Rayan mulai mengingat kembali peristiwa saat ayahnya di bawa ke rumah sakit, hingga tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit. Dia buru-buru mencari obatnya yang di simpan dalam laci. Saat sudah menemukannya, dia gegas menelan satu butir pil dan meminum segelas air.
"Aku ingat sekarang!" Katanya seraya duduk dan menyandarkan tubuhnya di kursi. "Saat itu Aku sudah mengetahui kalau papa Sharen bukan pelakunya, tapi yang buat aku bingung kenapa aku masih menikahi Sharen? Apa aku sudah jatuh cinta padanya?" Ucap Rayan bergumam. Lalu netranya melirik ke arah sang istri yang sedang tertidur pulas di atas sofa.
Saat Rayan akan menyimpan botol obatnya. Dia menyadari kalau obatnya hanya bersisa 1 butir saja. "Besok aku harus pergi ke rumah sakit untuk mengambil obat sekalian memberitahu kalau aku mulai mengingat sesuatu", lanjutnya dengan tersenyum.
...---...
Setelah tertidur hanya beberapa jam, Rayan pun bangun pagi agak kesiangan. Matanya melihat kesekeliling, namun tak terlihat ada Sharen di sana. "Di mana dia?" tanya Rayan. Untuk pertama kali dia mencari Sharen pasca hilang ingatannya.
Cklek
Pintu kamar di buka seseorang, sontak Rayan menoleh.
"Pagi, Tuan", sapa Sharen saat mereka saling beradu pandang.
"Pagi", jawab Rayan yang membuat Sharen kaget. Netranya membulat sempurna, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Kenapa masih berdiri di sana. Siapkan pakaian kerjaku!"
"Ba- baik, Tuan", jawab Sharen kelabakan, namun tidak mengurangi rasa bahagianya. Kemudian dia berjalan menuju walk-in closet dan mengambil setelan jas favorit sang suami. "Ini Tuan!" Sharen meletakkan setelan jas di atas tempat tidur. Lalu dia berjalan untuk mengambil tas kerja sang suami.
Sementara Rayan langsung mengenakan pakaian kerjanya di depan Sharen.
Sharen gegas membalikkan badannya. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa, setelah sebulan lebih Sharen menjalani kehidupan layaknya seorang pembantu.
"Tolong rapikan dasiku!" pinta Rayan.
Sharen mendelik tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Em, sebentar Tuan", jawabnya dengan perasaan gugup. Lalu dia berbalik dan berjalan menghampiri Rayan. Tangannya terjulur saat merapikan dasi sang suami. Tatapannya pun tidak dia palingkan sedikit pun dari dasi yang dia pegang. "Sudah Tuan", katanya seraya menunduk.
"Em, lumayan", ucap Rayan. "Terimakasih", lanjutnya dengan tersenyum.
Hati Sharen bak di panah api asmara. Jantungnya berdebar kencang saat melihat senyuman sang suami. Akhirnya dia tersenyum lagi padaku. Ucap Sharen di dalam batin.
"Bawakan tas kerjaku", kata Rayan seraya berjalan menuju pintu ke luar.
Sharen gegas membawa tas kerja Rayan. "Ini Tuan", katanya, namun Rayan terus berjalan, hingga Sharen terpaksa mengekor di belakang Rayan.
Saat melewati ruang makan, Rayan sengaja memperlambat langkahnya, hingga dirinya dan Sharen terlihat sedang jalan bersama.
Fiona yang kebetulan masih berada di ruang makan, melihat Rayan dan Sharen jalan bersama. Dia gegas mengikuti mereka, hingga ke pintu utama.
"Terimakasih", ucap Rayan seraya menunduk dan mengecup kening Sharen.
Netra Sharen membulat sempurna saat melihat Rayan tersenyum setelah menciumnya.
Sementara Fiona yang melihat adegan itu, merasa tak percaya Rayan melakukannya. "Gak mungkin!" gumamnya. Lalu dia melihat Sharen berjalan ke arah dirinya. Spontan dia menarik tangan Sharen. "Apa yang sudah kau berikan pada kak Ray, ha? Kenapa dia jadi berubah?"
Merasa tak senang Fiona mencecarnya dengan banyak pertanyaan, Sharen pun menatap tajam Fiona. "Aku ini istrinya Rayan, sedangkan kau! Siapa?"
