"Kalian mau pergi ke mana?" tanya Fiona dengan tatapan tidak senang.
"Kami mau pergi kemana bukanlah urusanmu!" ketus Sharen.
"Kak Ray, kita sudah janji akan pergi dinner malam ini. Kenapa kak Ray lupa!" gerutu Fiona dengan nada manja. Namun Rayan tidak menyahutnya, tiba-tiba dia menarik tangan Rayan. "Aku yang lebih dulu mengajak kak Ray, jadi kita berdua harus pergi bersama", pungkasnya dengan menggayutkan tangannya di lengan kekar Rayan.
"Dia suamiku! Jelas aku yang lebih berhak atas suamiku!" Sharen menarik paksa tangan Rayan dari pegangan Fiona.
Tak terima kekalahan, Fiona pun melakukan hal yang sama hingga mereka saling tarik.
"Hentikan!" teriak Rayan saat merasakan sakit dipergelangan tangannya. "Malam ini aku tidak akan pergi kemanapun!" putusnya seraya menarik kedua tangannya.
"Ini semua gara-gara kau!" tuduh Fiona.
"Eh, harusnya kamu sadar diri dong. Kamu itu siapa?" ledek Sharen yang ingin melampiaskan kekesalannya pada Fiona, karena telah membuat rencananya gagal.
"Emangnya kamu siapa? Istri yang tidak dianggap aja bangga!" balas Fiona dengan cibiran.
Mendengar keduanya masih saling adu argumen membuat Rayan emosi. "Keluar!" titahnya dengan nada kesal.
"Tapi Kak..." Fiona menghentikan ucapannya saat Rayan menatap tajam padanya. Lalu dia pergi dengan menghentakkan kakinya.
Akhirnya Sharen bernafas lega kala melihat wanita yang sedari tadi ingin diusirnya pergi.
"Dan kau!" tunjuk Rayan pada Sharen. "Jangan pikir aku menyetujui dinner denganmu itu karena aku sudah memaafkan keluargamu!" lanjutnya dengan tatapan tajam. "Kau salah besar! Karena balas dendamku belum selesai, jadi aku hanya menurutimu sedikit, setelah itu aku berniat akan meninggalkanmu dijalanan!"
Ucapan Rayan membuat Sharen terjingkat. Dia tidak menyangka rencana jahat itu ada dalam pikiran Rayan. Selama ini dia tahu suaminya itu sangat baik, bukan hanya pada dirinya saja tapi juga pada semua orang. "Aku gak percaya. Tuan pasti sedang berbohong!" sahut Sharen dengan menggelengkan kepalanya.
"Terserah kau berfikir seperti apa!" balas Rayan sembari membalikkan badannya. Lalu dia berjalan menuju walk-in closet untuk berganti pakaian.
Setelah Rayan ke luar, Sharen pun masuk dan mengganti pakaiannya.
...---...
Malam ini mood Sharen sangat buruk, bahkan sampai tak mau turun ke ruang makan. Tapi tidak dengan suaminya, entah sudah berapa lama Rayan berada di ruang makan, Sharen tak henti memikirkan apa yang dilakukan suaminya itu bersama Fiona di meja makan, tiba-tiba suaminya masuk ke dalam kamar. Sharen menunggu sang suami menyapa atau mengatakan sepata kata, namun penantiannya sia-sia.
Sudah beberapa menit berlalu, setelah Rayan masuk ke dalam kamar, namun Sharen tak kunjung bisa memejamkan matanya. Rasa lapar dan rasa malasnya bersatu, hingga perutnya yang menjadi korban. "Lebih baik aku tidur saja, biar rasa laparnya gak berasa", gumamnya seraya menarik selimut dan memejamkan mata.
...---...
Pagi ini Rayan telat bangun, hal itu disebabkan karena Sharen yang tidak membangunkannya.
"Uang bulananmu akan aku kurangi!" kesal Rayan saat menarik dasi dan mengikatnya di leher.
Sharen hanya bisa diam sembari memberikan tas kerja sang suami. Kemudian dia meraih buku agendanya yang ada di atas meja kerja. Tanpa sengaja Rayan telah menjatuhkan sebuah flashdisk ke atas lantai.
"Hati-hati di jalan Tuan", ucap Sharen lirih kala sang suami tak berpamitan padanya. Kemudian dia beranjak dari posisinya berdiri. Namun dia merasakan kakinya menginjak sesuatu. "Apa ini?" katanya seraya memungut benda yang terinjak olehmya. "Flashdisk!" ucapnya kemudian. Rasa penasarannya pun muncul, hinngga dia harus membongkar isi almarinya untuk mencari laptop miliknya.
