Zidane sangat emosi ketika mendengar dari mulut sang dosen Kalau Pak Harto sang rektor pukul sebelas siang.
"Apa? biasanya jam sebelas siang?!" saya yang menggaji kalian, tapi kenapa kalian datang seenaknya! sedangkan saya ke kantor, saya dari rumah jam tujuh. Benar-benar tidak bisa dibiarkan, kalian sudah sangat keterlaluan!" Zidane sangat marah, lalu membuang semua apa yang ada di hadapannya
Naira begitu ketakutan. Sampai-sampai ia menghindar dan duduk meringkuk di pojokan sofa. Seumur hidup, Naira baru kali ini ia melihat orang begitu marah dan emosi.
"Hubungi Harto sekarang! Cepat! perintah Zidan tidak mau dibantah.
"Baik Tuan, saya akan segera menghubungi Pak Harto."balas dosen tersebut ketakutan, kemudian dosen tersebut keluar dari ruang rektor. Zidan menghela nafas untuk meredakan emosinya. Lalu melihat ke arah tempat di mana Naira duduk. Akan tetapi Naira tidak ada di sofa tersebut.
"Naira!"Panggil Zidan. Zidan tidak tahu jika Naira duduk meringkuk di pojok sofa, lalu Zidan mendekati sofa, dan melihat Naira duduk meringkuk di pojok sofa sambil menutup telinga, dan memejamkan matanya. Zidan tersenyum tipis, kemudian menghampiri Naira.
"Kamu ngapain di situ?" tanya Zidan.
Naira membuka mata dan melihat Zidane.
"Aku takut! aku takut kalau melihat Mas marah," Zidan tertawa kecil, kemudian membantu Naira berdiri dan keluar dari pojokan sofa.
"Terus kamu ngumpet di situ."
"Hemm."
"Ya udah, ayo aku antar ke ruang administrasi."ucap Zidane. Lalu Mereka kemudian menuju ruang administrasi dan mengurus pendaftaran Naira.
***
Zidan termenung di meja kantornya merenungkan foto Melisa bersama Mario rekan bisnisnya sendiri. Zidan bingung dengan hubungannya sendiri dengan Melisa lanjut atau mengakhiri semuanya.
Zidan sangat mencintai Melisa, akan tetapi akhir-akhir ini Zidan bimbang dengan hatinya. Bimbang karena Melisa sampai sekarang belum mau mendekatkan diri dengan Nyonya Monica.
Zidan pun tahu jika Nyonya Monica kurang menyukai Melisa. Di sisi lain, Naira selalu membuat dirinya nyaman. Nyaman dalam segala hal.
Zidane juga merenungi dirinya sendiri, kenapa Melisa bisa berselingkuh? Kenapa Melisa tega menduakannya? Kenapa Melisa tidak mau berjuang mendekati mamanya dan terkesan selalu menghindar.
Zidan berpikir, Apa kurang pada dirinya? Dia tampan, kaya, terkenal, sebagai pebisnis handal yang sukses, dan apa yang sebenarnya yang dicari oleh Melisa.
Zidan bangkit dari duduknya. Ia berjalan mendekati jendela dan berdiri di sana, melihat pemandangan di sekitarnya gedungnya Dengan pikiran tak menentu. Tiba tiba seseorang masuk ke dalam ruang kerjanya, dan tiba-tiba memeluknya. Siapa lagi kalau bukan Melisa kekasihnya.
"Sayang, aku kangen.".ucap Melisa. Zidane tersenyum, lalu ia menarik rambut Melisa agar berdiri di hadapannya. Zidan melihat raut wajah Melisa, lalu mengusap lembut pipinya..
Sekilas Zidan melihat leher Melisa, ada tanda merah di sana, Zidan hanya tersenyum kecut, lalu membuang pandangannya ke arah jendela dan menarik nafasnya dalam dalam, dan membuangnya perlahan untuk meredam emosinya pada Melisa.
"Melisa kamu tahu, hubungan kita sudah lebih dari dua tahun, tapi dari dirimu belum menunjukkan keseriusan padaku, Sebenarnya kamu mencintaiku atau tidak? tanya Zidane. Zidane ingin memastikan ke perasaan Melisa sekali lagi padanya.
Melisa terdiam dan sekali lagi membenarkan rambutnya untuk menutupi lehernya, Melisa tahu dari tadi dan melihat ke arah lehernya.
"Aku mencintaimu sayang."
"Cinta seperti apa yang kau berikan padaku Melisa?" nada Zidane sudah begitu formal dan membuat Melisa sedikit tidak nyaman. Itu artinya Zidan Tengah menjaga jarak.
