusaha menjadi suami yang baik. Namun aku masih saja canggung karena kami jarang bicara juga. Hari ini aku kebagian kerja siang jadi setelah bang Arya berangkat aku bisa nyuci dan mengerjakan pekerjaan rumah. Namun saat aku baru saja rebahan karena baru beres tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
"Siapa ya? " bingung ku sambil keluar dari kamar dan berjalan menuju pintu depan. Saat di buka ternyata seorang kurir.
"Maaf ini rumah nya teh Hana? " tanya nya.
"Iya Pak" jawab ku.
Kurir itu pun menyerahkan sebuah amplop coklat yang entah apa isinya. Karena itu atas nama ku akhirnya aku Terima dan setelah kurir itu pergi aku langsung membuka isinya dan saat di buka aku terkejut karena ternyata isinya buku Nikah.
"Buku Nikah siapa? " pikir ku. Namun saat si buka ternyata ada foto ku dan bang Arya.
"Kapan daftarnya? " pertanyaan ku.
Namun aku langsung memasukannya dan aku akan tanyakan nanti saat bang Arya pulang.
Malam saat pulang kerja aku melihat bang Arya sedang duduk di depan rumah sepertinya menunggu aku pulang karena saat aku masuk pekarangan dia langsung berdiri.
Aku pun berjalan ke hadapannya dan menyalaminya.
"Maaf aku gak jemput kamu" ucapnya sambil masuk rumah.
"Gak apa-apa bang, aku bawa motor sendiri juga" balas ku.
Kami masuk kamar dan aku teringat akan paket tadi pagi dan aku langsung mengambilnya dan memberikannya pada bang Arya.
"Apa ini? " tanya bang Arya.
"Abang buka saja dan jelasin sama aku" jawab ku.
Bang Arya membukanya dan dia langsung menatapku.
"Maaf abang gak bilang dulu sama kamu karena mendaftarkan pernikahan ini" ucapnya.
"Alasan abang mendaftarkan pernikahan ini apa?, kita nikah karena terpaksa mungkin dengan kita tidak daftar pernikahan ini abang bisa pergi kapan saja yang abang mau karen aku gak mau jadi beban abang" ucap ku.
"Bagi abang pernikahan itu bukan main-main Han,jadi abang ingin menjalani pernikahan ini dengan sungguh-sungguh karena bang tidak merasa terpaksa" balasnya.
Aku langsung menatapnya kaget dengan ucapannya.
"Abang tau kamu suka sama abang, begitu juga abang suka sama kamu, namun abang tidak berani untuk mendekati kamu karena abang perhatikan kamu bukan seperti wanita lain jadi perkenalan kita bisa kita lakukan di jalan yang halal" lanjutnya.
Aku hanay bisa nunduk karena kaget kalau bang Arya tau jika aku suka sama dia. Bang Arya melepas kalung yang dia pakai dan mengambil cincin yang dia masukin ke kalung itu lalu dia memasangkan cincin itu di tangan ku.
"Ini kamu anggap saja sebagai cincin lamaran, aku berharap kamu mau memulai hubungan dan saling mengenal agar kita bisa memahami" ucapnya.
Aku yang bahagia karena mengetahui kalau cintaku terbalas langsung mengangguk begitu saja.
"Ya sudah kamu bersih-bersih dulu sana" ucapnya dan aku langsung masuk kamar mandi dan di dalam kamar mandi aku pandangi cincin yang saat ini ada di jari manis ku.
Besoknya setelah bang Arya pergi aku berniat menyimpan buku nikah yang kemarin belum sempat aku simpan. Namun entah kenapa aku ingin membukanya karena masih belum percaya dengan ini semua. Saat membuka halaman kedua dan membaca nama bang Arya.
"Rivaldi Arya Saputra Wiguna" gumam ku.
Aku merasa pernah mendengar nama Wiguna tapi entah dimana. Karena gak mau pusing memikirkan semuanya akhirnya aku simpan ditempat aman. Aku bekerja seperti biasa namun malam ini aku di jemput karena bang Arya bilang kalau dia akan mampir saat pulang dan nunggu aku pulang. Kami pulang dan saat masuk rumah aku melihat Ilham masih di ruang TV.
