Keesokan paginya.
Perkataan Rayan seakan bukanlah hal yang serius bagi Fiona. Pagi ini Fiona masih saja mendekati Rayan dan melayaninya layaknya seorang istri.
Setelah Rayan menyelesaikan sarapan paginya, dia beranjak dari kursi dan berjalan meninggalkan meja makan.
"Kay Ray, biar aku saja yang bawa tasnya", pinta Fiona dengan lembut.
Entah disengaja atau tidak, Rayan memberikan tasnya pada Fiona. Lalu mereka berjalan bersama menuju pintu utama.
Melihat kemesraan keduanya, Sharen pun bangkit dari tempat duduknya, ingin menyusul mereka.
"Mau kemana?" tanya Desy dengan nada marah.
"Ibu, aku ini istrinya. Jadi aku yang lebih berhak untuk mengantar suamiku berangkat kerja.'
"Rey minta dibuatin sandwich! Buatkan itu dulu, baru kau pergi!" tukas Desy yang membuat Rey tersedak saat baru saja menyesap secangkir kopi.
Kemudian Rey melirik ke arah ibunya itu. "Kapan aku minta sandwich", bisiknya.
"Cepat! Nanti Rey terlambat pergi kerja", desak Desy pada Sharen yang masih mematung diposisinya.
Sharen pasrah, dia pun menuruti keinginan sang ibu mertua agar tidak dipersalahkan jika sampai Rey terlambat masuk di hari pertama bekerja. Dengan langkah lebar Sharen berjalan menuju dapur untuk membuatkan sandwich.
Tak berselang lama Sharen datang dengan membawa sandwich ditangannya. "Adik ipar, ini sandwichnya", kata Sharen seraya meletakkannya dihadapan Rey.
Rey menerimanya dengan raut wajah bahagia. "Hari pertama bekerja dapat sandwich buatan kakak ipar pasti ini pertanda baik", ucap Rey saat meraih sandwich yang ada di atas meja. "Kalau begitu aku pergi kerja ya, Ma", lanjutnya sembari mencium ibunya.
"Oke, sayang. Mama yakin kau adalah calon CEO terbaik", ujar Desy percaya diri. Tangannya sibuk merapikan dasi Rey dan menepis sesuatu yang menempel di kemeja baru Rey. Dia ingin putranya menjadi pusar perhatian karena penampilannya yang tampak perfect.
"Sudah dong, Ma. Nanti Rey terlambat", gerutu Rey kala Desy masih saja sibuk memperhatian penampilan Rey.
"Jangan protes!" sentil Desy. "Ini semua mama lakukan hanya untuk kebaikanmu, meskipun mama tahu ini bukanlah stylemu."
Rey mendesah pasrah. Dia tidak ingin sang ibu marah.
"Oke, sekarang sudah boleh pergi", kata Desy sembari mengambil sandwich dari tangan Rey.
"Eits, jangan di ambil Ma", kata Rey dengan menjauhkan sandwich. "Aku pergi dulu ya, Ma", lanjutnya. Dia berlari menjauhi sang ibu.
"Rey, jangan bawa itu. Nanti bajumu kotor!" teriak Desy, namun Rey mengabaikannya. Dia berlari sembari melambaikan tangan. "Dasar anak ini, selalu bertindak sesukanya", kesal Desy. Lalu dia kembali duduk dan menghabiskan sisa kopinya.
...---...
Sharen baru saja menyesaikan cuciannya. Tak sengaja netranya melihat Fiona tengah berjalan sembari memegang ponselnya dengan raut wajah bahagia.
"Sepertinya kau sangat bahagia", ucap Sharen yang menghentikan langkah Fiona. Lalu dia berjalan mendekati Sharen.
"Apa kau ingin tahu apa yang telah membuatku bahagia?" tanya Fiona dengan menyeringai.
"Tidak perlu, meskipun itu berhubungan dengan suamiku", jawab Sharen santai. Lalu dia beranjak meninggalkan Fiona.
"Ini memang berhubungan dengan suamimu!" teriak Fiona, namun Sharen mengabaikannya. "Aku akan pergi dinner bareng Kak Ray. Itu berita bahaga kan?" lanjutnya hingga menghentikan langkah Sharen.
"Terserah kau mau melakukan apa! Bukankah kau yang sudah berjanji akan membantuku untuk membuat ingatan suamiku cepat pulih?" balas Sharen tanpa menoleh. "Jika itu yang terbaik, maka lakukanlah!" lanjutnya seraya mengayunkan langkahnya menuju lantai atas.
