Sharen berlari menuju kamarnya dengan isak tangis. "Kenapa kau mengkhianati pernikahan kita suamiku", ucapnya dengan terus menekan dadanya yang begitu sesak. Lalu dia membanting kasar pintu melampiaskan emosinya. Langkahnya sedikit terburu-buru berjalan menuju walk in closet. Dia tidak peduli dengan penampilannya yang sudah urak-urakan, karena air matanya keluar bersamaan cairan dari hidung.
"Kenapa dia tidak datang menyusulku?" tanyanya dengan terisak. Dia terduduk lesu saat Rayan tidak datang menemuinya hanya untuk sekedar meminta maaf. Lalu Sharen mengusap kasar air matanya, dia bangkit dari posisinya duduk dan mengemasi semua pakaiannya.
Sementara Rayan baru saja terbangun, netranya menyusuri setiap sudut ruangan yang tampak berbeda dengan kamarnya, Tubuh polosnya terjingkat kala melihat Fiona tidur disampingnya dengan pakaian sexy. "Apa yang kau lakukan?" Tanyanya dengan nada emosi.
Fiona menatap Rayan dengan tersenyum penuh arti. "Harusnya Kak Ray bertanya seperti ini, apa yang sudah kita lakukan?" sahutnya dengan suara lembut.
Tak ingin berlama-lama di sana, Rayan buru-buru bangkit dari atas tempat tidur, sebelum sang istri memergokinya sedang bersama wanita lain.
"Kak Ray mau ke mana?" Tanya Fiona, namun Rayan mengabaikannya, dia gegas mengenakan pakaiannya dan berjalan menuju pintu ke luar. "Sharen sudah melihat semuanya", ucapnya dengan santai, tapi tidak dengan Rayan. Netranya melotot menatap Fiona. "Mungkin sekarang dia sudah pergi jauh", lanjut Fiona.
Rayan gegas keluar dari kamar Fiona dan berlari menuju kamarnya. "Sayang", panggilnya untuk pertama kali setelah dia hilang ingatan. Tak ada yang menyahut panggilannya, Rayan pun berlari menuju kamar mandi. "Dia tidak ada di sini", ucapnya gusar. Kemudian Rayan berlari menuju walk-in closet, namun hasilnya tetap sama. "Jadi dia benar-benar sudah pergi?" Rayan berlari ke luar kamarnya dan mencari keberadaan Sharen sampai ke dapur.
"Sudah aku katakan, Sharen tidak ada di sini lagi. Dia sudah pergi meninggalkan rumah ini", ucap Fiona sambil menyandarkan tubuhnya di dinding disertai senyuman menggoda ke Rayan.
Rayan bersikap acuh pada perkataan Fiona. Dia berlalu meninggalkan Fiona tanpa sepata kata.
"Jangan mencarinya lagi atau aku akan menyebar foto kita di atas ranjang tadi!" ancam Fiona.
Rayan menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap Fiona. "Coba saja!" tantang Rayan dengan tatapan penuh emosi. Lalu dia pergi meninggalkan Fiona begitu saja.
Fiona menghentakkan kakinya sebagai luapan rasa kesalnya. "Awas aja lo, Rayan. Aku akan membuatmu menyesal telah mengabaikanku!" teriaknya dengan nafas yang memburu.
Rey yang mendengar perdebatan Rayan dan Fiona, tersenyum menyeringai. Dia gegas pergi ke luar rumah untuk menemukan Sharen sebelum Rayan menemukannya.
...---...
Sementara Sharen sudah berjalan sangat jauh dari kediaman Rayan. Namun bayangan sang suami berada di atas ranjang bersama wanita lain masih segar dalam ingatannya. Rasanya dia ingin berteriak dan melampiaskan kekesalannya.
"Aku benci perselingkuhan!" geramnya sembari menarik kopernya. Dia bisa menerima semua perlakuan kasar sang suami, tapi tidak untuk perselingkuhan.
Air mata Sharen sudah mulai mengering, bahkan dia sudah tak kuat lagi untuk menangis. "Kemana aku harus membawa langkahku?" tanya Sharen lirih. Tanpa arah tujuan yang jelas, Sharen harus tetap melangkah menyusuri jalanan sunyi, karena rumah Rayan jauh dari perkotaan.
Tiba-tiba sorot lampu sebuah mobil menyilaukan penglihatan Sharen. Seorang pria bertubuh tegap turun dari mobil dan berjalan menghampirinya. "Sharen", panggil pria itu. "Apa yang terjadi padamu?" tanyanya kemudian.
...---...
