Tangan Sharen tengah sibuk menyuapi sang suami makan. Dia memaksakan diri merawat sang suami, walaupun Desy melarangnya.
"Sudah cukup!" tolak Rayan pada suapan terakhir yang diberikan Sharen.
Mendengar ucapan Rayan, Sharen langsung meletakkan piring di atas meja makan pasien. "Ayo, minum." Sharen mendekatkan segelas air pada bibir Rayan.
"Hm, cukup", kata Rayan sembari mendorong gelas.
Tak lama kemudian dokter jaga pun masuk dan memeriksa keadaan Rayan. "Semuanya baik", ucap sang dokter sembari mencontreng berkas ditangannya. "Kalau begitu siang ini sudah boleh pulang", ucap sang dokter dengan ramah.
"Terimakasih, dok", jawab Sharen dengan ramah pula.
"Sama-sama", balas pak dokter. Lalu dia berjalan ke luar dari ruangan itu.
...---...
Sesuai dengan perkataan sang dokter, siang ini Rayan ke luar dari rumah sakit.
"Kak Ray..." panggil Fiona saat keluar dari dalam mobil. "Ayo, kita masuk", ajaknya kemudian sambil menuntun Rayan masuk.
"Eits, tunggu dulu. Kau naik taksi online saja", ucap Fiona seolah membalas perbuatan Sharen padanya.
"Tapi suamiku..."
"Aku bisa menjaganya! Kau tidak perlu kuatir!"
Sharen terpaksa menuruti perkataan Fiona. Dia pun memesan taksi online, agar perdebatannya dan Fiona tidak mengganggu Rayan.
"Jika kalau bukan demi kesembuhan suamiku, maka aku pasti sudah menariknya keluar dan duduk bersama suamiku saat ini", kesalnya dengan bergumam.
Tak berselang lama taksi online pesanan Sharen datang. Dia buru-buru masuk, agar bisa mengejar mobil yang ditumpangi Rayan.
"Pak, tolong cepat sedikit ya", pintanya dengan sopan.
"Baik, Mba", jawab pak supir seraya menambah laju kecepatan mobilnya.
Sesuai harapan Sharen. Taksi online pesanannya berada tepat di belakang mobil yang ditumpangi Rayan, hingga mereka tiba hampir bersamaan di gerbang masuk rumah.
"Terimakasih, Pak", ucap Sharen kala membayar ongkos. Lalu dia gegas menghampiri mobil di depannya. "Sini! Biar aku yang membawanya", rebut Sharen dari tangan Fiona.
Netra Fiona melotot kala melihat Sharen sudah sampai di rumah. Dia tidak menyangka Sharen dapat menyusul mereka. "Sepertinya persaingan ini semakin asyik", gumam Fiona kala melihat Sharen sedang berjalan menuntun Rayan masuk.
"Lepaskan!" ketus Rayan. "Tubuhku tidak sakit, jadi buat apa kau menuntunku? Apa kau pikir aku akan tersentuh dengan perhatianmu?"
Ucapan Rayan sungguh menyakiti perasaan Sharen. Tanpa sadar dia menangis sembari menatap punggung Rayan yang telah menjauh. "Suamiku, aku akan selalu menanti ingatanmu pulih, agar kita bisa bersatu kembali", gumam Sharen lirih.
...---...
Saat Sharen berjalan masuk ke dalam kamar. Dia kaget saat melihat Rayan tidur di ranjang. "Apa dia baik-baik saja?" gumam Sharen. Lalu dia berjalan mendekati Rayan, tangannya terjulur saat akan menempelkan punggung tangannya pada kening Rayan. "Tidak panas", ucapnya.
Namun tiba-tiba tangan Rayan bergerak. "Kau mengganggu tidurku saja!" kesalnya sembari menghempas tangan Sharen.
"Maaf, Tuan. Tadi aku mengira Tuan pingsan lagi."
"Keluarlah, aku mau istirahat", titah Rayan kala merasa pusing mendengar setiap ucapan Sharen.
Sharen gegas meninggalkan Rayan seorang diri didalam kamar. Baru saja Sharen menutup pintu rapat kamar, tampak Desy dan Fiona datang mendekatinya.
"Aku sudah melarangmu mendekati Rayan, tapi sepertinya kau keras kepala dan susah di atur", tegur Desy. Lalu dia semakin mendekati Sharen. "Apa kau pikir aku ini sangat baik hati hingga membuatmu tinggal lebih lama di sini? Jangan mimpi!" Sorot tajam mata Desy membuat Sharen terjingkat.