"Tolong kata-katanya di ralat!" balas Fiona dengan nada angkuh. "Harusnya tadi kau bilang Istri yang tidak di anggap Rayan!" lanjutnya.
Sharen tertawa mendengar penuturan Fiona. "Mau di anggap, mau enggak, masalah buat lo!" Sharen beranjak meninggalkan Fiona yang masih kesal pada Sharen.
"Kau bisa tertawa saat ini, kita lihat saja nanti setelah kak Ray pulang. Apa kau masih bisa tertawa?" ledek Fiona. Lalu dia juga beranjak dari posisinya berdiri dan berjalan menuju ruang makan.
...---...
Bagi Sharen rasanya waktu berlalu begitu cepat. Baru saja dia menyiapkan makan siang, saat ini dia sudah harus menyiapkan makan malam.
"Aku sudah selesai", kata Rayan seraya bangkit dari tempat duduknya.
Fiona juga melakukan hal.yang sama. "Aku juga sudah selesai", katanya sambil berdiri.dan pergi mengikuti Rayan.
Semoga dia tidak memiliki niat jahat. Ucap Sharen di dalam batin. Lalu dia pun buru-buru menghabiskan makanan dihadapannya.
"Sharen, buatkan juice jeruk untukku", pinta Desy yang membuat Sharen buru-buru pergi ke pantry. Rasa takutnya pada Desy membuatnya tidak bisa membantah atapun sekedar menjawab ucapan mertuanya itu. "Ini juicenya Bu", ucap Sharen dengan menunduk.
"Hm", balas Desy tanpa ekspresi.
Lalu Sharen duduk sembari menunggu mertua dan adik iparnya itu selesai makan. Lama sekali mereka makan. Ucap Sharen dengan gelisah di dalam batinnya.
Bosan menunggu, Sharen pun mulai menguap. Namun sesaat kemudian netranya berbinar, kala melihat Desy dan putranya bangkit dari tempat duduknya. "Akhirnya", gumam Sharen seraya membereskan meja makan. Lalu dia membawa semua piring kotor ke washtafel dan segera mencucinya.
Setelah selesai, Sharen menjipratkan tangannya lalu mengeringkannya. Rasa penasaran membuat Sharen tidak sabar untuk bertemu suaminya di dalam kamar. Senyumnya pun terukir saat sedang menaiki anak tangga, hingga dia tiba tepat di depan pintu kamarnya
Cklek.
"Apa dia sedang di kamar mandi?" gumamnya saat tidak melihat Rayan di atas tempat tidur. Kemudian dia berjalan menuju sofa dan duduk di sana sembari memainkan ponsel yang baru saja dia pegang setelah sebulan penuh waktu yang dia habiskan hanya seputar dapur dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Lima belas menit berlalu, namun tidak terdengar suara jipratan air dari dalam kamar mandi. Sharen gegas berjalan menuju kamar mandi. Tangannya langsung membuka handle pintu. "Dia tidak ada di sini. Jadi kemana dia pergi?" Sharen mendelik kala memikirkan tempat yang mungkin di tuju sang suami. Lalu dia gegas berlari ke luar dan terus berlari hingga sampai ke kamar Fiona.
Tok. Tok.
Sharen mengetuk pintu dengan perasaan campur aduk.
Cklek.
"Ada apa?" tanya Fiona yang membuka sebagian pintu, karena sedang mengenakan pakaian tidur sexy.
"Mana suamiku?" tanyanya.
"Sepertinya dia lelah setelah pergulatan hebat yang kami lakukan", jawab Fiona santai tanpa rasa bersalah.
Plak
Tangan Sharen mendarat mulus di pipi Fiona, hingga membuat Fiona ingin membalasnya, namun tangan Sharen mampu menepisnya.
"Ternyata kau lebih rendah dari yang kupikirkan. Bahkan kau tidak layak dijadikan sebagai saudara perempuan!" Sharen mendorong Fiona yang berdiri di ambang pintu, lalu dia menerobos masuk. Netranya membulat sempurna kala melihat Rayan berbaring tanpa sehelai kain di tubuhnya.
Tanpa mengatakan apapun, Sharen berlari menuju kamarnya dan membereskan semua pakaiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Maya●●●
bisa2nya rayan gitu
2023-11-29
0
Vincar
Fiona nangis di pojokan 🤣
2023-11-15
0
Vincar
coba ingat baik-baik Ray
2023-11-15
0