Sementara Rayan fokus menyetir, menyusuri jalanan sunyi. "Kau di mana istriku?" tanyanya dengan rasa kuatir. Saat ini ingatan Rayan mulai berangsur pulih. Dia dapat mengingat kejadian dua tahun lalu, ketika dirinya mulai jatuh cinta pada Sharen. Balas dendamnya berakhir dengan rasa cinta.
30 menit pun berlalu. Sudah lebih dari 3 kali Rayan bolak-balik menyusuri jalanan sunyi itu, namun dia tak dapat menemukan keberadaan Sharen. Akhirnya Rayan menyerah, dia pulang ke rumah dengan wajah lesu.
Rey yang lebih dulu pergi mencari Sharen dengan memakai sepeda motor, juga ikut pulang. Niatnya untuk menemukan Sharen lebih dulu dari Rayan telah gagal.
...---...
Sesampainya di rumah, Rayan tersentak kaget saat melihat Desy dan Fiona tengah duduk berdua di sofa. "Ngapain kalian di sana?" tanya Rayan santai, lalu dia melanjutkan langkahnya tanpa menunggu jawaban dari keduanya.
"Rayan, duduklah dulu", pinta Desy.
Rayan menghentikan langkahnya. "Ada perlu apa?" tanyanya saat berbalik dan menatap ibu tirinya itu.
"Ada yang ingin aku bicarakan, duduklah dulu!"
Rayan bergeming, namun netranya menelisik ke dalam netra Fiona. "Apa ini ada hubungannya dengan keponakanmu itu?" tebak Rayan.
"Aku hanya memintamu duduk sebentar", ulang Desy. Dia mencoba menahan emosinya, karena dia belum siap untuk menunjukkan sifat aslinya di depan Rayan.
"Katakan saja dari situ! Aku tidak punya waktu untuk duduk santai!"
Sekarang kau bisa sombong, tapi lihat saja saat Rey merebut semua darimu! Ucap Desy di dalam batin. Dia menghela nafas panjang, lalu menatap Rayan. "Baiklah aku katakan dari sini", sahutnya. "Aku hanya ingin mengatakan bahwa apa yang terjadi antara dirimu dan Fiona itu salah, karena bagaimanapun kau dan Sharen masih berstatus suami dan istri."
Rayan tersenyum tipis saat Desy menjeda perkataannya.
"Jadi aku minta segera ceraikan Sharen!"
Mendengar ucapan Desy, Rayan mengayunkan langkahnya mendekati ibu tirinya itu. "Sampai kapanpun aku tidak akan menceraikan istriku!" tegasnya tanpa berkedip.
Desy dan Fiona tersentak kaget mendengar perkataan Rayan. Sementara Rey yang sedang bersembunyi merasa kesal dengan perkataan Rayan.
"Jangan coba-coba mengancamku dengan apa yang terjadi antara aku dan Fiona, karena aku tahu kau telah melakukan sesuatu pada obatku!" sambung Rayan yang membuat Fiona mendelik. Lalu Rayan berjalan meninggalkan Desy dan Fiona tanpa berpamitan.
Sepeninggal Rayan, Desy dan Fiona saling tatap. Mereka heran melihat perubahan sikap Rayan.
"Apa ingatan Rayan mulai pulih?" tanya Desy.
Fiona membalas dengan manggut-manggut. "Aku juga berfikir seperti itu Tante, karena tadi pagi aku lihat Kak Ray mencium kening Sharen."
"Apa?" kaget Desy. "Kenapa kau gak bilang dari tadi?" ketusnya.
"Tadi Fi gak kepikiran Tante. Setelah Tante ngomong gini, baru aku ingat", sesalnya.
"Ah, s*al. Coba saja kau cerita ke Tante. Aku kan bisa atur strategi untuk mencari tahu dia masih hilang ingatan atau tidak!" kesal Desy. Lalu dia pergi meninggalkan Fiona begitu saja.
Merasa kesal dengan perlakuan adik ibunya itu. Fiona pun melempar kasar bunga di dalam vas. "Dia selalu sok berkuasa, padahal dia tidak bisa melakukan apapun!" gerutu Fiona yang dapat di dengar oleh Rey.
"Dia ibuku!" sahut Rey dengan tegas. "Kau tidak mengenalnya sama sekali!" lanjutnya penuh teka teki, lalu dia berjalan meninggalkan Fiona yang mematung diposisinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Vincar
baru sadar kalau dia punya istri 😏
2023-11-20
0
FT. Zira
siapa dia?😯
2023-11-04
0
FT. Zira
argh... rey...🤬
2023-11-04
0