BAB 3. SUDAH KAYAK SUAMI ISTRI

"Ya, sudah Ma. Zidane mau sarapan."

"Hmmm,"jawab nyonya Monica singkat.

"Naira!"Panggil Nyonya Monica pada pembantu barunya. Naira yang sedang sarapan pun terkejut, lalu meminum air putih dan langsung menghampiri Nyonya Monica.

"Iya, nyonya. Nyonya memanggil saya?"Naira sedikit menunduk dan tidak berani menatap nyonya besar dan Tuan mudanya.

"Hem, kamu siapkan sarapan untuk Zidan,"

"Baik nyonya,"Naira kemudian menuju ruang makan, sedangkan Zidan mengikutinya dari belakang. Zidane duduk di kursi, sementara Naira menyiapkan dan melayani Zidane.

Naira sedikit gugup, namun ia masih bisa menguasai dirinya. Mencoba menyesuaikan keadaan, walaupun dirinya belum pernah bertemu dengan Zidan.

"Silakan Tuan."ucap Naira mempersilakan Zidan menikmati sarapan pagi yang sudah ia hidangkan. sekilas Naira yang menunduk dan tersenyum tipis.

"Terima kasih. Oh iya, buatkan aku jeruk hangat ya, jangan terlalu manis."pinta Zidan, Naira sekilas melihat Zidan selalu sedikit menunduk.

"Baik Tuan,"sahut maira sambil bergegas membuatkan jus jeruk hangat di dapur, dengan bantuan Zubaidah. Bi Zubaidah hanya memberitahu letak peralatan membuat jus jeruk, serta gula khusus untuk Zidan.

"Silakan tuan. Permisi,"ucap Naira sambil memberikan segelas jus jeruk hangat untuk Zidan dan tak lupa Naira mengembangkan senyumnya.

"Hemm,"

Naira kemudian menuju dapur. Dia kembali melanjutkan sarapannya. Naira duduk di bawah sambil menemani Zubaidah merapikan sayur ke dalam kulkas. Bi Zubaidah juga memberitahu tugas-tugas selanjutnya untuk Naira. Karena Ibu Zubaidah tidak ingin, kejadian yang sama seperti dia alami oleh Nia.

"Naira, di sini tugasmu hanya melayani tuan muda Zidan. Dari mulai sarapannya, baju-bajunya dan membersihkan tempat tidurnya. itu semua menjadi urusanmu nanti, ibu kasih tahu apa saja yang harus kamu bersihkan nanti."Ibu Zubaidah memberitahu.

"Sudah kayak istri aja ma."canda Naira diiringi tawa.

"Hus, Jangan mimpi!"bu Zubaidah juga tertawa kecil melihat keponakannya yang sudah ia anggap sebagai putri-putri kandungnya sendiri. Begitu juga dengan Naira, dia sudah menganggap Ibu Jubaidah seperti ibu kandungnya sendiri. Bahkan dia pun memanggil Ibu Zubaidah dengan panggilan mama.

"Semoga saja Nak, tuan muda Zidan jodohmu. Agar Zidan bisa membantu untuk mengambil hakmu dari pamanmu itu."Ibu Zubaidah membatin.

"Iya, Ma maaf."balas Naira sambil menyunggingkan senyum manis. lalu Naira melanjutkan sarapannya lagi.

Zidane sudah selesai sarapan. Kini dirinya tinggal menikmati jus hangat buatan Naira. dia melihat sisa makanan di meja, makanan yang baru saja ia nikmati. masakan yang terhidang di atas meja sangat cocok di lidah Zidane. Rasanya berbeda dari sebelumnya, Jika dia yang memasak ada saja rasa aneh yang menjalar di lidahnya. Kemudian menuju wastafel untuk mencuci tangannya.

Zidan mendengar suara Zubaidah dan gadis yang baru saja melayaninya makan. Dia penasaran dengan suara lembut, namun penuh canda. lalu Zidan mengintip. Zidane melihat Naira yang sedang duduk bersila sambil sarapan di depan Zubaidah.

"Ma, kalau Naira nanti uangnya sudah ngumpul, Naira mau melanjut kuliah lagi ya Ma. "Ibu Zubaidah tersenyum. lalu melihat Naira, Ibu Zubaidah sangat menyayangi Daerah seperti anak kandungnya.

Sebenarnya Naira adalah anak majikan dari ibu Zubaidah terdahulu. Namun semua keluarganya meninggal karena sebuah insiden kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Naira.