Zidane menebak rambut Melisa kembali, selalu mengusap leher Melisa. Kemudian Zidane mengecup leher Melisa. Melisa memberontak, karena Zidan Tidak seperti biasanya. Dan Zidan tersenyum kecut, menerima penolakan Melisa
"Baiklah. Kita akhiri saja hubungan ini jika kamu ingin bersama Mario. Silakan!
"Sayang, Apa maksud kamu? Melisa masih pura-pura tidak mengerti maksud Zidane. Zidan tersenyum lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto-foto Melisa bersama Mario. Bahkan foto Melisa di dalam kamar dan sedang bercinta dengan Mario.
"Melisa, aku sudah mencoba sabar dan berbicara baik-baik denganmu. Jujur saja padaku."Melisa terdiam memandangi foto dirinya dengan malu. Melisa takut untuk melihat wajah Zidan yang sudah merah padam, menahan amarah. Perlahan Melisa meraih jemari Zidane
"Iya, aku memang mempunyai hubungan dengan Mario, dan sudah berjalan satu tahun.
"Berapa kali kamu sudah tidur dengannya?"
"Sayang."
"Jujur!!! nada tinggi Zidan mulai menggema di ruangannya. Zidan sudah tidak bisa lagi membendung amarahnya, Zidan benar-benar kecewa pada Melisa. Selama ini Zidan menjaga kehormatan Melisa. Tapi ternyata Melisa sendiri menyerahkannya pada orang lain.
"Aku sudah tidak ingat lagi Mas."jawab Melisa takut. Zidane tertawa. Ia menertawainya dirinya sendiri, ternyata dirinya selama ini bodoh. Bodoh sudah mempercayai Melisa dan sudah membuang waktunya untuk orang yang sudah jelas-jelas tidak menginginkan dirinya lagi.
"Kenapa kamu melakukan ini padaku Melisa? kamu tahu aku mencintaimu, apa yang kamu minta aku berikan, Kenapa Melisa? Melisa menangis di bawah kaki Zidan
Melisa merasa bersalah sudah menghianati orang yang begitu baik jujur dan mencintainya. Hanya karena rayuan gombal Mario, ia bisa jatuh ke pelukan seorang Mario.
Mario tidak ada apa-apanya dibanding Zidan, jika Zidan memutuskan hubungan kerjasama dengan Mario, pasti perusahaan Mario akan tenggelam. Bahkan bisa saja dibeli oleh Zidan. Mario hanya mengandalkan mulut manisnya untuk menggaet wanita dan ternyata Melisa terbuai dengan bualan Mario.
"Pergi dari hadapanku!"
"Sayang."
"Jangan panggil aku, sayang!!"
"Pergi!!!
"Sayang maafkan aku! Tangis Melisa pecah. Ia tidak akan pergi sebelum Zidane memaafkannya.
Pergi Melisa!! Zidan benar-benar tidak mau lagi melihat Melisa. Kesalahan Melisa begitu fatal. Jika memang ia tidak ingin bersama dengan Zidan, seharusnya ia bisa bicara baik-baik. Mungkin Zidan tidak akan sesakit ini.
Melisa berjalan keluar dari ruang Zidan sambil menangis, para staf hanya heran. Mereka bingung melihat Melisa menangis, setelah keluar dari ruangan bosnya. Mereka hanya tahu hubungan Melisa dan Zidan baik-baik saja. Bahkan mereka melihat Melisa dan Zidan adalah pasangan serasi.
Zidane membuang semua yang ada di meja kerjanya. Lalu ia meraih jas dan keluar dari ruangannya dengan keadaan marah. Dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Satu hari ini Zidan benar-benar dibuat marah padam dengan semua yang sudah terjadi. Bahkan Zidan tidak pernah membayangkan Hari ini adalah hari di mana Ia memutuskan hubungannya dengan melisa.
Setelah melakukan perjalanan kurang lebih lima belas menit dengan mengendarai mobil miliknya dengan kecepatan tinggi, akhirnya Zidane tiba di rumah.
Sesampainya di rumah, Zidan masuk ke dalam rumah dalam keadaan emosi. Zidan melihat Naira sedang membaca buku di ruang makan pun langsung ia tarik.
"Mas, Tunggu mas kenapa?"tanya Naira namun sama sekali tidak ada jawaban dari pria yang sudah tersulut emosi itu.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
umi azizah
lanjut kakkk..semangat hehe
2023-09-13
0
Apriyanti
lanjut thor
2023-09-12
0
sundusiyah86
waaah jangan" Zidane ngajak Naira k kamar Thor wkwkwkw lanjut
2023-09-12
0