"Apa Rayan sudah berangkat kerja, Fi?" tanya Desy kala melihat Fiona kembali ke meja makan seorang diri.
"Sudah Tante", jawab Fiona dengan tersenyum. Lalu dia mengalihkan pandangannya pada Sharen. "Mba, tolong buatkan aku jus jeruk dong", pintanya dengan lembut pada Sharen.
Sharen bergeming, dalam benaknya dia berkata kalau dia bukanlah pembantu di rumah itu.
"Kenapa diam!" sentak Desy yang membuat Sharen terjingkat.
"Maaf, Bu. Saya bukan pembantu di sini!" ujar Sharen spontan.
Desy meletakkan sendok dengan kasar di atas piring. "Cih, kau mungkin belum tahu siapa Fiona! Asal kau tahu, Fiona itu cinta pertama suamimu!" tukas Desy dengan menekankan kata cinta pertama.
Sontak Sharen menatap Fiona. "Apa benar seperti itu?" tanya Sharen memastikan.
"Mba salah paham", jawab Fiona dengan wajah memelas. "Aku itu bukan -- "
"Sudahlah Fi!" potong Desy. "Kau tidak perlu menjelaskan apapun pada istri yang sudah tidak di anggap lagi oleh suaminya ini!" ledek Desy.
Fiona menatap iba wajah sendu Sharen dan mengabaikan ucapan adik kandung ibunya itu. "Gini aja Mba, tolong tunjukin aku di mana pantry", pinta Fiona.
"Ayo, biar saya antar." Sharen berjalan menuntun Fiona menuju pantry. "Ini, mba", tunjuknya.
Netra Fiona menatap kagum akan design pantry bergaya klasik itu. "Terimakasih, mba", ucapnya dengan ramah.
"Sama-sama", sahut Sharen. Namun di dalam benaknya dia bertanya-tanya tentang Fiona, karena sewaktu Rayan belum hilang ingatan, nama Fiona tidak pernah dia sebutkan ataupun ceritakan sebagai mantannya. Apa selama ini Rayan menutupinya dariku. Jika iya, kenapa dia tidak mau aku tahu tentang Fiona? Tanya Sharen di dalam benaknya. Lalu dia mengayunkan langkahnya meninggalkan Fiona seorang diri.
Sesampainya di meja makan, Sharen seolah tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya. "Sharen!" panggil Desy dengan kasar hingga membuyarkan lamunan Sharen.
"Iya, Bu", sahut Sharen kesal.
"Aku tidak mau melihatmu bersikap tidak sopan pada Fiona!" tegas Desy. "Intinya kau harus ikuti semua kemauannya sama seperti apa yang kami inginkan!" lanjutnya dengan nada keras.
Rey tersenyum melihat wajah tertekan Sharen. Entah apa yang sedang Rey simpulkan dalam benaknya, namun senyum smirknya mampu membuat Sharen bergidik ngeri.
Baru saja Sharen akan menjawab ibu mertuanya itu, tiba-tiba Pak Nick, supir keluarga Rey datang menghampiri mereka di meja makan. "Permisi nyonya. Maaf jika saya lancang datang kemari", ucap Nick dengan menunduk.
"Ada apa? Cepat katakan!"
"Berkas Den Ray ketinggalan di kamar. Dia minta Non Sharen mengantarkannya", sahut Nick, pria paruh baya yang telah lama bekerja di keluarga Rayan itu.
"Oke, biar nanti aku yang mengurusnya!" ujar Desy.
Nick berpamitan setelah mendengar ucapan Desy. "Kalau begitu saya tunggu di depan ya, Non", katanya seraya meninggalkan ruang makan.
"Iya, Pak", sahut Sharen. Namun dia menangkap gelagat aneh Pak Nick kala sedang menatap ke arah Desy. Apa Pak Nick seorang yang genit, kenapa dia menatap ibu Desy seperti itu. Ucap Sharen curiga di dalam batinnya.
"Apa Tante mau?" tawar Fiona saat bergabung kembali di meja makan dengan membawa jus jeruk ditangannya.
"Tidak! Aku sedang menjaga pola makanku dengan baik", tolak Desy. Lalu dia meneguk secangkir kopi.
"Menjaga pola makan apa? Lihat apa yang Tante minum!"
"Sudah, jangan menasehatiku!"
Fiona tertawa kecil saat mendengar penuturan Desy. Tanpa dia sadari setiap gerak gerik dan mimik wajahnya menjadi pusat perhatian Sharen.
"Mba, mau jus jeruk?" tawarnya pada Sharen.
Sharen tersenyum tipis seraya menggelengkan kepalanya. "Tidak", jawabnya singkat. Lalu dia beranjak dari posisinya dan berjalan menuju lantai atas.
"Kalau tidak ada yang mau, biar buat aku saja!" rampas Rey dengan tiba-tiba dari tangan Fiona.
