Alasan kedatangan Fiona ke rumah suaminya, mulai diketahui oleh Sharen. Kini dia harus lebih waspada pada wanita yang mengaku sebagai cinta pertama suaminya itu.
"Sudah jam 10, aku harus segera membersihkan diri sebelum jam makan siang suamiku", ucapnya bergumam kala pekerjaan rutinnya selesai. Lalu dia berjalan menuju lantai atas.
Sesampainya di dalam kamar senyumannya terukir indah kala menatap wajah teduh sang suami yang sedang tidur di atas ranjang. "Wajah ini yang biasanya aku lihat. Tapi saat kau bangun kau berubah menjadi orang yang tidak aku kenal", gumam Sharen seraya duduk di tepi ranjang. "Tapi aku akan berusaha mengembalikan masa indah yang pernah kita lalui bersama", lanjutnya dengan nada lirih.
Namun tiba-tiba saja Rayan bergerak mengubah posisi tidurnya. Sharen panik dan berjongkok di bawah. Sesaat kemudian dia kembali berdiri untuk melihat apakah Rayan sudah bangun. "Hm, ternyata dia masih tertidur pulas", ucapnya. Lalu dia beranjak dan berjalan menuju kamar mandi.
Setelah dua puluh menit berlalu, Sharen telah menyelesaikan ritual mandinya. "Uh, segar sekali", ucap Sharen sesaat setelah mengenakan baju yang dia bawa ke dalam.kamar mandi. Lalu dia membuka pintu dan berjalan ke luar. Namun baru saja dia melangkah melewati pintu, netranya terbeliak kala sosok yang ingin dia jauhkan dari sang suami tengah duduk di tepi ranjang dengan tersenyum, bahkan Rayan pun ikut tersenyum.
"Mba Sharen, Kak Rayan sudah kenyang katanya", ujarnya dengan sorot mata meledek. Kemudian dia meletakkan piring kosong di atas nakas.
"Owh", jawab Sharen tanpa ekspresi. Lalu dia berjalan menuju cermin. Memakai bedak tipis dan merapikan gulungan rambut panjangnya.
Melihat sikap acuh Sharen, Fiona mengepalkan tangannya dengan penuh emosi. Jika bukan demi mendapatkan kak Rayan, aku sudah menarik rambutmu itu dan mengacak-acaknya! Kesalnya di dalam batin. "Mba, obat-obat Kak Ray di simpan di mana?" tanya Fiona dengan nada lembut.
"Hm, aku simpan di tempat yang aman", jawab Sharen seraya berjalan mendekati Fiona. "Owh, iya. Terimakasih karena sudah memberi makan suamiku. Sekarang adalah waktunya suami dan istri berduaan, jadi kamu sudah boleh keluar", ucapnya dengan tatapan serius.
Ucapan Sharen membuat emoai Fiona semakin naik, namun tidak bisa dia lampiaskan. "Kak Ray, apa keberadaanku di sini mengganggu?" tanya Fiona dengan wajah sendu.
Rayan menanggapi dengan menggelengkan kepalanya. "Tapi kepalaku pusing mendengar kalian saling serang. Cepat berikan obatnya!"
Sharen gegas mengambil obat Rayan di dalam laci. Kemudian dia berjalan menghampirinya.
"Sini, biar aku aja!" Fiona merampas obat dari tangan Sharen. Lalu dia memberikan obat ke tangan Rayan. "Minumnya Kak Ray", ucapnya dengan lembut saat Rayan sudah memasukkan obat ke dalam mulutnya.
"Aku mau istirahat. Kalau kalian mau ribut, jangan di sini!" kata Rayan dengan nada serius.
"Yang bukan penghuni kamar ini, tolong sadar diri!" sindir Sharen.
Merasa tersindir Fiona pun pamit pada Rayan. "Kakak pasti bosan di dalam kamar terus. Nanti sore kita pergi jalan-jalan ya, Kak", ajak Fiona dengan tersenyum.
"Tidak perlu! Aku sudah berencana membawanya jalan sore ini!" tukas Sharen. Sebenarnya dia tidak punya rencana apapun, dia hanya tidak mau ada kesempatan sedikitpun untuk Fiona dan Rayan berduaan.
"Kau pasti bohong!" tuduh Fiona.
"Stop!" sentak Rayan. "Aku kan sudah bilang, kalau kalian mau ribut jangan di kamar ini."
Fiona terpaksa beranjak dari posisinya duduk. Awas saja kau Sharen, akan aku balas kau nanti! Gerutu Fiona di dalam batin seeaya berjalan ke luar kamar.
