Kaki jenjang Fiona melangkah menuju meja kerja seorang wanita yang sedang fokus menatap layar komputer di hadapannya.
"Permisi, Bu. Bisa tolong tunjukkan di mana ruang Pak Rayan?" tanya Fiona dengan ramah.
"Maaf sebelumnya, kalau boleh tahu dengan Ibu siapa saya bicara?"
"Ibu? Saya ini masih gadis, Bu!" tegas Fiona kala merasa tua saat di panggil dengan sebutan ibu.
"Sama dong, Bu. Saya juga masih gadis", sahut wanita yang di sapa Ibu oleh Fiona.
"Oh..." ucap Fiona singkat seolah tak peduli. "Saya Fiona, tolong kamu tunjukkan ruangan Pak Rayan di mana?"
"Mbanya tunggu sebentar ya. Saya tanyakan pada Pak Rayan dulu", ucap wanita yang tak lain adalah sekretaris Rayan. Wanita itu bangkit dari tempat duduknya, lalu dia berjalan menuju ruang kerja Rayan yang berada persis di depan meja kerjanya.
Melihat pintu di buka oleh sekretaris Rayan, tanpa meminta izin Fiona langsung menerobos masuk.
"Kak Ray..." teriak Fiona yang membuat Rayan dan sekretarisnya mendelik.
"Lho, tadi kan saya suruh tunggu!" ujar sekretaris Rayan berdecak kesal.
"Sudah biarkan saja dia, Raisa", kata Rayan yang tidak ingin sekretarisnya berdebat dengan Fiona.
"Kalau begitu saya pamit, Pak", ucap Raisa masih dengan nada kesal, tatapannya terhunus tajam pada Fiona yang juga sedang menatapnya.
Melihat perselisihan itu, Rayan berdehem. "Hm, silakan kembali ke tempatmu Raisa", ucapnya memutus pancaran kilat permusuhan Raisa dan Fiona, hingga Raisa terpaksa melangkah ke luar dari ruangan Rayan.
Sepeninggal Raisa, Fiona berjalan mendekati Rayan. Gerak tubuhnya seolah mengisyaratkan sesuatu yang sangat mencurigakan. "Kak Ray, aku telah membawa berkasmu yang ketinggalan", katanya dengan suara manja.
"Apa aku memintamu membawanya kemari?" tanya Rayan dengan nada dingin. "Sepertinya pak Nick harus segera berobat ke THT!"
"Hm, jangan salahkan Pak Nick. Sebenarnya dia meminta Mba Sharen yang mengantarkannya, tapi Mba Sharen malu, karena pakaiannya lusuh."
Rayan menaikkan alisnya. "Apa aku ini terlihat sangat miskin hingga tak sanggup untuk membeli pakaian istriku sendiri?"
Pertanyaan menohok Rayan bak menusuk tepat di jantung Fiona. "Hm, Kak Ray memang suka bercanda. Bagaimana mungkin Kakakku yang tampan dan penuh kharisma ini terlihat miskin dan kere", jawabnya.
"Berkasnya sudah aku terima, jadi silakan keluar dari ruangan ini!" tegas Rayan tanpa menatap le arah Fiona.
Langkah Fiona semakin mendekat pada Rayan, seolah ucapan Rayan dia anggap tidak serius. "Kak Ray... Aku ini -- "
"Apa kau budek atau tidak mengerti ucapanku?" tanya Rayan mengintimidasi.
"Maaf, kalau begitu aku pamit", sahut Fiona kesal. Lalu dia beranjak dari posisinya dan buru-buru meninggalkan ruang kerja Rayan. Setelah berada di luar ruangan, dia mencoba menarik nafas dalam-dalam untuk menetralkan emosinya yang hampir saja meledak.
Ketika Raisa melihat Fiona, api permusuhan itu kembali terpancar. Dia menatap Fiona dengan rasa benci, karena menurutnya Fiona selain tidak sopan, dia juga terlihat sangat angkuh dengan mengandalkan kecantikannya.
"Dia bahkan tidak menegurku", gumam Raisa kala Fiona melewatinya begitu saja.
Namun berbeda dengan karyawan pria di kantor itu. Mereka sangat mengagumi kecantikan Fiona.
"Cantikan dialah daripada Bu Sharen", ucap pria yang sempat melihat Fiona datang dan masuk ke dalam ruangan Rayan.
Hati kesal Fiona berubah bahagia kala karyawan Rayan memujinya, bahkan membandingkannya dengan Sharen. Dia kembali melangkah dengan anggun dan tersenyum ramah pada beberapa orang karyawan Rayan.
