Pagi pun menjelang. Setelah peperangan Sharen melawan dinginnya lantai kamar, akhirnya dia bisa bangun juga pagi ini.
Tangannya sibuk menyiapkan sarapan pagi ini, namun sesekali dia merasa pusing dan hampir saja terjatuh.
"Mba Sharen kenapa?" tanya Fiona ramah.
"Aku juga tidak tahu, bangun tidur kepalaku sudah terasa cenat cenut."
"Mungkin mbanya kurang istirahat. Lebih baik mba istirahat dulu, biar saya yang beresin di sini", tawar Fiona.
Sharen menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Tidak perlu. Aku masih kuat kok", sahutnya dengan memaksakan senyumannya.
"Iya, kalau mbanya sudah bilang gitu, aku tidak bisa berbuat apa-apa." Fiona gegas beranjak dari posisinya berdiri sembari membawa sarapan buatannya hasil nyontek sarapan buatan Sharen.
...---...
Saat sampai di ruang makan, Fiona mendelik kala melihat Rayan duduk sendiri sembari menanti sarapan paginya. Tumben jam segini kak Rayan sudah di meja makan. Apa tadi malam dia tidur pulas setelah memberi hukuman pada Sharen? Tanya Fiona di dalam batin. Sepertinya hari ini hari keberuntunganku, pas banget aku yang lebih dulu menyiapkan sarapan Rayan. Lanjutnya di dalam batin.
"Pagi Kak Ray", sapa Fiona dengan nada lembut seraya berjalan mendekati Rayan.
"Pagi, Fi. Aku minta untuk pagi seterusnya kamu saja yang menyiapkan sarapanku", ujar Rayan.
Fiona dan Sharen yang baru saja masuk ke dalam ruang makan sama-sama mendelik. Hampir saja mangkuk di tangan Sharen jatuh, jika dia tidak cepat sadar.
"Tapi Tuan. Aku adalah istrimu", bantahnya.
Fiona berbalik saat menyadari kedatangan Sharen.
"Fi, jangan lupa apa yang aku katakan tadi!" ucap Rayan mengingatkan. Dia sengaja mengacuhkan perkataan Sharen, sebagai ungkapan kemarahan atas sikap tidak terpuji antara Sharen dan Rey.
"Oke, kak Ray", jawab Fiona dengan tersenyum bahagia.
Hati Sharen pedih kala suaminya mengabaikan ucapannya, dan lebih perhatian pada wanita lain. Apa benar dulu mereka itu sepasang kekasih? Tanya Sharen di dalam batinnya. Walaupun itu sebuah fakta, namun Sharen tidak mau percaya sebelum Rayan yang mengatakannya.
"Mba Sharen kenapa melamun. Ayo, duduklah, kita makan bersama, setelah itu kita sama-sama mencuci piring", ajak Fiona dengan tersenyum.
Sharen pun membalas dengan tersenyum, namun pandangannya masih terarah pada sang suami yang tidak memberikan penjelasan apapun pada dirinya.
Tak lama kemudian ibu mertua dan adik iparnya datang. Mereka juga kaget melihat Rayan sudah berada di meja makan, bahkan makanan di dalam piring Rayan sudah bersisa setengah.
"Pagi..." sapa Desy sembari duduk di kursi.
"Pagi, Tante", jawab Fiona dengan tersenyum manis.
"Syukurlah kedatanganmu kemari membawa perubahan pada Rayan. Tante tidak tahu lagi harus berbuat apa, supaya ingatan Rayan cepat pulih", imbuh Desy.
"Aku tidak melakukan apapun Tante, mungkin Kak Ray lebih mengingat kenangan bersama aku ketimbang istrinya sendiri", jawab Fiona tanpa memikirkan perasaan Sharen.
Benar saja Sharen kesal saat mendengarnya. Dia gegas meletakkan sendok di atas piring. Aku tahu Fiona bisa berkata sesukanya, semua karena ulah jahat Rey kemaren sore! Ucap Sharen di dalam batinnya. Sorot tajam mata Sharen terhunus pada Rey. "Hm, aku sudah kenyang", katanya sembari berdiri.
Rayan tiba-tiba menghentak meja. "Siapa yang berani menyisakan makanan di dalam piringnya, maka selamanya dia tidak boleh makan di sini lagi!" tegas Rayan berbau ancaman.
Sharen bergeming. Dia tidak bisa memutuskan antara beranjak pergi atau tetap tinggal. Namun setelah berfikir beberapa saat, akhirnya dia pun memilih untuk tetap duduk sambil menunduk. Dia benci melihat wajah tak bersalah adik iparnya.
"Rey, untuk terakhir kalinya aku mengingatkanmu, segera masukkan lamaranmu, agar HRD langaung memprosea databasemu."
Bukannya membalas ucapan Rayan, Rey malah menatap ke arah Fiona. "Fi, ada yang ingin kau sampaikan?" ucap Rey dengan tiba-tiba.
Merasa belum siap Fiona pun berdalih. "Aku tidak paham maksud sepupu", elaknya.
