Setelah Sharen menumpahkan kesedihannya dengan menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Kini dia tengah duduk di ruang keluarga sembari mengistirahatkan dirinya.
"Aku cari kemana-mana, ternyata mba Sharen di sini", kata Fiona yang membuat Sharen terjingkat. Lalu Fiona berjalan mendekati Sharen.
"Ada apa?" tanya Sharen lesu. Dia tidak begitu yakin kalau niat Fiona tulus padanya, karena Fiona adalah keponakan ibu mertuanya.
Fiona menjatuhkan bobot tubuhnya tepat di samping Sharen. "Aku datang mau minta maaf. Aku khawatir ucapanku pagi tadi menyinggung perasaanmu."
Spontan Sharen menoleh ke arah Fiona. Netranya menelisik ke dalam mata Fiona. Apakah dia tulus mengatakannya? Tanya Sharen di dalam batin.
Fiona menghembus nafas berat saat Sharen tak kunjung membalas perkataannya. "Sebenarnya aku adalah cinta pertama Kak Rayan. Kita saling menyukai satu sama lain. Namun tiba-tiba Papa Kak Rayan tiada. Kak Rayan mengetahui satu fakta bahwa yang menyebabkan Papanya tiada adalah Papanya mba Sharen."
Sharen tahu perkataan Fiona ada yang benar, namun Rayan pernah mengatakan padanya bahwa dirinya adalah kekasihnya satu-satunya. Jadi Sharen sulit percaya kalau Fiona adalah mantannya Rayan.
"Mungkin mba Sharen tidak akan percaya, karena waktu itu aku telah menyetujui hubungan kami berakhir demi Kak Rayan melancarkan balas dendamnya dengan mendekati mba Sharen."
"Jadi selama ini kau kemana? Kenapa tiba-tiba datang?"
Mendengar pertanyaan Sharen, raut wajah Fiona berubah sendu. "Aku pergi kemana saja, asalkan aku tidak melihat kalian bermesraan. Hatiku sakit, walaupun aku yang menyetujui keinginan Kak Rayan."
"Maaf, aku masih punya banyak pekerjaan", tukas Sharen seraya bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu ke luar.
"Mba Sharen... Mba...!" teriak Fiona memanggil Sharen, namun tidak diindahkan oleh Sharen. Dia terus berjalan tanpa menoleh walau sebentar.
...---...
Setelah berbincang dengan Fiona, Sharen pun lanjut menyelesaikan pekerjaannya merapikan pakaian yang sudah selesai dia setrika.
"Huh, akhirnya selesai juga", ucapnya dengan melakukan peregangan otot. Kemudian dia membawa pakaian milik Rey dan berjalan menuju kamar adik iparnya itu.
Setelah berada di depan pintu kamar Rey, Sharen gegas mengetuk pintu beberapa kali. "Rey", teriak Sharen memanggil nama adik iparnya, namun tidak ada sahutan dari dalam, meskipun Sharen sudah berulangkali memanggilnya."Apa dia tidur?" gumam Sharen. Diapun memberanikan diri untuk membuka kamar Rey, karena dia malas jika harus membawa kembali pakaian milik Rey.
Cklekk.
"Hm, pantas saja dia gak menyahut", ucap Sharen kala melihat Rey tertidur pulas. Dengan langkah perlahan Sharen berjalan menuju walk-in closet, lalu dia meletakkan pakaian Rey di sana.
"Aaa..." pekik Sharen kala tangan kekar seseorang memeluknya dari belakang. Sharen meronta agar bisa melepaskan tangan orang itu, beruntungnya dia berhasil lolos.
Plak.
Tamparan keras mendarat tepat di pipi Rey. "Kau sudah keterlaluan!" teriak Sharen dengan nafas yang memburu. Dia merasa kesal dan j*jik dengan apa yang sudah diperbuat Rey padanya. Sharen buru-buru pergi sebelum Rey melanjutkan aksinya, namun baru berjalan beberapa langkah, Rey menarik paksa tangan Sharen.
"Apa kau pikir aku sedang bermain-main?" tanya Rey dengan tatapan penuh amarah.
Merasa tidak aman, Sharen berusaha keras untuk melepas genggaman Rey. Namun kekuatan Rey yang berkali lipat besarnya dibandingkan tenaga Sharen tak mampu membuatnya meloloskan diri.
"Tolong... Tolong... Fiona... Ibu mertua..., tolong aku... !" teriak Sharen dengan kencang, hingga memaksa Rey membekap mulutnya.
"Diam! Atau aku akan bertindak lebih kasar lagi!" ucap Rey sembari menarik paksa Sharen. "Lebih baik kau patuh, toh kau tidak akan rugi apapun!"
