Hari ini Rayan pulang lebih awal dari biasanya. Masih pukul 6 sore, dia sudah tiba di rumah.
"Sore, Tuan", sapa Sharen saat membukakan pintu buat suaminya itu.
"Hm" jawab Rayan singkat sambil berjalan dengan langkah lebar.
Langkah Sharen sedikit tergesa-gesa saat dia mengikuti Rayan tepat di belakang.
"Jangan mengikutiku lagi!" tukas Rayan yang menyadari keberadaan Sharen dibelakangnya.
Tak ingin rencananya gagal lagi, Sharen tidak peduli dengan perkataan Rayan. Dia sengaja melewati Rayan dan berjalan menuju kamar mereka.
"Kak Ray", panggil Fiona dengan tersenyum. Lalu dia berjalan mendekati Rayan. Saat Fiona berjarak beberapa langkah lagi dari Rayan, tiba-tiba Sharen menghalangi. Fiona terjingkat, lalu dia terpaksa mundur. "Hei! Kenapa kau menghalangiku?" kesal Fiona.
Rayan pun menyingkirkan halangan dirinya dan Fiona. "Ada apa?" tanya Rayan saat Sharen tidak lagi jadi penghalang.
"Aku punya dua tiket konser musik kesukaan kak Ray. Kita nonton bareng yuk", ajaknya tanpa peduli dengan perasaan Sharen.
"Oke", jawab Rayan yang membuat hati Sharen hancur, sedangkan Fiona tampak sangat bahagia. Namun sesaat kemudian Sharen terpikirkan satu solusi. Dia meraih ponselnya untuk memesan tiket yang sama. Sementara Rayan sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar.
"Yah, tiketnya habis!" sesal Sharen saat pencarian tiket onlinenya tidak berhasil.
"Ha, ha, ha..." Tiba-tiba terdengar suara tawa Fiona yang menggelegar, membuat hati Sharen semakin kesal. Dia beranjak dari posisinya berdiri meninggalkan Fiona yang belum menyelesaikan tawanya.
"Jangan pergi dulu dong", pinta Fiona dengan sedikit berteriak. "Aku belum puas melihat wajah kekalahanmu!" ledeknya disertai suara tawa.
Tak ingin ambil pusing, Sharen berjalan masuk ke dalam kamar.
...---...
Malam pun tiba. Sharen hanya bisa memandangi kepergian sang suami dengan wanita lain. Walau hatinya dongkol saat sang suami mengenakan pakaian yang membuat dia terlihat keren, namun Sharen tak dapat memaksa suaminya untuk tidak pergi.
"Bye", ucap Fiona dengan tersenyum saat melihat Sharen mengintip dari balik pintu kamar.
Amarah Sharen semakin meluap-luap melihat wajah tersenyum Fiona. Dengan keras dia membanting pintu melimpahkan kekesalannya.
"Sharen!" pekik Desy dari arah luar. Kemudian terdengar suara pintu di buka. "Apa kau pikir aku diam dalam beberapa hari ini, untuk memberimu keebebasan?" tanya Desy dengan nada keras.
"Maaf, Bu", ucap Sharen tanpa rasa bersalah.
"Apa kau pikir dengan mengatakan kata maaf, maka semua masalah selesai?"
"Aku tahu ibu tidak menyukaiku. Jadi tidak ada gunanya jika aku mengatakan betapa sakit hatiku saat ini, karena melihat suamiku pergi berduaan dengan wanita lain!" ketus Sharen.
"Semakin hari aku lihat kau ini semakin suka melawan. Sepertinya aku harus membuatmu patuh kembali", sahut Desy dengan tatapan tajam.
Ucapan Desy seolah tak berpengaruh pada Sharen. Dia meninggalkan Desy begitu saja dan berjalan menuju pintu ke luar.
"Hei, menantu tak punya etika!" sergah Desy.
Sharen berbalik, lalu menatap Desy dengan wajah serius. "Maaf, Bu. Saya masih banyak pekerjaan", ucap Sharen. Lalu dia membalikkan badan dan melanjutkan langkahnya.
Tak terima dengan sikap Sharen, Desy pun berlari menghampirinya. Lalu dia menarik paksa tangan Sharen dan menempelkannya di dinding. "Jangan coba-coba melawanku, atau kau bukan hanya akan kehilangan ingatanmu tapi nyawamu!"
Sharen mendelik mendengar kata ancaman dari Desy. Dia mengkaitkan perkataan ibu mertuanya itu dengan apa yang telah menimpa sang suami.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Desy dengan tatapan tajam.
