Sharen tertangkap basah sedang bersama pria lain. Namun Rayan yang melihatnya seolah tidak peduli akan perbuatan Sharen.
Tak ingin Rayan salah paham, Sharen buru-buru mengejar Rayan. "Tuan, adik ipar benar-benar memaksaku tadi!" tegas Sharen berulang kali, namun tetap saja Rayan tidak peduli dengan penjelasan Sharen. Lelah menjelaskan, Sharen akhirnya menyerah. Dia pun berhenti mengikuti Rayan. Rencanaku hari ini jadi gagal. Dia pasti tidak mau jika aku ajak jalan sore. Ucap Sharen di dalam batin.
"Cih, sudah jadi istri orang, tapi masih suka kecentilan", ucap Fiona tiba-tiba dari arah belakang Sharen, hingga dirinya terjingkat.
"Kau selalu saja muncul di saat yang tepat!" ledek Sharen saat mebalikkan badan. "Aku curiga kau telah memasang CCTV dimanapun aku berada!" tuduhnya. Kemudian dia beranjak meninggalkan Fiona.
"Kau tidak tahu orang seperti apa aku ini!" seru Fiona yang membuat Sharen menghentikan langkahnya. "Kau ingin menantangku kan? Maka akan aku ladeni. Mari kita lihat seberapa hebat dirimu ini!" lanjutnya dengan menyeringai. Lalu Fiona pergi meninggalkan Sharen yang masih mematung diposisinya.
Tak terima kekalahan, Sharen kembali ke dalam kamarnya.
...----...
"Tuan.. Tuan..." teriak Sharen mencari keberadaan Rayan, namun netranya tak menangkap bayangan Rayan sekalipun. Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamar mandi di buka.
"Ada apa?" tanya Rayan dengan wajah garang.
"Apa di rumah ini ada CCTV?" tanya Sharen yang membuat Rayan tersentak kaget.
"Untuk apa kau menanyakan itu?"
"Fiona!" sebut Sharen dengan kesal. "Dia selalu saja muncul di saat aku sedang ada masalah. Apa Tuan memberinya hak untuk membuka rekaman CCTV?"
"Bicaramu ngelantur!" sergah Rayan. Lalu dia mengayunkan langkahnya meninggalkan Sharen. "Aku tidak punya waktu untuk mendengarkan ocehanmu itu!" lanjutnya saat sedang berdiri di ambang pintu.
Perkataan Rayan membuat Sharen sedih, namun tiba-tiba dia sadar Rayan sedang mengenakan pakaian olahraga. "Tuan mau kemana?" tanya Sharen sembari berjalan menyusul Rayan.
Rayan menghiraukan ucapan Sharen yang terus mengikutinya.
"Tuan, tadi aku sudah janji akan membawamu jalan-jalan sore di taman belakang. Apakah Tuan mengizinkan aku menemanimu?"
Langkah Rayan masih ssja terayun meninggalkan Sharen, bahkan tak ada jawaban yang keluar dari mulut Rayan. Tak ingin menyerah Sharen masih mengikuti langkah Rayan hingga mereka tiba di taman belakang.
Seluruh tubuh Rayan bergerak, bahkan terdengar bunyi jarinya saat melakukan peregangan. Lalu dia memulai pemanasan. Melihat Sharen hanya diam saja, Rayan pun mengusirnya. "Jika tidak ada yang mau kau lakukan di sini, lebih baik kau pergi saja! Karena keberadaanmu disini sungguh mengganggu."
Ucapan Rayan menyakitkan bagi Sharen. "Kenapa saat bersama Fiona, Tuan tertawa riang. Namun saat bersama denganku Tuan selalu saja ingin mengusirku?"
"Biar aku bantu jawab, mba", ucap Fiona yang tiba-tiba datang dengan mengenakan pakaian olahraga. Lalu dia menatap Sharen dengan tersenyum tipis. "Karena kau tidak memahami suamimu, sementara aku tahu apa saja yang dibutuhkan kak Ray."
"Aku tidak bertanya padamu!" ketus Sharen. Lalu dia menatap ke arah Rayan.
"Kau sudah dapat jawabannya, jadi untuk apa kau masih di sini!" ucap Rayan menyetujui perkataan Fiona.
"Kak Ray", panggil Fiona dengan suara manja seraya menggayut tangan Rayan.
Sharen tidak tahan melihat pemandangan yang menyakitkan baginya. Dia pun gegas beranjak dari tempat itu tanpa mengucapkan sepata kata.
"Bye..." kata Fiona dengan nada suara meledek.
