Belanja

Sesampainya di mall, Robin segera turun dari motor, kemudian mengajak Seno untuk ikut bersamanya. Namun, penolakan terdengar dari mulutnya.

"Apa bapak yakin tidak ingin memilihnya secara langsung? Ini hadiah untuk anak bapak, loh!" tanya Robin dengan serius.

"Tidak masalah, mas. Saya akan menerimanya apapun yang mas berikan, maafkan saya karena telah bersikap seperti ini. Hanya saja…" Seno terlihat sedikit murung.

Robin melihatnya dengan tenang, "Ah, ya tidak masalah. Karena saya yang mengusulkan ini, maka saya akan mencarikan hadiah paling indah dan berkesan untuk anak bapak!"

"Ya sudah, saya pergi ke dalam dulu ya, pak! Dan ini bayaran serta uang jajan untuk bapak jika merasa lapar ketika sedang menunggu saya kembali…" Robin memberikan dua lembar kertas warna merah.

Seno tampak terkejut, dia hendak untuk menolaknya, namun Robin menangkap tangannya dan memaksakan dirinya untuk menerima uang yang dia berikan.

"T-tapi, mas…" Seno tampak enggan.

"Tidak masalah, anggap saja ini sebagai bayaran untuk menunggu saya…" ucap Robin sambil tersenyum lembut, "Baiklah, saya akan tinggal dulu ya, pak!"

"Iya mas, hati-hati!" ucap Seno ketika melihat Robin pergi masuk, "Beliau sungguh pria yang baik, terimakasih tuhan!" syukur Seno sambil menatap uang di tangannya.

Robin masuk ke dalam mall, dan dirinya tampak sangat terpukau dengan isi dari mall. Ini merupakan kali kedua dia pergi ke dalam mall, sebelumnya dirinya hanya berbelanja dengan istrinya untuk merayakan hari kelahiran anaknya.

"Aku jadi rindu dengan mereka… Tapi, aku tak perlu khawatir karena sekarang aku hanya perlu menjadi sukses untuk kemudian bertemu dengan istriku! Tunggu aku, sayang!" Robin tersenyum.

Kemudian, sebelum dirinya benar-benar masuk ke dalam mall, dia dikejutkan dengan notifikasi Sistem yang menampilkan misi baru dengan hadiah fantastis.

"Apa-apaan? Baru kali ini aku merasa bahwa Sistem sangat tidak etis dalam memberikan misi…" gumam Robin mengernyit.

[Misi terpicu!]

[Berikanlah hadiah terbaik untuk anaknya Seno!]

[Hadiah: 12.000.000 rupiah dan 1 Sistem Poin]

[Hukuman: Kehilangan penglihatan selama satu jam]

[Durasi: 00:11:49:03]

Walaupun ini merupakan misi yang menguntungkan, tetapi Robin merasa bahwa dengan adanya misi, ketulusan dia terhadap Seno akan terasa seperti sebuah kebohongan.

Namun, tanpa mempedulikannya lagi Robin segera berjalan memasuki mall dan berniat untuk membeli pakaian terlebih dahulu. Mengingat itulah tujuan utamanya saat ini, walaupun Sistem memiliki toko untuk barang ini.

"Andai saja Sistem sudah naik level, mungkin aku tak perlu repot-repot lagi untuk pergi ke mall dan berbelanja seperti ini…" gumamnya yang mengingat bahwa tak semua toko di Sistem bisa diakses karena level Sistem yang terlalu rendah.

Setelah cukup lama berjalan, tampak sebuah toko yang memperlihatkan pakaian-pakaian mewah dari dalam sana.

Merasa penasaran, Robin berjalan masuk dengan diri yang telah siap belanja dan menghabiskan uangnya walau terkesan boros.

Di dalam toko, bisa tercium aroma yang nyaman di hidung, beserta dengan udara AC yang membuat tubuhnya menjadi nyaman. Sekarang, Robin terlihat sangat norak di pandangan orang-orang yang ada di sana.

"Lihatlah, orang miskin itu terlihat sangat menjijikkan, dia seperti tidak pernah melihat kemewahan dalam hidupnya…" bisik salah satu pelanggan wanita di sana.

"Benar, aku merasa malu sendiri ketika melihatnya…" sambung temannya dengan ekspresi merendahkan.

Walaupun begitu, Robin tak menghiraukannya, karena tujuannya saat ini adalah membeli pakaian bukan untuk berdebat dengan orang-orang acak.

Robin yang sudah berada di jajaran kaus biasa langsung mencari-cari sesuatu yang cocok dengan tubuhnya. Hingga tak lama kemudian dia mendapatkan pakaian yang disukainya, dengan cepat dia membawanya pergi menuju bagian lain.

Nah, saat ini Robin tampak sedang kebingungan dengan jajaran kemeja mahal di hadapannya. Dengan pikiran keras dia memilah satu persatu, hingga pada akhirnya dia memilih kemeja yang terlihat sederhana dengan warna biru gelap.

"Ini sempurna untukku!" gumamnya bahagia.