Ternyata dia wanita yang sangat kejam. Aku harus bagaimana sekarang? Sharen beringsut mundur. Dia tampak mulai ketakutan.
"Sekarang kau sudah tahu siapa aku! Jadi jangan coba-coba melawanku!" tegas Desy. Lalu dia pergi meninggalkan Sharen yang masih berdiri dengan wajah ketakutan.
Perkataan Desy membuat kacau pikiran Sharen. Dia ingin segera memberitahu kebenaran itu pada sang suami, namun dia tak punya bukti. Dengan langkah berat Sharen berjalan menuju kamarnya.
...---...
Waktu berjalan begitu cepat, hingga malam pun semakin larut. Dikeheningan malam terdengar suara tawa yang mengusik pendengaran Sharen, karena dia belum terlelap sama sekali.
"Apa mereka sudah pulang?" tanya Sharen dalam benaknya. Baru saja Sharen berniat bangkit dari atas sofa, sudah terdengar suara pintu di buka. Lalu dia buru-buru tidur kembali.
Derap langkah seseorang membuat Sharen tak tahan untuk mengintip. Dan s*alnya dia netranya bertemu dengan netra Rayan.
"Siapkan aku kopi segera!" titahnya.
Sharen tak dapat mengelak lagi. Dia pun bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju pintu keluar.
Sesampainya di pantry, Sharen bertemu dengan Fiona. Ah, aku terkena s*al dua kali. Rutuknya dalam batin.
"Kenapa gak bisa tidur?" ledek Fiona saat baru saja meneguk segelas air.
"Ada suara tapi tak ada wujudnya. Ih, serem", balas Sharen bergidik ngeri. Lalu dia buru-buru membuatkan kopi untuk sang suami.
"Hei, apa kau pikir aku ini setan!" ketus Fiona saat Sharen buru-buru pergi membawa segelas kopi.
"Aaa..." Sharen pura-pura berteriak ketakutan sambil mempercepat langkahnya.
Sebuah sendok melayang karena lemparan Fiona, namun tidak mengenai Sharen. "Kau yang setan!" kesalnya. Niatnya untuk meledek Sharen, berakhir dia yang mendapat ledekan. Kemudian dia berlari hendak mengejar Sharen.
"Wek..." Sharen menjulurkan lidahnya sebelum menutup rapat pintu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Rayan dengan nada serius.
"Itu, tadi ada setan di luar", jawab Sharen santai. Lalu dia berjalan melewati Rayan dan meletakkan segelas kopi di atas meja kerja Rayan. "Kopinya Tuan", katanya dengan tersenyum.
"Hm", jawab Rayan tanpa ekspresi.
"Apa Tuan butuh yang lainnya?"
Rayan menggelengkan kepalanya tanpa menatap Sharen.
"Oke, kalau begitu saya tidur dulu Tuan", kata Sharen seraya berjalan menuju sofa. Walaupun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut sang suami, Sharen tetap membaringkan tubuhnya serta mengucapkan kata selamat malam Tuan.
Dengan keberadaan sang suami disekitarnya membuat Sharen tertidur. Sementara Rayan masih sibuk mengecek presentasi yang akan dia bawakan besok. Tangannya merogoh laci untuk mencari flashdisk sebagai tempat penyimpanan cadangan. Setelah menemukannya, dia langsung mencoloknya ke laptop.
Sembari menunggu flashdisk terbuka, sesekali Rayan menguap karena rasa kantuknya yang semakin berat. "Kenapa flashdisknya berat? Padahal isinya cuma bahan presentasi", ucap Rayan bergumam.
Setelah menunggu beberapa menit, tiba-tiba sebuah video terbuka. "Ini bukan flashdiskku", katanya sembari mengklik tanda silang di sudut kanan atas. Namun dia sempat mendengar nama papanya disebut dalam video itu. Rayan gegas membuka kembali rekaman video. Netranya membulat sempurna saat melihat seseorang tengah berdebat dengan papanya. "Dia bukan papanya Sharen!" ucapnya dengan menutup mulutnya yang menganga. "Berarti selama ini aku telah salah mengira, ternyata papa Sharen bukan pelakunya", sesalnya dengan mendengus kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Maya●●●
nah kan, semuanya akan terungkap
2023-11-29
0
Maya●●●
ya mungkin sebangsa itu. wkwk
2023-11-29
0
Vincar
ga ngaca dulu sebelum ngomong
2023-11-15
0