Butuh waktu yang lama Sharen menemukan laptop miliknya yang sangat jarang sekali dia gunakan. "Akhirnya ketemu", ucapnya dengan raut wajah bahagia, bak sedang menemukan harta karun. Kemudian dia gegas menyalakan laptop. "Ah, baterainya low", kesalnya, karena memaksanya mencari colokan listrik untuk mengisi daya.
Setelah daya tersambung, Sharen buru-buru mencolokkan flashdisk.
"Sharen...!" pekik suara yang selalu saja mencari Sharen. Dia mencoba mengabaikan panggilan dari ibu mertuanya itu, namun namanya semakin kuat dipanggil olehnya.
"Iya, sebentar Bu", sahutnya sembari menyimpan flashdisk di dalam laci. Lalu dia buru-buru turun ke bawah.
"Dari mana saja kau? Kenapa lama sekali?" Desy terus mencecar Sharen dengan pertanyaan yang sama hampir setiap saat Sharen terlambat untuk mendatangi ibu mertuanya itu.
"Ada apa Bu?" tanya Sharen lembut.
"Aku mau dimasakin menu ini untuk nanti siang!" pintanya seraya menunjukkan ponselnya.
"Oke, Bu. Tolong kirimkan menunya ke ponselku."
Desy gegas mengirimkan menu masakan ayam rica ke ponsel Sharen. Kemudian dia menelan salivanya kala melihat foto masakan ayam rica diponselnya. "Harus persis seperti ini!" katanya bernada ancaman.
"Saya usahakan Bu", sahut Sharen dengan sopan.
Setelah mendengar jawaban Sharen, Desy pun beranjak dari posisinya dan berjalan menuju ruang tamu.
Apa dalam pikiran ibu mertua hanya ada makanan saja? Hari-hari minta menu yang berbeda. Dia pikir aku ini chef! Gerutu Sharen di dalam batin. Lalu dia berjalan menuju dapur dan mempersiapkan bumbu untuk menu masakan sang ibu mertua.
...---...
Di tempat berbeda, di kantor Rayan. Rapat bersama klien pentingnya baru saja usai.
"Pak Rayan, akhir pekan ini acara ulang tahun putriku yang ke 17. Dia ingin aku mengundang semua rekan bisnisku", ucap Bram saat hendak berjabat tangan dengan Rayan.
"Akhir pekan ya?" ulang Rayan.
"Iya, Pak. Apa di waktu itu bapak punya rencana dengan istri bapak?"
Mendengar kata istri, Rayan tampak terdiam sesaat. "Hm, tidak ada Pak", jawabnya tanpa beban.
"Wah, aku beruntung. Berarti pak Rayan bisa datang."
"Jika tidak ada halangan, saya akan datang Pak", jawab Rayan dengan tersenyum.
"Baiklah. Saya tunggu kedatangan Pak Rayan." Bram menjulurkan tangannya, lalu di sambut oleh Rayan hingga mereka bersalaman. "Senang bisa bekerjasama dengan Pak Rayan", ucapnya kemudian.
Setelah itu mereka ke luar dari ruang meeting. Bram pamit pulang, sementara Rayan kembali keruangannya.
"Pak Rayan", panggil Raisa yang menghentikan langkah Rayan yang terburu-buru.
"Ya, ada apa?"
Sekretaris Rayan itu melangkah dengan gugup, seakan telah melakukan satu kesalahan yang besar.
"Hm, kita bicara di dalam saja pak", pintanya dengan rasa sungkan.
"Oke", jawab Rayan seraya berbalik. Lalu dia berjalan masuk ke dalam ruangannya.
"Katakan ada apa?" tanya Rayan saat duduk di kursi kerjanya.
"Hm, begini Pak. Sa-saya ingin mengajukan surat pengunduran diri", ucapnya dengan gugup.
Rayan mendelik mendengar perkataan Raisa. "Kenapa tiba-tiba?"
"Rencana 2 bulan lagi saya akan menikah, Pak. Dan suami saya tidak mengizinkan saya bekerja lagi, jadi saya akan bekerja hingga bulan depan."
"Apa kamu yakin?"
Raisa menarik nafas dalam dan melepaskannya perlahan. "Saya sangat yakin, karena saya mencintainya Pak. Jadi apapun permintaannya akan saya turuti, termasuk berhenti bekerja."
"Oke, jika kamu sudah yakin. Setelah ini.tolong kamu sampaikan ke HRD agar segera mencari penggantimu", ucap Rayan.
"Baik, Pak", sahut Raisa sembari berjalan menuju pintu ke luar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Maya●●●
mungkin dia cocok dengan masakanmu
2023-11-17
0
Maya●●●
akhh ternyata
2023-11-17
0
Vincar
coba sharen cuek dikit, nanti suaminya akan ngerasa butuhin sharen🤣
2023-11-15
0