"Mengenai jadi CEO, Fi", ujar Desy mengingatkan. "Jangan pura-pura lupa!"
"Ada apa?" tanya Rayan yang sedari tadi bingung mendengar pembahasan mereka.
"Bukan apa-apa Kak Ray. Mungkin Rey mau jadi CEO, makanya dia tak kunjung memasukkan lamaran."
Mendengar penuturan Fiona, Rey dan ibunya naik pitam. Mereka tidak menyangka Fiona ingkar janji.
"Fi, aku rasa kau tidak perlu tinggal lebih lama di sini!" tegas Desy, karena tanpa dukungan Desy, Fiona tidak akan mungkin tinggal di rumah itu.
"Kata siapa?" tanya Rayan dengan nada dingin. "Dia yang akan melayaniku di meja makan setiap pagi."
Sharen gegas meninggalkan meja makan. "Maaf, saya masih banyak pekerjaan", katanya tanpa menunggu jawaban dari Rayan.
Fiona bahagia, karena Rayan membela dirinya. Berbeda pula dengan reaksi Desy dan Rey, mereka tersentak kaget, karena Rayan membela Fiona. Mereka tahu persis sebelum Rayan hilang ingatan sikap Rayan sangat dingin pada Fiona.
...---...
Di dalam kamar mandi, Sharen duduk termenung. Dia tidak ingin menyalahkan suaminya, karena keadaannya yang sedang lupa ingatan. Tapi dia tak terima jika suaminya lebih memilih wanita lain daripada dirinya. "Aku ini istrimu..." katanya dengan suara tangis tertahan.
Perhatian Rayan mulai tertuju pada Fiona, sejak kedatangan wanita itu dua hari yang lalu. "Apa niat Fiona sebenarnya? Kenapa aku merasa dia seperti ingin mendekati suamiku", gumamnya.
Tidak ingin larut dalam kesedihan, Sharen pun ke luar dari dalam kamar mandi. Lalu dia berjalan menuju tempat mencuci pakaian.
"Sharen..." panggil seseorang dari arah belakang.
Dia pun menoleh ke sumber suara. "Iya, ada apa?"
"Aku tahu kau pasti marah padaku. Tapi kau tahu itu bukan kemauanku sendiri. Kak Ray yang telah memintanya."
"Jika semua pria mengatakan hal yang sama, apa kau pun tidak akan menolaknya?" Pertanyaan menohok Sharen seolah menghujam tajam di jantung Fiona.
"Jangan bercanda, mba. Mana mungkin aku baik pada semua pria, kecuali kak Ray karena dia itu teman masa kecilku."
"Aku juga punya teman masa kecil. Dia bahkan belum punya istri, tapi tak pernah sekalipun aku menanyakan apa dia sudah makan atau belum!" tegas Sharen dengan tatapan dingin.
Fiona terdiam sesaat, dia kesal Sharen curiga padanya. "Mba Sharen, aku melakukan semua ini hanya untuk membuat ingatan kak Ray cepat pulih, namun jika mba Sharen terus mencurigaiku, maka aku akan mengatakan pada Tante, untuk mengizinkanku pulang." Fiona langsung berbalik hendak meninggalkan Sharen.
"Tunggu dulu!" seru Sharen yang menghentikan langkah Fiona. "Baiklah, aku tidak akan curiga lagi", lanjutnya.
Dalam hati Fiona berteriak girang, namun saat berbalik dan menatap Sharen dia menunjukkan raut wajah sendu. "Aku pikir kau membenciku", ujarnya seraya memeluk Sharen. "Terimakasih, kau percaya padaku", lanjutnya menyentak lembut Sharen. Lalu dia pergi meninggalkan Sharen yang masih mematung diposisinya berdiri.
"Cepat sekali dia merubah ekspresinya", gumam Sharen yang sama sekali tidak percaya pada Fiona. Dia tidak ingin suaminya marah padanya, karena saat ini suaminya itu peduli pada Fiona.
...---...
Dalam sekejap malam pun menjelma. Kini semua orang ingin mengistirahatkan tubuh lelahnya. Tak jauh berbeda dengan Sharen. Dia berbaring di atas lantai untuk menjalani hukuman selama satu bulan.
Saat tengah malam tiba-tiba Rayan terbangun. Dia mendengar sayup suara seseorang yang sedang menggigil. Dia pun bangkit dari atas tempat tidur dan mencari sumber suara.
"Suara dari mana itu?" gumamnya.
Netranya terbeliak kala melihat mulut Sharen bergetar sambil mengeluarkan suara. Punggung tangannya langsung menempel di dahi Sharen. "Astaga dia panas sekali", ucapnya panik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Vincar
harusnya adegan ini di sertai dengan backsound "ku menangis ... membayangkan ... "😅😆
2023-11-03
1
Vincar
tega benar kamu ya Ray...
2023-11-03
0
Maya●●●
bener kan kalau fiona hanya baik di depan
2023-11-02
0