Fiona menatap Sharen yang semakin jauh hingga bayangannya pun tak terlihat lagi, namun hatinya masih saja kesal karena sikap acuh Sharen. "Dia pasti sedang berpura-pura. Aku yakin itu!" katanya dengan raut wajah tidak senang.
"Kau kenapa?" tanya Desy yang tiba-tiba datang dari arah belakang Fiona, hingga membuatnya terlonjak kaget.
"Tante membuatku kaget saja", ucapnya seraya mengelus dada.
"Gitu doang kamu udah kaget, gimana kalau tadi aku menepuk pundakmu. Bisa-bisa aku sudah kena pukukanmu!"
Fiona menatap jengah adik ibunya itu. "Aku mau ke kamar dulu Tante", ucapnya seraya berjalan menuju lantai atas.
"Fiona, Tente belum selesai bicara!" teriak Desy dengan nada kesal. Dia terus memanggil nama Fiona, namun keponakannya itu terus berjalan tanpa balasan apapun. "Jika saja kau bukan anak kakakku, maka aku sudah membuat hidupmu menderita", ucapnya kesal.
...----...
Waktu begitu cepat berlalu, senja sudah kembali keperaduannya.
"Ah, segar sekali", ucap Sharen saat baru sakja menyelesaikan ritual mandinya. Lalu dia berjalan ke luar kamar mandi.
"Sore, Tuan", sapa Sharen dengan lembut.
"Hm..." balas Rayan singkat tanpa ekspresi. Lalu dia berjalan menuju meja kerjanya, tangannya meletakkan tas bawaannya di sana.
Sharen memberanikan diri menghampiri sang suami. "Tuan, malam ini ada acara di restoran Bougenvile, Tuan pernah bernyanyi di sana. Apa Tuan ingat?" Sharen mencoba membuat Rayan mengingat kisah romantis yang pernah Rayan berikan padanya.
Tiba-tiba Rayan merasa pusing. Dia memegang kepalanya dengan mengerang. Bayangan saat dirinya menyatakan cinta membuat kepalanya terasa sakit.
"Tuan...!" panggil Sharen dengan panik. Dia tidak menyangka reaksi Rayan akan sebesar itu. "Maaf, aku telah memaksa ingatanmu pulih", ucap Sharen penuh penyesalan.
"Aku sudah tidak apa-apa", jawabnya dengan tatapan yang aneh. "Ayo, pergi ke sana", lanjutnya yang membuat Sharen terperangah.
"Oke, Tuan. Aku akan menyiapkan pakaianmu", katanya dengan riang. Lalu dia gegas berjalan menuju walk-in closet dan mengambil pakaian yang dikenakan Rayan saat menyatakan cinta padanya. "Pakaian Tuan sudah aku siapkan. Sekarang pergilah mandi. Aku juga akan bersiap", lanjutnya dengan begitu bahagia.
Tanpa Rayan sadari ada senyum yang terukir di sudut bibirnya. Entah apa yang dia pikirkan saat melihat gerak-gerik Sharen, namun tingkah sang istri mampu menggelitiknya. Dia pun mengikuti sesuai perkataan Sharen. Dia berjalan menuju kamar mandi dan menyelesaikan ritual mandinya di sana. Setelah kurang dari 20 menit Rayan ke luar dari kamar mandi dan berjalan menuju walk-in closet.
"Tuan, aku sudah selesai", kata Sharen dengan senyum yang mengembang.
Netra Rayan terbeliak kala melihat penampilan anggun sang istri. Tanpa Rayan sadari, dia sudah terpesona dibuat istrinya itu.
"Cepatlah Tuan. Nanti kita kehabisan kupon lucky drawnya", desak Sharen kala melihat suaminya masih mematung diposisinya.
"Oke", jawab Rayan dengan grogi. Lalu dia masuk ke dalam walk-in closet. Setelah beberapa menit dia keluar dengan memakai setelan jasnya. "Apa aku harus memakai ini, hanya untuk makan malam?"
Sharen mengangguk. "Iya, Tuan. Karena saat Tuan menyatakan cinta padaku. Tuan memakai pakaian ini", sahutnya.
Rayan terpaksa menuruti sesuai keinginan sang istri. Mereka pun berjalan menuju pintu ke luar.
"Kak Ray..." ucapan Fiona terhenti kala pintu di buka dan melihat pasangan suami istri yang tampak mesra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
auliasiamatir
hadehhh fiona urat malunya dah putus
2023-11-25
0
Maya●●●
ahhh si uler muncul lagi
2023-11-17
0
Maya●●●
apa rayan sudah ingat?
2023-11-17
0