Setelah Fiona pergi, Rayan menatap ke arah Sharen. "Kau pun pergilah!" usirnya dengan nada tidak ramah.
"Tapi Tuan...."
"Aku tidak membutuhkanmu di sini!" ketus Rayan memotong ucapan Sharen.
"Baik Tuan", jawab Sharen dengan wajah sendu. Lagi-lagi suaminya menolak berduaan dengan dirinya. Padahal Sharen sengaja menggunakan kesempatan itu untuk membantu ingatan Rayan pulih. Dengan langkah berat Sharen berjalan ke luar kamar.
Saat langkah Sharen.sudah di luar kamar, suara tawa seseorang memenuhi pendengarannya.
"Ha, ha, aku pikir Kak Ray akan mempedulikanmu, tapi ternyata dia mengusirmu! Makanya terlalu percaya diri!" ledek Fiona dengan tertawa.
Emosi Sharen mulai naik ke ubun-ubun. Dia tidak menyangka ada wanita yang tidak tahu malu, dengan sengaja ingin merebut suami orang lain. "Tertawalah sepuasnya, barangkali kau tidak akan punya kesempatan itu lagi!" sindir Sharen. Lalu dia pergi meninggalkan Fiona.
Tak terima dengan ucapan Sharen, tangan Fiona langsung menarik pergelangan Sharen. "Apa kau sedang menyalakan api perang?" tanya Fiona dengan wajah serius, namun Sharen membisu. "Tunggu dan lihat saja! Kau tidak tahu siapa aku sebenarnya!" seringai Fiona. Lalu dia menghentak tangan Sharen dan berjalan meninggalkannya.
"Aku sudah tahu kau itu wanita jahat!" gumam Sharen berdecak kesal. Lalu dia berjalan menuju pantry. Namun saat melihat Rey duduk sembari menikmati minuman ditangannya, Sharen gegas berbalik badan.
"Hai, cantik! Mau kemana?" tanya Rey yang telah melihat kedatangan Sharen. Namun Sharen tetap melanjutkan langkahnya.
Dalam sekejap Rey sudah berada dihadapan Sharen. "Kenapa buru-buru, sayang. Ayo temani aku minum sebentar", rayu Rey dengan wajah tak tahu malu.
Sharen bergidik ngeri mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Rey. "Aku ini kakak iparmu, jadi tolong jaga sikapmu!" tegas Sharen. Lalu dia berusaha meloloskan diri dari penghadangan Rey.
Tangan kekar Rey langsung menahan Sharen. "Hanya sebentar saja, jika kau tidak mau jangan salahkan aku berbuat lebih kasar lagi", ancam Rey yang membuat Sharen ketakutan.
Setelah berfikir sejenak, Sharen pun memutuskan menuruti permintaan Rey. "Hanya 2 menit! Tidak lebih!" tukasnya.
Rey mengangguk. "Asalkan kau menemaniku, itu sudah cukup."
Sharen terpaksa berjalan kembali menuju pantry. Dia duduk tepat dihadapan Rey. "Nah, gini dong dari tadi. Jadi aku gak perlu kasar denganmu!" kata Rey dengan tersenyum.
Sharen tidak ingin menanggapi ucapan Rey. Dia duduk disitu untuk menghindari terjadii keributan yang bisa mengganggu istirahat sang suami, meskipun dia tahu perbuatannya itu salah.
"Aku memintamu duduk di sini bukan sebagai pajangan!" kesal Rey saat Sharen tidak mengatakan apapun selama dia duduk disana.
"Waktuku bersisa satu menit lagi", kata Sharen tanpa peduli akan kekesalan Rey. Namun sesaat kemudian wajah Sharen memucat kala melihat Rayan tiba-tiba datang.
"Berikan aku air minum!" titahnya pada Rey dan mengabaikan Sharen yang menatapnya dengan ketakutan.
"Tuan, ini tidak seperti yang terlihat. Aku hanya..."
"Cepat, mana airnya!" desak Rayan saat Rey tak kunjung memberikannya air minum.
"Ini Kak", kata Rey sembari memberikan segelas air minum pada Rayan.
Rayan meminumnya dalam sekali tegukan. Lalu dia pergi meninggalkan tempat itu tanpa sepata kata. Sementara Sharen berusaha menjelaskan dengan mengikuti di belakang Rayan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
auliasiamatir
kok suka bamger sib thor, bikin penderitaan panjang buat sharen
2023-11-22
0
Vincar
wakakakak
2023-11-11
0
Vincar
cih ... hanya besar omong doang
2023-11-11
0