Namun, ketika dirinya hendak untuk pergi ke kasir dan membayarnya, tiba-tiba saja terdengar suara lantang dari belakangnya yang langsung membuat Robin menoleh.

"Hah, orang se miskin itu akan membeli baju yang mahal? Sungguh mimpi yang indah baginya, hahaha!" ledek salah satu pelanggan wanita sambil menutup mulutnya.

Robin mengernyit, "Apa maksudmu, jalng?"

Sesuatu yang tak terdengar keluar dari mulutnya, semua orang yang ada disana sontak terkejut dengan ucapan Robin.

"Apa maksudmu!? Apakah kau tidak mengenal dia!?" sergah teman disampingnya.

"Hmm? Memangnya kenapa? Aku tidak peduli siapa mereka dan apa latar belakang mereka, karena disaat mereka menghinaku, maka mereka sudah setara denganku!" jelas Robin dengan tenang, kemudian berjalan pergi tanpa mempedulikan mereka.

Tak terima dengan ucapan Robin, wanita yang awalnya menghinanya langsung memasang wajah marah dan berteriak dengan keras atas protesnya.

Namun Robin tak menghiraukannya, mengingat dia hanya ingin membeli pakaian, bukan berdebat dengan orang acak. Lagipula orang seperti itu tidak perlu direspon lebih lama lagi agar tidak terjadi hal merepotkan lainnya.

Setelah berada di dekat kasir, pembayaran segera dilakukan oleh Robin, dan itu terjadi begitu cepat sehingga secara tak sadar Robin telah menghilang dari toko itu sebelum wanita sebelumnya mengeluarkan jurus seribu cabe.

Merasa tidak ada keperluan lagi, toko selanjutnya yang ingin dia kunjungi adalah tempat mainan anak-anak untuk memberikan hadiah pada anaknya Seno.

"Kalau tidak salah anaknya itu perempuan, jadi tidak masalah jika itu boneka atau mungkin mainan masak-masak, bukan?" bingung Robin sambil berjalan.

Tak lama kemudian telah berada di dalam toko, dengan cepat dia pergi ke tempat boneka berada. Dan tanpa basa-basi, dia langsung membawa boneka dengan ukuran yang cukup untuk dipeluk oleh anak kecil.

Merasa belum puas, dia pergi ke bagian mainan kecil seperti mainan masak-masak, dokter-dokteran atau bahkan mainan puzzle. Namun, karena merasa bingung, akhirnya dia membeli ketiga mainan lainnya untuk kemudian di bungkus di tempat kasir.

"Totalnya 900.000 rupiah, kak!" ucap kasir dengan senyuman ramah.

"Baiklah, ini dia uangnya. Terimakasih." Setelah memberikan uang pembayaran, Robin segera pergi dari sana untuk kemudian kembali ke tempat parkiran berada.

Dan disaat dirinya sedang berjalan, sebuah notifikasi Sistem kembali muncul di hadapannya, namun itu tidak terlalu dipedulikan oleh Robin yang segera menutup notifikasi itu.

"Sangat tidak penting!" ucap Robin mendengus dingin.

Sesampainya di tempat parkiran, Robin dapat melihat pak Seno sedang berada di salah satu gerobak yang terlihat seperti sudah selesai makan.

Itu membuat Robin bahagia. Entah mengapa menolong seseorang yang sangat gigih membuat hatinya merasakan kebahagiaan yang lebih cenderung seperti perasaan puas.

Melihat Robin yang telah kembali dengan bawaan sangat banyak, pak Seno segera beranjak dan membayar makanannya untuk pergi menghampiri Robin dengan wajah yang tampak malu.

"M-maaf, saya malah makan…" ucapnya sedikit menunduk.

"Kenapa bapak minta maaf? Sudahlah, memang itu yang saya inginkan. Jadi, tak perlu memikirkan apapun dan ambilah ini!" Robin menyodorkan barang belanjaan yang merupakan hadiah anaknya Seno.

Seno tercengang, "Apakah ini…?" gumam Seno tidak percaya ketika melihat isi dari kresek besar tersebut adalah sekumpulan mainan.

"Ya, itu adalah hadiah untuk anakmu." ucap Robin memastikan.

Seno mendongak, kemudian hendak untuk mencium tangan Robin atas perasaan terimakasihnya. Namun segera tindakannya tersebut dihentikan oleh Robin yang langsung menahannya.

"Terimakasih banyak, mas!" ucapnya berkali-kali.

"Tidak perlu seperti itu, lebih baik kita segera pulang saja." ujar Robin kemudian diiyakan oleh Seno.

Setelah itu, tanpa basa-basi lagi mereka langsung tancap gas dan pergi dari sana dengan perasaan yang sangat puas. Terutama bagi Seno yang terlihat dipenuhi oleh perasaan bahagia.

Namun, seseorang tampak sedang memperhatikan kepergiaan Robin dari kejauhan dengan tatapan yang tidak senang.

Dan orang tersebut adalah…

"Mengapa dia masih hidup? Menyebalkan!" ketusnya kemudian berbalik pergi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!