"Cantik sekali. Aku jadi insecure karenanya", ujar seorang wanita berambut lurus sebahu.
"Kamu juga cantik, kok. Hanya saja postur tubuh dia lebih ideal", sahut rekan kerja pria yang berdiri disampingnya.
Bukannya senang saat di puji wanita itu malah menatap kesal pria disampingnya. "Bilang aja kalau dia lebih cantik!" ketusnya seraya pergi meninggalkan rekan kerjanya itu. "Ngomong kok berbelat-belit", gerutunya sambil berjalan.
Rayan yang hendak berjalan menuju pantry tidak sengaja mendengar percakapan karyawannya yang begitu memuji kecantikan Fiona. "Ehem..." Deheman Rayan sontak membuat para karyawan kelabakan. Mereka seolah sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Sepertinya kalian semua terlalu santai, kalau begitu malam ini tidak boleh ada yang pulang tepat waktu. Semua harus bekerja overtime!" tegas Rayan yang membuat para karyawan yang serius bekerja mengeluh, karena terkena imbas perbuatan rekan kerjanya yang suka menggosip.
Fiona yang sempat mendengar perkataan Rayan, gegas meninggalkan kantor Rayan. Dia tidak mau terkena kemarahan Rayan.
...---...
Tanpa terasa hari pun mulai gelap, namun para karyawan Rayan masih tinggal tetap di kantor untuk mengerjakan tugas yang diberikan Rayan.
Sampai tahun baru monyet juga gak bakal kelar kalau gini. Gerutu pria berambut cepak di dalam batinnya. Pekerjaan memilah-milah berkas tanpa menggunakan komputer atau alat bantu lainnya, harus mereka kerjakan di dalam ruangan sepi, karena hanya tersisa mereka bertiga para penggosip.
Sudah hampir 2 jam lamanya mereka melakukan pekerjaan lembur, hingga rasa kantuk dan lapar datang bersamaan.
"Mataku sudah mulai perih", ujar pria berkepala plontos.
"Sama aku juga", sahut pria berambut cepak.
Baru saja pria itu berujar, tiiba-tiba tampak sosok bayangan yang sedang berjalan menghampiri ketiga orang itu.
"Apa sudah selesai?" tanya Rayan.
"Ah..." ucap ketiganya lega hampir bersamaan, karena mengira telah melihat makhluk tak kasat mata.
"Belum, Pak", jawab mereka kompak.
"Lanjutkan besok! Sekarang pulanglah!" titah Rayan yang membuat ketiganya lemas. "Saya balik dulu." Rayan melanjutkan langkahnya dan meninggalkan ketiga pria itu.
"Kita masih harus mengerjakannya besok", sesal pria berambut cepak.
"Hmm..." jawab kedua temannya.
...----...
Di rumah kediaman Rayan sudah tampak sepi karena jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.
"Kenapa suamiku belum kembali?" tanya Sharen bergumam. Dia risau karena Rayan tidak bisa dihubungi.
Cklek.
Suara pintu di buka membuat Sharen terperanjat. Matanya menyipit untuk melihat siapa yang telah membuka pintu.
"Tuan, akhirnya kau pulang." Sharen berlari dan spontan memeluk Rayan.
Hanya dalam hitungan detik tangan kekar Rayan menyentak kasar tubuh Sharen. "Aku tidak butuh perhatianmu!" Rayan berlalu meninggalkan sang istri yang masih berdiri diposisinya.
Sharen tersenyum kecut menatap punggung sang suami yang sudah menjauh. "Setidaknya aku melihat suamiku dalam keadaan baik-baik saja", ucapnya lirih. Lalu dia melangkahkan kaki mengejar Rayan.
Namun siapa sangka ada sosok yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan sembari menyeringai.
...---...
"Tuan... akan aku siapkan air panas untukmu", kata Sharen dengan penuh perhatian.
"Aku bisa melakukannya sendiri!" tegas Rayan seraya meletakkan tas kerjanya di atas meja. Lalu dia berjalan menuju walk in closet. Tidak lama kemudian Rayan ke luar dan langsung berjalan menuju kamar mandi.
"Hm, Tuan. Apakah Tuan ingin dimasakin sesuatu yang hangat?" tanya Sharen.
Ucapan Sharen bak angin lalu bagi Rayan. Dia terus melangkah masuk ke dalam kamar mandi tanpa jawaban.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Vincar
cantik sih tapi beracun
2023-10-30
0
Vincar
cekik aja dia Raisa biar tahu rasa🤣😁
2023-10-30
0
Maya●●●
kalau aku jadi sharen udah nyerah dan nggk mau tinggal sama makhluk goib seperti itu
2023-10-28
0