Saat bayangan Sharen tak terlihat lagi, Rayan menepis tangan Fiona yang masih menggayut dilengannya. "Dia sudah pergi, kau pun pergilah!" kata Rayan dengan nada dingin.
"Kenapa aku harus pergi? Olahraga berdua kan asyik, kak", sahut Fiona yang tidak mau Rayan hanya memanfaatkan dirinya.
Bukannya menjawab Fiona, Rayan malah pergi begitu saja dengan berlari kecil.
Aku bukan alatmu, kak. Tapi sebaliknya, kau yang akan menjadi alatku! Sudah cukup waktu 10 tahun aku menunggumu, sekarang kau akan menjadi milikku sepenuhnya. Ucap Fiona di dalam batin. Dia benci saat berakting tertawa dengan Rayan. Mereka melakukannya hanya sekedar untuk membuat Sharen marah. Kini Fiona mau melakukan sesuai rencananya.
"Kak Ray, tunggu aku dong!" seru Fiona dengan berlari kecil. "Kakak sama saja seperti yang dulu aku kenal, suka berolahraga. Bentuk tubuh kak Ray juga sangat bagus", ujar Fiona saat berjalan bersisihan dengan Rayan.
"Aku ingat, sepertinya dulu kita tidak terlalu akrab!" tukas Rayan sembari menyeka keringat yang mulai bercucuran.
"Kak Ray bercanda. Kita kan memang akrab sejak kecil. Lagi pula saat ini kak Ray lupa ingatan, jadi sedikitnya pasti lupa kejadian itu." terang Fiona dengan tersenyum canggung.
"Aku hanya melupakan ingatan 5 tahun lalu. Tapi tidak sebelumnya. Jadi jangan coba-coba untuk membohongiku!" tegas Rayan dengan tatapan serius.
"Em, mana mungkin aku membohongi Kak Ray", bantah Fiona dengan sedikit gugup, hingga dia harus bolak balik mendorong helaian rambutnya ke belakang daun telinganya.
Tatapan curiga Rayan membuat Fiona semakin gugup. "Kak Ray, aku punya foto sewaktu aku wisuda. Kak Ray datang sebagai pendampingku saat itu", ucap Fiona yang mencoba mengalihkan perhatian Rayan. "Coba kakak lihat!" Fiona gegas menyodorkan ponsel miliknya.
Lirikan Rayan menunjukkan dirinya tak tertarik pada apa yang ingin diperlihatkan oleh Fiona. "Aku mau balik", katanya seraya berjalan menjauhi Fiona.
"Kak Ray, tunggu!" teriak Fiona memanggil Rayan. "Apa kakak mengingatnya? Setelah itu kakak menyatakan cinta padaku", lanjut Fiona dengan malu-malu.
Namun sorot mata Rayan mengatakan kalau dia tidak percaya dengan ucapan Fiona.
"Kak Ray pasti tidak ingat, karena kejadian itu 2 tahun yang lalu. Saat itu kak Ray berusaha mendekati Sharen untuk membalas dendam." lanjut Fiona dengan wajah sendu.
Namun Rayan tidak bereaksi sama sekali, seolah tidak tertarik dengan ucapan Fiona.
Fiona tak ingin menyerah begitu saja. Dia masih melanjutkan ucapannya. "Saat itu aku merelakan kak Ray mendekati Sharen, hanya demi cinta kita dan balas dendam kak Ray tercapai." Fiona menjeda ucapannya sembari menunggu reaksi Rayan, namun hasilnya tetap sama.
Sesaat kemudian Rayan menoleh ke arah Fiona. Dia pun senang, karena dia mengira Rayan mulai percaya dengan ucapannya. "Apa kau sudsh selesai bercerita?" tanya Rayan tanpa ekspresi.
"Hm, apa Kak Ray mengingatnya?"
"Ya", jawab Rayan ambigu.
"Jadi Kak Ray..."
"Aku ingat habis olahraga harus mandi", lanjut Rayan dengan santai. Sementara Fiona termangu mendengar jawaban Rayan. "Aku pergi mandi dulu", katanya sembari meninggalkan Fiona yang masih berdiri diposisinya dengan muka cengo.
"Apa?" kesal Fiona dengan raut wajah emosi. "Dia pikir dari tadi itu aku cuma kumur-kumur?" Fiona menendang angin melampiaskan kekesalannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
auliasiamatir
😛😛😛😛😛😛
2023-11-22
0
Maya●●●
ahaahhh kasihan sekali kau fiona
2023-11-11
0
Maya●●●
oh rayan hanya pura2 baik sama fiona
2023-11-11
0