Hadiah

Dengan keberuntungan dan kesialan yang datang secara bersamaan, kini Robin dapat menikmati hadiah yang akhirnya telah datang dengan munculnya sebuah notifikasi Sistem di depan matanya.

[Anda telah menyelesaikan misi diusir secara tidak hormat!]

[Anda mendapatkan 10.000.000 Rupiah dan 1 Sistem Point!]

[Hadiah tambahan sebuah rumah yang terletak di perumahan Graydent!]

Robin memasang senyuman puas, kemudian memutuskan untuk beristirahat di pinggir jalan yang tampak sudah sepi, tak ada satupun dia melihat kendaraan berlalu-lalang di hadapannya.

Namun itu merupakan keberuntungan baginya, sehingga dapat dengan mudah menikmati waktu istirahatnya tanpa perlu takut akan dipandang buruk oleh orang-orang.

"Sistem, apakah aku dapat menyembuhkan luka ku ini? Sejujurnya ini sangat menggangguku walau tak menyebabkan rasa sakit..." ucap Robin sambil memegang wajahnya yang penuh lebam.

Layar Sistem dengan cepat muncul di depan matanya, [Tentu saja, Tuan! Namun Anda perlu mengeluarkan biaya untuk itu!]

Robin mengernyit ketika mendengar jawaban Sistem. Maksudnya, apa kau tidak khawatir dengan kondisinya yang terlihat mengenaskan ini? Oh ayolah, itu sikap yang buruk untuk seorang partner hidup.

"Hah, baiklah. Berapa yang perlu ku bayar untuk itu?" Robin mendesh berat dan bertanya dengan malas.

[Ah, Anda hanya perlu membuka layar toko di dalam Sistem untuk membeli pil ampuh yang dapat memulihkan luka dengan cepat!]

"Kenapa bukan kau saja yang langsung menyembuhkan ku?" tanya Robin sedikit penasaran.

[Jika Anda menginginkan itu, maka biaya yang harus ditanggung akan lebih besar, bahkan bisa berkali-kali lipat dari harga pil dengan kualitas terbaik yang ada di dalam toko Sistem. Apakah itu tidak masalah?]

Robin sedikit membelalakkan matanya ketika mendengar penjelasan Sistem, dan terpaksa dia segera menolak tawaran tersebut untuk kemudian membuka layar toko.

Di toko tersebut terdapat banyak kategori untuk setiap jenis barang yang berbeda, dan sekilas Robin melihat kategori "Skill" yang sedikit menarik perhatiannya.

Namun hal itu tidak penting sekarang, karena Robin sudah sangat tidak nyaman dengan kondisi wajahnya yang bahkan tulang hidungnya saja sudah patah. Ini merupakan mimpi buruk yang nyata.

Dengan halus Robin menggulirkan layarnya hingga mendapatkan satu jenis obat yang sangat cocok dengan kondisinya saat ini, dan juga obat tersebut memiliki kualitas yang tinggi jika dilihat dari deskripsinya.

Dengan harganya yang hanya seratus ribu, tanpa pikir panjang Robin membeli sepuluh biji dan kemudian mengambil satu obat untuk diminum olehnya. Untuk sembilan obat lainnya, dia sengaja menyimpan itu di inventori.

"'Astaga, aku adalah orang yang sulit menelan obat jika tanpa air. Sistem, apakah di dalam toko mu juga ada minuman? Setidaknya sebotol air mineral." tanya Robin dengan wajah penuh permohonan.

[Tuan, di toko saya semuanya telah lengkap disediakan, Anda hanya perlu mencarinya saja dengan cara mengetik kata kunci jika malas untuk mencarinya dengan menggulir layar.]

Robin mengangguk atas penjelasan tersebut, kemudian dia membuka layar tokonya kembali dan mengetik kata kunci, yaitu: Air mineral.

Hingga beberapa saat kemudian muncul banyak sekali satu jenis barang dengan brand yang berbeda-beda, hal itu membuat Robin semakin terkagum dengan kehebatan Sistem.

Setelah membeli salah satu diantara brand yang ada, Robin segera memasukan obatnya lalu meneguk air hingga obat tersebut benar-benar sudah masuk ke dalam tubuhnya.

"Bluergh!" Robin tampak menjulurkan lidahnya dengan ekspresi masam, "Inilah yang aku benci dari meminum obat. Pahit sekali..."

Walaupun begitu, secara mengejutkan lebam-lebam dari wajahnya seketika menghilang hanya dalam waktu beberapa detik saja. Itu bukan lagi mengagumkan, tapi terlihat seperti sihir nyata!

"Hebat... ini sungguh sembuh!" seru dirinya sambil menyentuh wajahnya berkali-kali.

Hingga beberapa saat kemudian, Robin kembali bangkit dan pergi menuju rumah yang katanya telah menjadi miliknya.

Kebetulan saat ini Robin berada di posisi yang lumayan dekat dengan perumahan tersebut, sehingga tanpa perlu berlama-lama lagi dia memesan ojek online untuk mengatakannya ke perumahan tersebut.

"Lelah jika harus berjalan kesana di malam hari seperti ini..." gumamnya.

Tak butuh waktu lama bagi tukang ojek untuk datang ke tempat Robin, dan segera dia menaiki jok belakang setelah memasangkan helm yang berwarna biru itu.

Dengan angin malam yang seliweran, Robin bersyukur dirinya mengurungkan niat untuk pergi dengan berjalan. Jika tidak, maka bisa dipastikan bahwa dirinya akan tergeletak dengan kedinginan dan berakhir mati karena hipotermia.

Sesekali saat di jalan tukang ojek yang mengantarnya selalu membuka percakapan dengan topik yang hanya sebatas basa-basi saja. Walaupun begitu, Robin tetap membalasnya dengan hangat sambil juga kembali menanyakan sesuatu kepada driver tersebut.

Hingga akhirnya, mereka telah tiba di depan gerbang masuk perumahan yang tampak sedang dijaga oleh dua orang satpam.

"Terimakasih, pak!" ucap Robin sambil memberikan selembar kertas berwarna merah yang dia dapatkan dari Sistem.

"Sama-sama, mas. Terimakasih juga..." Driver itu tersenyum, "T-tapi mas, mungkin anda punya uang pas? Kebetulan saya tidak memiliki uang receh untuk memberikan kembalian..."

Melihat driver yang tampak kebingungan, Robin tersenyum sambil melambaikan tangannya, "Tidak masalah, kebetulan saya juga tidak punya uang cash selain itu. Jadi, ambil saja kembaliannya itung-itung tambahan buat beli anak susu." bisik Robin sambil mengedipkan matanya.

"Hehe, makasih ya, mas! Selamat malam!" Driver tersebut pergi dengan wajah bahagia.

Setelah memastikan driver tersebut telah pergi jauh, Robin berbalik dan berjalan menuju kedua satpam yang terlihat sedang fokus dengan permainan catur mereka.

"Permisi pak..." sapa Robin sambil tersenyum hangat.

"Eh, iya?" Salah satu satpam tersadar dan mendongak ke arahnya, "Ada perlu apa ya, mas?" lanjutnya bertanya.

"Ah tidak, saya hanya ingin pergi ke rumah yang kebetulan baru pagi tadi sudah deal." dalih Robin tak menghilangkan senyuman hangatnya.

"Ooh... Saya kira ada perlu apa. Baiklah, tunggu sebentar saya akan segera buka gerbangnya!" ucapnya kemudian beranjak dan pergi membukakan gerbang.

Sementara itu, satpam yang sejak awal sedang berpikir keras kini telah sadar dan mendapati temannya menghilang dari hadapannya.

Awalnya dia terkejut, paling tidak sebelum melihat sosok Robin sedang berdiri dengan wajah yang begitu ramah. Kemudian, dirinya juga melihat temannya itu sedang membuka gerbang seorang diri.

"Maaf pak sudah mengganggu..." ucap Robin kepada satpam itu.

"Eh, tidak, bang! Saya cuma kaget, tak kira Abang ini hantu, ternyata orang perumahan." sahutnya sambil tersenyum canggung.

Sebelum Robin membalas satpam itu, satpam yang sebelumnya kini telah kembali dan memberitahukan bahwa gerbang sudah terbuka walaupun memerlukan tenaga ekstra.

"Sudah terbuka, pak?" tanya Robin.

"Iya, mas. Maaf lama, soalnya gembok gerbang udah karatan, jadi agak sulit buat dibuka. Beneran deh, pengurus cuma sibuk buat hal yang di dalem aja, sampe-sampe ga pernah perhatian sama kondisi gerbang yang bahkan udah tua kayak gini!" keluh satpam tersebut sambil menyeka keringatnya.

Robin terkekeh, "Haha, kalo kayak gitu saya pergi ya pak? Selamat malam..." Tak ingin berlama-lama, Robin segera berjalan menuju ke dalam perumahan.

"Ah ya, selamat malam juga, mas..."

"Selamat malam, bang."

Kedua satpam itu membalas, kemudian melanjutkan kembali permainan catur mereka yang sempat tertunda. Namun dengan kemenangan bagi satpam yang telah membuka gerbang, dan mungkin ini merupakan keberuntungan bagi orang yang pekerja keras.

Terpopuler

Comments

Edi Sudrajat

Edi Sudrajat

ok lanjut thor

2023-09-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!