Rey membawa Sharen dan menjatuhkan tubuh rampingnya di atas tempat tidur. Lalu dia segera melakukan aksi bejadnya. Sharen berusaha kabur dan berteriak minta tolong, namun pintu yang terkunci menyulitkan dirinya melarikan diri.
Rey menarik kembali Sharen ke atas tempat tidur, hingga Sharen berada dalam kungkungannya. Tangan Sharen terkatup seraya memohon pada Rey. "Tolong jangan lakukan itu", pohonnya dengan isak tangis.
Ketidakberdayaan Sharen tidak menggugah hati kecil Rey. Dia tetap melanjutkan aksi bejadnya itu, hingga keadaan Sharen sungguh tragis.
Cklek.
Seseorang berhasil membuka pintu kamar Rey.
"Syukurlah", ucap Sharen lemag. Dia mengira Fiona datang membantunya. "Tu- tuan", ucapnya kaget kala yang datang adalah suaminya.
Dari belakang Rayan muncul Fiona dan Desy. Mereka bertiga menutup mata kala melihat Rey sedang berada di atas Sharen.
Rayan mendekati Rey dan Sharen Dengan kasar dia mendorong tubuh Rey.
Plak.
Tamparan keras mendarat di pipi mulus Sharen hingga membuatnya merasa kesakitan. "Cih, sekarang kau mulai menunjukkan sifat aslimu!" ucap Rayan sembari melemparkan selimut pada tubuh Sharen. "Pergi dari sini dan kemasi semua barang-barangmu wanita penggoda!"
Setelah selesai mengatakannya Rayan gegas pergi meninggalkan kamar Rey.
Sementara Sharen buru-buru bangkit dari atas tempat tidur dan berlari menyusul Rayan.
"Tuan... Tolong dengarkan penjelasanku", pohon Sharen dengan memegang kaki Rayan.
"Lepaskan!" titahnya saat Rayan merasa kesulitan saat berjalan.
"Aku tidak mau", katanya sembari mengeratkan pegangannya. "Tuan harus dengar penjelasanku dulu!" paksa Sharen tanpa melepas pegangannya dari kaki Rayan.
Rayan diam, seolah memberi kesempatan bagi sang istri untuk menjelaskan.
Sharen pun mulai bercerita hingga akhirnya Rey melakukan aksi bejadnya. Lalu Rayan dan yang lainnya tiba-tiba datang. Sharen bersyukur, karena bisa lolos dari perbuatan Rey.
"Apa kau pikir aku akan percaya dengan cerita karanganmu itu?" tanya Rayan dengan nada keras hingga membuat Sharen terduduk lemas dengan meneteskan air mata. "Simpan saja air matamu itu!" Rayan mengayunkan langkahnya menjauhi Sharen yang masih duduk di lantai dengan wajah sedih.
...---...
Setelah beberapa saat, Sharen gegas menyusul Rayan masuk ke dalam kamar. Netranya terbeliak kala melihat pakaian miliknya berserakan di lantai.
"Tuan, tolong jangan usir saya", pohon Sharen kembali sembari mengatupkan kedua tangannya. Dia tidak menyangka suaminya itu masih tetap dengan keputusannya.
Guratan dikeningnya menunjukkan dia sedang memikirkan sesuatu, Rayan pun angkat bicara. "Baiklah, aku tidak akan mengusirmu."
Mendengar penuturan Rayan, Sharen tak bisa menahan kegembiraannya. Dia datang mendekati suaminya itu dengan tersenyum. "Terimakasih, Tuan", balasnya dengan menunduk.
"Tapi kau tetap harus menerima hukuman! Kau tidur di lantai, dan jangan sekali-kali tidur di sofa!" tukas Rayan.
Hukuman yang diberikan Rayan membuat Sharen sedih. "Baik, Tuan", jawabnya dengan berat hati. Tidur di sofa saja membuat tubuhnya kedinginan apalagi jika harus tidur di lantai. Namun Sharen tidak habis akal, dia akan memakai jaket tebalnya nanti.
...---...
Tanpa terasa malam pun tiba. Seluruh keluarga telah selesai menikmati makan malam, kini giliran Sharen. Dia membuka penutup makanan di atas meja. Netranya mendelik kala melihat makanan di atas meja hampir tak bersisa.
Tangan kurus Sharen mengaduk nasi bersama sisa bumbu dalam wadah tempat makanan. Dia tiada henti menangis sambil terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya. "Setidaknya masih ada beberapa suap nasi yang bisa aku makan", gumamnya lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Vincar
Ada masalah apa sih sama othor🥲 Sharen begitu menderita 😔
setangkai mawar meluncur 🌹
2023-10-30
1
Vincar
Kasihan Sharen di kelilingi oleh orang jahat
2023-10-30
0
Maya●●●
mampir lagi kak ucy
2023-10-29
0