Semua aset peninggalan orang tua Naira diambil paksa oleh pamannya Naira dan Naira sendiri diusir bersama ibu Zubaidah. saat itu usia Naira masih menginjak 9 tahun. Nayla dibesarkan oleh ibu Zubaidah bersama suaminya. Karena Ibu sungai Zubaidah juga tidak mempunyai anak. Dan Naira dianggap sebagai anaknya sendiri

Walaupun terkadang orang-orang mempertanyakan siapa sosok Naira. Tapi Ibu juga udah tidak peduli sama sekali, apalagi paras nayra berbeda dengan ibu Zubaidah. Naira memiliki peras campuran indo dan Eropa dia lebih dominan wajah Eropa.

Menjelang Naira masuk sekolah. Ibu Zubaidah bekerja di rumah Zidan menjadi pembantu rumah tangga. Karena Naira membutuhkan biaya untuk sekolah.

Sedangkan daerah di kampung bersama suami Ibu Zubaidah. Sekali satu minggu Ibu Zubaidah pulang untuk menjenguk Naira dan suaminya. Di saat usia Naira sudah menginjak 22 tahun, suami Ibu Zubaidah meninggal. dan Naira tinggal sendiri di kampung sambil menyelesaikan pendidikannya.

"Terserah kamu Nak. Ibu cuman bisa mendoakan yang terbaik untuk kehidupanmu, maafkan Ibu tidak bisa memberikanmu yang terbaik."

"Mama sudah memberikan yang terbaik untuk Naira, Mama sudah Naira anggap ibu sendiri. mungkin kalau tidak ada Mama Naira tidak tahu nasib Naira akan seperti?"Naira lalu memeluk Ibu Zubaidah. Zidane begitu tersentuh melihat dan mendengar cerita mereka. Zidan hanya tersenyum kemudian membalikkan badannya.

"Astagfirullah! Mama!"teriak Zidan saat dirinya membalikkan badannya. Ternyata Nyonya Monica melihatnya sedang mengintip Ibu Zubaidah dan Naira. Naira dan ibu Zubaidah bergegas menghampiri mereka.

"Kamu ngapain ngintip ibu Zubaidah sama Naira, Ayo ngapain?"Zidan menjadi salah tingkah, lalu menyunggingkan Senyum Dan menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

"Nggak apa-apa mah, Zidane hanya mencuci tangan saja."Zidan terpaksa berbohong, kemudian sekilas melihat Naira yang tertawa kecil bersama ibu Zubaidah sambil menunduk.

"Dasar Zidan!"Nyonya Monica akhirnya juga tertawa dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah putranya yang tampak aneh.

"Naira, kamu sudah diberitahu oleh Bibi tugasmu kan?"tanya Nyonya Monica.

"Sudah nyonya."

"Ya sudah, nanti kalau Zidane sudah selesai mandi, kamu bersihkan kamarnya, kamu ambil baju-baju kotornya. Terus bajunya yang sudah dicuci, kamu setrika.

"Baik nyonya."

"satu lagi, sprei tempat tidur Zidan nanti ganti ya. sepreinya minta nanti kepada bik Zubaidah."titah Nyonya Monica.

"Iya Nyonya,"jawab Naira patuh. Nyonya Monica tersenyum lalu mengusap ujung rambut Naira.

"Gadis pintar."Nyonya Monica kemudian pergi meninggalkan ruang makan dan duduk kembali di sofa.

Zidan tersenyum sendiri saat berada di kamarnya. Zidane membayangkan Senyum Dan tawa Naira.

"Waduh, kenapa aku malah mikirin dia?"tanya Zidan dalam hati dan tersenyum setelah ia mandi.

Naira gadis cantik dan lemah lembut, mempunyai senyuman yang manis. kulitnya yang putih bersih dari lahir adalah nilai plus untuk dirinya. penampilan sederhana dan cenderung sedikit tomboy. dia mengenakan pakaian Gadis itu juga jarang sekali berdandan.

Tetapi walaupun Naira jarang sekali berdandan, dia masih terlihat sangat menarik di mata para pria. Tidak terkecuali Zidane.

Saat ini Naira, ingin melakukan tugasnya yang sudah diberitahu oleh ibu Zubaidah dan nyonya Monica sebelumnya. Tak ingin dia dicap sebagai pemalas, apalagi Naira sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. dia ingin sekali melanjutkan pendidikannya. berharap kelak Ia berhasil.

Sementara Nyonya Monica masih setia menonton televisi di ruang keluarga. Nampaknya Nyonya mau nikah cocok dengan pembantu baru yang satu ini. dia menyukai masakan yang diolah oleh Naira.

bersambung...

Terpopuler

Comments

koen

koen

mengganggu banget tulisan Monica ditulis mau nikah
huhuuy

2025-01-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!