"Cukup Tante. Katakan saja to the point padanya."
"Kau tidak perlu mengajariku!" bentak Desy pada sang keponakan. Lalu dia kembali fokus pada Sharen. "Menantu yang tidak pernah aku anggap, mulai hari ini dan seterusnya Fiona berhak untuk mengurus Rayan! Jadi jangan pernah coba-coba menghalanginya!"
Seketika perasaan Sharen hancur mendengar ucapan sang ibu mertua. "Bu.." panggil Sharen dengan suara lirih. "Aku tahu Ibu tidak pernah menyukaiku, tapi itu bukan berarti Ibu melakukan cara ini untuk memisahkan kami."
"Aku tahu mana yang terbaik buat putraku!" jawab Desy dengan tegas.
"Ibu juga seorang wanita, jadi ibu pasti paham keadaanku saat ini. Walaupun ibu tidak pernah menyukaiku, tapi setidaknya jangan biarkan ada wanita lain yang mengganggu rumah tangga kami!"
Ucapan Sharen mengusik Fiona, hingga dia tak tahan untuk melawannya. "Jadi kau menuduhku penggganggu?" tanya Fiona dengan nada marah.
"Harusnya kau tanyakan itu pada dirimu sendiri!"
Kata-kata Sharen semakin membuat Fiona marah, hingga hampir saja dia berbuat kasar.
"Sepertinya kau mulai stres, karena suamimu tak kunjung memperhatikanmu", ledek Desy sembari menghentikan langkah Fiona.
"Tante benar. Dia sudah kehabisan akal. Apalagi suaminya lebih mengenal aku daripada istrinya."
"Ketahuilah cinta yang tulus akan selalu menang dari perbuatan licik!"
"Cih, kau terlalu banyak menghayal. Rayan tidak pernah mencintaimu dengan tulus!" tukas Desy disertai suara tawanya dan Fiona. Lalu mereka pergi meninggalkan Sharen.
Sharen berbalik dan berjalan menuju pintu kamar. Namun baru saja dia memegang handle pintu dan akan membukanya. Tiba-tiba dia urungkan niatnya, lalu dia pergi menuju anak tangga. Dia turun ke lantai bawah dan berjalan menuju dapur. Di sana dia memotong buah dan membawanya masuk ke dalam kamar.
"Tuan..." panggil Sharen dengan lembut sembari berjalan menghampiri Rayan.
"Hm..." balas Rayan tanpa ekspresi.
"Aku membawakanmu buah, ayo di makan", ujar Sharen dengan lembut.
Rayan menyambar piring di tangan Sharen. "Sini aku aja", rampas Rayan. "Sekarang keluarlah!" ucapnya kemudian.
Sharen sedih karena Rayan selalu mengusirnya, padahal dia sangat ingin berada di dekat Rayan dan merawatnya. "Emm, 5 menit lagi makan obat. Biar saya di sini saja Tuan."
"Tidak perlu!" tolak Rayan. "Berikan saja obatnya, aku bisa memakannya sendiri."
"Baik, Tuan", balas Sharen dengan rasa kecewa.
......---......
Waktu terus berlalu, hingga malam pun menyapa. Malam ini Sharen kembali tidur di sofa, setelah sebelumny dia jatuh sakit karena tidur di atas lantai.
Sharen berjalan mendekati Raya, kemudian dia bertanya pada suaminya itu. "Tuan, memerlukan sesuatu?"
"Tidak!" jawab Rayan dengan nada tidak ramah.
"Oke kalau begitu saya pergi tidur. Tuan pun tidurlah", katanya dengan tersenyum. Lalu dia kembali berjalan menuju sofa dan membaringkan tubuhnya di sana. Aku yakin tidak akan lama lagi ingatanmu pasti pulih suamiku! Ucap Sharen di dalam batin. Sesaat kemudian dia pun terlelap.
...---...
Pagi menyapa, membuat Fiona tersentak dari tidurnya. "Gawat sudah jam 7, aku kesiangan", ucapnya berdecak kesal. Lalu dia beranjak dari tempat tidur dan buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai dia pun gegas turun ke bawah, mencari keberadaan Rayan. Ah, sial. Aku tidak bisa melayani Rayan pagi ini. Rutuknya di dalam batin. Lalu dia gegas mendekati Rayan.
"Kak Ray..." panggilnya dengan suara manja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
auliasiamatir
issss kalah aku jadi sharen gak bakal kuat deh
2023-11-22
0
Vincar
mengganggu aja si Fiona
2023-11-07
0
Maya●●●
heh anda siapa?
2023-11-06
0