Keesokan harinya, pagi yang cerah telah kembali datang, entah apa yang terjadi sebelumnya, namun kali ini tampak Robin masih tertidur di kamarnya yang lebih mirip seperti gudang kecil.
Dia tertidur di atas matras tanpa peralatan tidur lainnya. Walaupun begitu, tampak kepuasan terpancar dari wajahnya yang sedikit tak terurus.
Tanpa memikirkan kekhawatiran apapun, dia guling-guling dari matras nya sambil terus menikmati mimpi indahnya yang sebentar lagi akan menghilang.
Ya, disaat Robin tertidur, terdengar suara ketukan disertai teriakan berasal dari balik pintu kamarnya. Dengan keras orang tersebut mengetuk pintu sambil terus berteriak memanggil Robin dengan panggilan yang menyela.
"Dasar sampah! Cepat bangun kau sialan!!" teriak Tania bernada kesal.
Menyadari sahutan tak kunjung datang, Tiana semakin murka, wajahnya terlihat merah padam dengan kepalan tangan yang menguat. Dia telah berada di ambang batasnya.
"Dasar sampah tidak tau diri! Bangun kau!" Kembalinya dengan suara yang semakin meninggi.
Hari ini, karena supir rumah sedang cuti, mereka terpaksa harus menggunakan jasa Robin yang bisa mengendarai mobil. Walaupun mereka bisa melakukannya sendiri, namun entah untuk alasan apa mereka lebih memilih memakai jasa Robin.
Sementara itu, Robin yang merasa terganggu pada akhirnya terbangun. Dengan wajah mengantuk dia berjalan dan membuka pintu sambil menguap dengan puas.
"Ada apa sih? Berisik sekali..." Keluhnya kemudian menguap semakin lebar.
Melihat Robin yang tampak tidak merasa bersalah, semakin menaikkan darah Tania hingga dengan perasaan murka dia menampar keras pipi Robin.
"Kau... beraninya kau menunjukkan sifat sampah mu di hadapanku!? Kau pikir siapa dirimu!" Kesalnya kemudian kembali menampar pipi Robin hingga meninggalkan bekas merah.
Robin yang diperlukan itu hanya bisa melebarkan matanya sambil memegangi pipinya yang terasa panas, "Apa yang kau lakukan, sialan!? Lihat, pipiku sampai meninggalkan bekas seperti ini gara-gara kau!"
Mendengar itu, Tania semakin kesal, "Hah!? Kau benar-benar tidak tahu diri! Sekarang, jangan harap kau bisa lari karena beberapa kesalahan yang telah kau lakukan hari ini!" Ucapnya mengancam kemudian hendak untuk menelpon seseorang namun tindakannya segera dihentikan oleh Robin.
"Heh, sekarang kau ingin melaporkan sesuatu kepada penjaga? Apa kau tidak tahu, kalau aku bisa saja mengungkapkan rahasia yang mungkin dapat membuat status mu di keluarga ini menghilang..." Ucap Robin dengan suara santai, namun terdengar begitu menakutkan.
Dengan Robin yang mengatakan itu, pada akhirnya Tania tidak jadi menelpon seseorang. Sebaliknya, kini dia terlihat sedang menatap Robin dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Apa yang kau maksud? Kau pikir dirimu bisa mengancam ku!? Aku tidak takut dengan anca—"
Sebelum Tania menyelesaikan perkataannya, Robin segera memotongnya dengan seringai di wajah, "Kau yakin...?"
Walaupun hanya pertanyaan sederhana, namun itu berhasil membuat Tania berpikir sejenak dan mengira bahwa Robin sedang bersungguh-sungguh dengan perkataannya.
Melihat Tania yang diam saja, Robin kembali melanjutkan perkataannya, "Aku tahu mengenai hubungan terlarang mu dengan beberapa pria diluar sana, dan jika kabar ini sampai ke telinga tunangan mu... Ah, aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya..."
Mendengarnya, tampak keringat dingin mulai bermunculan di wajah cantiknya Tania, menyebabkan riasannya menjadi luntur. Namun dengan ketenangan yang coba dipertahankan, dia menatap getir sosok Robin dan mulai berkata.
"A-apa yang kau maksud? Hubungan dengan pria lain? Apa kau pikir aku akan melakukan tindakan hina ini!?" Bantah Tania dengan keberanian yang tersisa.