"Tumben belum tidur" ucap ku.
"Belum ngantuk" jawabnya dingin.
Aku merasa ada sesuatu sepertinya Ilham sedang marah tapi entah apa yang membuat Ilham marah.
"Kamu kenapa aku ajak bicara diam saja? " tanya bang Arya.
"Eh maaf bang aku gak fokus" jawab ku.
"Ada apa? " tanya nya sambil rebahan.
"Ilham seperti nya lagi kesal deh, gak biasanya dia belum tidur" jawab ku.
"Ya kamu tanyakan saja, atau besok tanya sama ibu" sarannya.
"Ya sudah besok aku tanya ibu saja" putus ku.
Namun paginya saat aku hendak bantu ibu aku tak sengaja mendengar suara ibu di kamar Ilham.
"Bu, ibu kan bisa minta sama teh Alya, dia suaminya orang kaya masa ibu gak bisa" ucap Ilham sedikit keras.
Aku yang mendengar ibu di bentak Ilham langsung masuk.
"Ilham" bentak ku.
"Teh" kaget ibu.
"Kamu kenapa bentak-bentak ibu? kan bisa bicara dengan pelan" omel ku karena kesal.
Ilham tidak membalas ucapan ku dia langsung masuk kamar mandi. Ibu pun keluar dari kamar Ilham dan aku mengikuti ibu ke dapur.
"Bu ada apa? " tanya ku.
Ibu duduk di meja makan dan menjawab pertanyaan ku.
"Ilham dia minta uang untuk acara perpisahan sekolahnya ke Jogja" jawab ibu.
"Terus masalahnya apa? " tanya ku lagi.
"Bapak gak ada uang karena kemarin sawah kita gagal panen" jawab ibu.
"Ibu kenapa gak bilang sama Hana, kalau ibu bilang mungkin Ilham gak akan marah" ucapku.
"Ibu tidak mau menyusahkan kamu, apa lagi sekarang kamu udah berkeluarga pasti banyak keperluannya" ujar ibu.
"Berapa yang di butuhkan Ilham? " tanya ku.
"ongkosnya satu juta teh" jawab ibu.
Aku langsung masuk kamar kembali untuk ngambil uang yang di butuhkan ibu. Aku ada uang mas kawin yang di berikan bang Arya dulu karena uang itu belum aku pakai sama sekali. Namun saat aku sedang menghitung uang tiba-tiba bang Arya berdiri di samping ku dan membuat aku terkejut.
"Abang, bikin kaget saja" kesal ku.
"Abis kamu ngitung uang kaya maling saja" ujar nya.
"Uang buat apa? " tanya nya.
"Ilham butuh uang buat acara perpisahan sekolahnya ke Jogja dan ibu lagi gak ada uang karena bapak gagal panen" jawab ku.
"itu terus uang apa? " tanya nya.
"Uang mas kawan yanga bang kasih" jawab ku.
"Jangan pakai uang itu" ucapnya lalu pergi dan membuat aku kaget karena aku berpikir dia melarang aku memakai uang ini. Namun tak lama dia kembali sambil membawa dompetnya.
"Ini" menyerahkan uang satu juta.
Aku menatap ke arahnya karena bingung juga.
"Ambil kasih ke ibu" ucapnya.
Aku pun mengambilnya dan tak lupa mengucapkan terimakasih. Saat keluar ternyata Ilham sedang sarapan. Aku pun duduk di hadapannya lalu menyerahkan uang yang di berikan bang Arya pada ku.
"Uang apa ini teh? " tanya nya.
"Buat bayar piknik" jawab ku.
"Teteh uang dari mana? " tanya nya karena aku yakin dia takut aku gak ada uang.
"Dari bang Arya" jawab ku.
Lalu bang Arya datang dan langsung berkata "ambil saja nanti untuk jajan abang tambahin".
" Makasih lo nak Arya"ucap Ibu.
Bang Arya cuman tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments