"Ini pasti memang dia!" Yakin Tania, kemudian pergi dari ruang cctv, "Aku tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang!"
Sementara itu, Soni masih di dalam ruangan cctv meminta penjaga untuk melakukan zoom pada video yang sedang di pause. Tentu saja penjaga mengiyakan, dan segera melakukannya.
Di video tersebut tampak seorang pemuda yang tingginya sekitar 1,7 meter, dan ciri-cirinya tetap sama. Namun, ada sesuatu yang membuat Soni sedikit penasaran mengenai wajah yang disembunyikan di balik tudung hoodie nya.
"Hmm, ini memang benar 'Dia'." gumamnya sambil mengelus dagu.
Kemudian dia menepuk pundak penjaga dan pergi mengikuti kakaknya yang telah terlebih dahulu meninggalkan ruangan.
Tania berjalan dengan cepat, hingga akhirnya dia telah menemukan Robin yang tak perlu basa-basi langsung ditarik oleh Tania untuk ke ruang keluarga.
"A-apa yang terjadi!?" Robin bingung sekaligus panik.
"Diam kau bajingan!" Tania mendengus kesal tanpa mengalihkan pandangannya.
Ketika mereka sudah tiba di ruang keluarga, Tania langsung menyerahkan Robin kepada penjaga yang kebetulan sedang berada di sana. Mereka tampak sedang bermain catur tepat sebelum benar-benar masuk ke dalam ruangan keluarga.
"Apa yang terjadi, Nona Tania?" Salah satu penjaga menangkap tubuh Robin dan bertanya.
"Dia telah mencuri cincinku, buat dia membuka mulutnya dan mengatakan yang sebenarnya. Kalau bisa, sekalian buat dirinya tak bisa berjalan lagi!" Titah Tania kemudian melipatkan tangannya di dada.
'A-apa? Mencuri cincin?' Batin Robin tampak kebingungan.
Tanpa mempertanyakan alasannya, mereka bertiga langsung melempar tubuh Robin dan menyiksanya sedemikian rupa tanpa mempedulikan teriakan kesakitan yang keluar dari mulutnya Robin.
Robin yang awalnya hendak untuk melakukan protes terpaksa harus mengabaikan itu dan mulai fokus untuk menahan setiap pukulan yang dilakukan oleh ketiga penjaga dengan tubuh besar itu.
Walaupun dirinya bisa melakukan perlawanan, tetapi itu akan sulit untuk dilakukan, mengingat tubuhnya saat ini sangatlah kurus dan tak memiliki tenaga lebih untuk memberikan dampak terhadap tubuh berotot mereka.
Sehingga dengan pasrah dirinya merelakan tubuhnya terus disiksa, bahkan hingga wajahnya sudah tak terbentuk dengan suara yang semakin serak.
Namun beruntung baginya karena rasa sakit itu tidak berlanjut lama dikarenakan kehadiran Anton yang segera menghentikan tindakan mereka yang sepihak.
"Apa yang terjadi!?" Anton sekilas melihat kondisi Robin, tapi langsung melemparkan pandangannya ke arah Tania yang masih ada di sana.
"Dia telah mencuri barang berhargaku, yaitu cincin pertunangan ku! Aku telah melihat buktinya di cctv yang terpasang di lorong dekat ruangan kamar ku!" ungkap Tania berwajah kesal dengan tatapan merendahkan dia tunjukkan kepada Robin.
"Cctv? Mencuri? Robin, apa kau benar-benar melakukannya!?" tanya Anton menatap tajam ke arah Robin.
Namun, Robin hanya menganggukkan kepalanya tanpa bisa menjawab, mengingat saat ini wajahnya sudah terluka sangat parah dengan stamina yang telah terkuras habis. Bahkan untuk membuka mulutmu terasa sangat sulit baginya.
"Lihat, dia mengangguk! Berarti memang benar bahwa bajingan itu telah mencuri cincin pertunangan ku!" Kesal Tania, "Tunggu apa lagi? Siksa dia lebih keras lagi!"
Para penjaga mengangguk ketika mendengar itu dan dengan cepat mereka kembali menyiksa Robin, paling tidak sebelum Anton kembali menghentikan tindakan mereka yang kemungkinan dapat membunuh Robin saat ini juga.
"Saya tidak menyangka bahwa kau berani mencuri di rumah ini! Bahkan jika kematian pun dia tidak akan merasakan karma yang setimpal!" Anton memasang ekspresi marah, "Lebih baik kalian lempar tubuhnya keluar dan biarkan dirinya menjadi gelandangan diluar sana!"