Namun itu tidak berarti apa-apa bagi Robin yang tampak semakin melebarkan senyumannya, dan kemudian dia berkata, "Hmm... ya itu pasti memalukan bagimu, karena pria simpanan mu merupakan orang dari keluarga yang tidak memiliki nama. Ya, ya, ya, itu pasti akan sangat memalukan jika sampai tersebar ke publik."
Semakin mendengarnya, semakin deras keringat yang mengucur dari seluruh tubuhnya. Di dalam benaknya, Tania terus bertanya-tanya mengapa seorang Robin yang diketahui jarang berinteraksi sosial bisa mengetahui rahasia yang bahkan keluarganya sendiri tidak tahu.
"Hehe... Sepertinya aku tidak salah." Goda Robin mendekatkan wajahnya dengan Tania, "Ya... Ini adalah kesalahanmu karena telah datang sendirian untuk mendatangiku. Apa kau pikir aku akan diam saja ketika diperlakukan seperti itu olehmu?" Lanjutnya sambil mengangkat dagu Tania dengan telunjuknya.
Tania tidak bisa berkata apa-apa lagi, dengan cepat dia menepis tangan Robin dan berjalan pergi meninggalkan pria itu sendirian lagi.
Melihat kepergiannya yang semakin menjauh, Robin tersenyum sinis kemudian kembali ke dalam gudang dan menutup pintunya dengan pelan. Dan beberapa saat setelahnya, wajah Robin memucat sambil perlahan duduk di dekat pintu.
"Hah... Hah... Itu berbahaya..." Gumam resah Robin sambil mengelus dadanya, "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi beruntung aku berhasil memukul mundur dirinya untuk sementara waktu..."
Dibalik sikapnya yang tampak tenang, sebelumnya Robin benar-benar dibuat ketakutan setengah mati karena mencoba untuk mengancam seorang putri dari Tuan rumah.
Walaupun apa yang dia katakan merupakan sebuah fakta yang tak terbantahkan, namun dengan statusnya yang sebagai orang rendahan ini dapat membuat posisinya semakin terancam.
"Hah... Beruntung rahasia yang ku ketahui dari masa depan dapat dijadikan tameng untuk saat ini. Bagaimana jika itu tidak berhasil?" Robin membayangkan situasi jika dirinya gagal melakukan hal itu.
"Yah, ini kulakukan demi menyelesaikan misi pertama yang diberikan oleh Sistem. Namun, hanya mengancam satu orang itu tidak akan membuat semuanya berjalan dengan lancar..." Gumam Robin setelah mendapatkan kembali ketenangannya.
"Sepertinya masih banyak hal yang perlu kulakukan saat ini, tentu saja semuanya akan kulakukan dengan cepat... Tunggu aku, kebebasan!" Lanjutnya dengan semangat yang membara.
***
Robin kembali melanjutkan aktivitasnya seperti semula, namun dengan rasa semangat yang menurun, sehingga membuat pekerjaan nya semakin tidak maksimal dan berakhir berantakan.
Hal itu beberapa kali dilihat oleh istri Anton yang bernama Sintia, dia dengan kesal membentak Robin sambil sesekali melakukan serangan fisik kepadanya.
Namun, hal itu tidak membuat Robin putus semangat untuk kembali membuat masalah yang tentunya tidak akan membuat dirinya masuk ke dalam jurang yang lebih dalam.
Walaupun dia memiliki tujuan untuk diusir secara tidak hormat, tetapi semuanya tidak semudah apa yang dibayangkan.
Dengan menanamkan kesan buruk kepada setiap orang yang ada di Mansion, semua orang akan merasa kesal kepadanya dan berakhir dengan pengusiran secara tidak hormat.
Ya, itu memang bisa terjadi, namun bagaimana jika kesan buruk yang dia tanamkan ke setiap orang akan membuatnya berakhir dengan penyiksaan yang menyakitkan? Itu sangat menakutkan bagi Robin.
Sehingga saat ini dengan kekhawatiran tersebut Robin melakukan segala tindakan yang menyebalkan dengan konsekuensi yang tidak terlalu berbahaya.
"... Kalau begini terus, semuanya akan berjalan dengan lambat. Sementara itu durasi misi semakin menipis. Ini berbahaya..." Gumam Robin dengan resah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Edi Sudrajat
up
2023-09-17
1