"Hey, jangan kasar dong!" bentak Fiona saat jus jeruk ditangannya tertumpah hingga membasahi bajunya.
"Sudah... Sudah!" teriak Desy menghalangi putra dan keponakannya memperdebatkan hal yang tidak penting. "Ada hal penting yang harus kau urus", ujar Desy saat menatap ke arah Fiona. "Kau yang harus mengantarkan berkas pentng Rayan kekantornya!"
Fiona menunjuk pada dirinya sendiri. "Aku", katanya memastikan.
"Iya, siapa lagi?"
"Tapi Tante -- "
Shhttt... Desy berdesis kala mendengar langkah seseorang menuruni anak tangga, yang dia yakini bahwa itu adalah Sharen. Fiona pun diam sesuai perintah Desy.
"Bu, aku pamit mau ke kantor suamiku", kata Sharen sembari membawa berkas ditangannya. Lalu dia membalikkan badan sebelum mendengar balasan dari Desy.
"Tunggu dulu!" teriak Desy, hingga menghentikan langkah Sharen. "Biar aku saja yang mengantar berkas Rayan!" Desy beranjak dari posisinya serta mengambil berkas dari tangan Sharen.
"Tapi tadi suamiku -- "
"Sudah, jangan membantah! Aku hanya tidak mau orang-orang di kantor akan membicarakan Rayan, karena melihat penampilan istrinya yang seperti ini."
Sharen memperhatikan penampilannya. Lalu dia tersenyum tipis melihat pakaiannya yang sedikit longgar, padahal sebelumnya baju favoritnya itu sangat cocok saat dia kenakan. "Baik, Bu", ucap Sharen patuh. Lalu dia menyerahkan berkas ditangannya pada Desy.
Desy buru-buru menerimanya. "Kami semua sudah selesai makan, cepat kamu beresin meja makan!" titah Desy.
Sharen mengangguk perlahan. "Baik, Bu", jawabnya.
"Aku bantu, ya", tawar Fiona dengan lembut.
"Jangan, Fi! Biar dia saja yang mengerjakannya. Itu memang pekerjaannya", imbuh Desy.
Fiona pun mengikuti sesuai perkataan Desy, dia ikut beranjak meninggalkan meja makan, belum sempat melangkah dia sudah membalikkan badan. "Lain kali aku pasti membantumu", ujar Fiona saat menoleh ke belakang.
Sharen menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu", katanya seraya tersenyum tipis.
...----...
Tanpa menunda waktu Fiona pun pergi ke kantor Rayan. Hanya dalam waktu kurang dari 20 menit Fiona sudah berada di lobi kantor Rayan. Dia gegas berjalan masuk, namun terhalang karena tidak punya kartu akses masuk.
"Selamat pagi, Bu. Maaf, tolong kartunya tempel di sini", ucap security dengan ramah.
"Aku ini istri bosmu, jadi biarkan aku masuk!" ucap Fiona dengan setengah berbisik.
Security yang berlabel nama Yatno di dada kanannya itu tersenyum ke arah Fiona. "Ibu jangan bercanda. Emangnya saya tidak kenal dengan Bu Sharen, istri Pak Rayan?"
"Kalau kamu tidak percaya, coba kamu telpon bosmu sekarang!"
"Ada apa?" tanya supir Rayan yang kebetulan datang dan melihat Fiona masih berdiri di dekat security.
"Aku tidak punya tanda pengenal untuk masuk ke dalam!" tukas Fiona.
"Kenapa gak bilang dari tadi. Nih, pakai punyaku saja", kata Nick seraya mengeluarkan tanda pengenal miliknya, lalu Fiona gegas melangkah masuk setelah menempelkan kartu milik Nick.
"Dia sedang membawa berkas Pak Rayan. Kalau tadi bos tahu kau menghalanginya masuk, aku khawatir besok kau tidak akan bekerja di sini lagi", lanjut Nick hingga membuat security itu takut.
"Maafkan saya, Pak", ucap sang security dengan menunduk.
...---...
Fiona sudah menaiki lift, hingga dia tiba di lantai yang ingin di tuju. Fiona menggeol-geol layaknya foto model menyusuri koridor kantor.
"Wah, kantornya bagus banget", gumam Fiona dengan tersenyum.
Para karyawan yang berpapasan dengannya kagum akan kecantikan Fiona.
"Cantik banget, apa dia karyawan baru di sini?" bisik karyawan pria berambut cepak.
Teman di sampingnya tidak menjawab, karena terpesona dengan lekuk tubuh Fiona.
"Woy!" sentak pria berambut cepak. "Hapus ilernu tuh!" Tangan pria berambut cepak gegas meriah kerah baju temannya seraya mengusap sudut bibir temannya.
Dasar pria tak sadar diri. Maki Fiona di dalam batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Putra Al - Bantani
hadir kak
2023-11-07
0
Maya●●●
fiona sebenarnya baik ya.
2023-10-28
0
Vincar
Untung si Fiona baik
2023-10-27
1