"Tapi, bagaimana dengan cincinku!?" Tania bertanya dengan panik kepada Anton.
Sebelum Anton menjawabnya, para penjaga sudah mengecek ke seluruh saku yang ada di pakaian Robin, namun mereka tidak dapat menemukan apapun selain secarik kertas yang terlihat sudah rusak dengan lipatan.
"Tetapi, kami tidak menemukan apapun di dalam pakaiannya, apa mungkin itu berada di pakaiannya yang lain?" Salah satu penjaga menjelaskan.
Tania mengernyitkan keningnya ketika mendengar itu, "Mungkin itu benar terjadi, mustahil rasanya jika dia menjualnya dalam kurun waktu setengah hari. Jadi, buang saja dia dijalanan seperti yang dikatakan oleh ayahku!"
Tania yang awalnya ingin melihat Robin tersiksa, sekarang berpikir bahwa membiarkannya menderita karena menjadi gelandangan akan terasa lebih baik. Jadi, dengan anggukan kecil dia memberikan kode kepada para penjaga untuk melakukan hal itu.
Kembali, para penjaga segera mematuhinya dan menggusur tubuh Robin untuk dibawa keluar sesaat setelah Sintia dan Soni datang kepada mereka dan mempertanyakan mengenai keributan yang sebelumnya mereka dengar.
Namun, dengan gelengan kepala Anton menanggapi pertanyaan istrinya tersebut, yang tak lama kemudian mereka kembali berjalan untuk melanjutkan makan malam yang sempat tertunda.
Walaupun begitu, Tania meminta para penjaga untuk menggeledah kamar Robin yang sudah tak memiliki penghuninya. Dan mereka dituntut untuk sampai menemukan cincinnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan gudang tersebut.
Sementara itu, para penjaga yang telah melemparkan tubuh Robin ke tengah jalan dan bahkan jauh dari mansion, segera kembali untuk melaporkan bahwa mereka telah melakukannya.
Namun sebelum mereka benar-benar pulang, salah satu penjaga yang masih berada di luar mobil tampak membuka lipatan demi lipatan dari secarik kertas yang ditinggalkan oleh Robin.
"Sedang apa kau?" tanya salah satu temannya dengan heran.
"Aku penasaran dengan isi di dalam kertas ini, tunggu sebentar." sahutnya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ah, kenapa kau melakukan hal yang buang-buang waktu? Palingan itu hanya catatan depresinya—"
Sebelum menyelesaikan kalimatnya, dia dikejutkan dengan temannya yang tiba-tiba membelalakkan matanya dan menepuk pundak temannya berkali-kali.
"Lihat ini!" pinta penjaga tersebut kemudian memberikan secarik kertas itu kepada teman-temannya.
"..." Mereka membacanya dengan seksama dan berakhir memiliki ekspresi yang serupa, "Apa!?"
Tanpa berkata-kata apapun lagi, salah satu penjaga itu langsung pergi keluar mobil dan mencari keberadaan Robin yang sebelumnya masih ada di tengah jalan.
Namun, dia tidak menemukannya, "Sial, dia telah menjebak kita!" umpatnya kembali ke dalam mobil.
Mereka kembali membaca isi pesan yang tertulis di secarik kertas kusut itu dan hal itu kembali membuat amarah mereka meningkat.
Dengan kesal, salah satu dari mereka menatap keluar jendela dengan tatapan tajam, "Awas saja kau bajingan!"
......Kalian sangat bodoh dasar otak udang! Kalian mengusirku? Justru itu yang aku inginkan, Wleee!......
...Dari Robin Dermawan si jenius saudaranya Elon musk, atau mungkin Bill Gates?...
Sementara itu, Robin yang telah dalam bentuk mengenaskan terlihat sedang berjalan terhuyung-huyung sambil sesekali menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa mereka tidak mengikutinya.
"Hwhw, pwastw mwekw sewdwng kwsal!"
(Haha, pasti mereka sedang kesal!)
Walaupun dengan kondisi yang mengkhawatirkan, ternyata Robin masih memiliki mental kuat dan menertawakan nasib mereka sambil membayangkan ekspresi kekesalan mereka setelah membaca isi suratnya.
'Semua berjalan tidak sesuai rencana ku, tapi hasil akhirnya tetap yang kuinginkan. Siapapun itu, terimakasih telah mencuri cincin Tania dan membantuku untuk menyelesaikan misi ini! Semoga Dewa memberikanmu karma...' Batin Robin sambil menatap langit malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Edi Sudrajat
semangat dalam menulis ceritanya thor karna sangat bagus jalan ceri
2023-09-17
2