BAB 9. MULAI NYAMAN DAN KAGUM

Zidan memperhatikan detail wajah polos Naira, wajah yang tiga bulan terakhir ini sering ia lihat, Saat bangun tidur dan hendak tidur. Zidane kagum dengan sosok pembantunya yang cerdas dan enak diajak bicara. Walau usianya masih muda Naira mampu mengimbangi pola pikir Zidan yang cenderung serius, Naira juga pintar membaca situasi dan mencairkan suasana hati Zidan, dan bisa membuat Zidan terkadang tertawa lepas.

Entah mengapa Zidane semakin merasa nyaman dengan Naira. Saat ini, perasaannya terhadap Melisa pun berangsur-angsur hambar. Pikirannya dihantui oleh bayang-bayang Naira."aku kenapa sih, kenapa aku malah mikirin Naira? gumam Zidane di dalam hati.

"Naira bangun!"Zidane membangunkan Naira, Naira mengerjapkan matanya dan melihat jidan.

"Tuan, Maaf saya kesiangan?

"Memang sudah siang. Sudah, buatkan aku kopi dan sarapan, terus siap-siap aku mau ngajak kamu ke panti asuhan."Naira bergegas turun dan mencuci wajahnya di kamar mandi bawah.

Secepat kilat, Ia membuat kopi dan sarapan untuk Zidane, kali ini Naira membuatkan roti saja untuk sarapan Zidane. Naira juga tak lupa membuatkan untuk Nyonya Monica, walaupun Nyonya Monica sudah sarapan masakan ibu Zubaidah, Naira memberikannya sebagai cemilan.

"Nyonya ini untuk nyonya."Naira memberikan rotinya pada Nyonya Monica beserta jus jeruk hangat yang sudah siapkan lebih dulu.

"Terima kasih, ya."balas Nyonya Monica dan keduanya tersenyum. Kemudian Naira membawa sarapan Zidane ke kamar.

Tok ...tok...

Naira mengetuk pintu kamar Zidane.

"Masuk!" balas Zidan. Naira masuk seperti biasa, biasa melihat Zidane bertelanjang dada dan hanya menggunakan handuk di lilitkan pinggangnya. Zidan menunggu Naira menyiapkan bajunya. Naira meletakkan nampan di meja , kemudian mengambil baju untuk Zidan.

"Tuan hari ini memakai apa dan warna apa?"tanya Naira saat membuka lemari

"Kaos saja warnanya hitam dan celana pendek seperti biasa."jawabnya santai seraya menghampiri Naira. Naira membalikkan badannya sekaligus mengambil pakaian dalam Zidan.

"Ini tuan."Zidane menerimanya

"Terima kasih."Naira mengangguk dan tersenyum. Kemudian bergegas merapikan kamar Zidan dan mengambil baju-baju kotor Zidan.

"Naira, setelah ini kamu mandi nanti aku tunggu di bawah,"titah Zidan Setelah dari kamar mandi lalu ia duduk di sofa dan menikmati sarapannya.

"Baik Tuan."Naira mempercepat pekerjaannya kemudian bergegas ke bawah meletakkan baju kotor dan ke tempatnya, lalu ia sarapan sebentar kemudian ia naik kembali untuk mandi di kamarnya sendiri.

Setelah memastikan penampilan Naira sudah terlihat rapi Dia pun akhirnya turun ke bawah dan menemui Zidan yang sudah menunggunya.

Hari ini mereka berniat untuk mengunjungi panti. Naira masuk ke dalam mobil bersama dengan Zidan. Setelah memastikan mereka duduk dengan nyaman, Zidan melajukan mobilnya.

Sepanjang perjalanan menuju panti asuhan Naira tertidur di jok belakang. Nyonya Monica tersenyum melihat posisi tidur Naira di jok belakang. Bagaimanapun posisinya tetap saja terlihat cantik.

"Kalian tadi malam tidur jam berapa?"tanya Nyonya Monica.

"Jam dua ma."

"Jangan sering-sering ngajak Naira bergadang Zidan. Kasihan pagi-pagi dia harus bikin sarapan untuk mu

"Enggak mah, itu juga pas hari libur.

"Memangnya dia punya hari libur buat ngurusin kamu?"

Zidan tersenyum dan sekilas melihat Naira. Zidan mengingat selama Naira bekerja, Naira belum mengambil hari libur sama sekali, justru sibuk mengurusinya terus-menerus. dan Naira juga setia mendengar keluh kisah Zidan saat pulang bekerja.

"Iya ma, Mungkin lain kali, Kita juga harus liburan bersama sama para pekerja di rumah, mereka juga butuh liburan kan."Nyonya Monica mengangguk setuju.

***

Mereka sudah sampai di panti, Dan disambut anak-anak panti. Tidak lupa Zidan dan Naira beserta beberapa pengurus panti mengirimkan beberapa barang kebutuhan anak-anak panti dari mobil. Setelah mereka masuk untuk melihat anak-anak panti.

Di panti Naira sedang bermain bersama anak-anak balita. Naira menceritakan sebuah cerita untuk anak-anak sambil memangku bayi berusia sekitar delapan bulan. Zidan dan mamanya yang melihat Naira begitu dekat dengan anak anak, tersenyum. Meraka merasa melihat ada sisi lain di dalam diri Naira. Nyonya Monica kagum dengan pembantu anaknya, yang ternyata bukan sembarangan pembantu.

Wanita itu mampu melakukan apa saja. Bukan hanya paras wajah cantik dan memiliki tubuh yang ideal, Tetapi dia juga jago masak, dan juga pintar membaca situasi. Dia juga menyukai anak-anak.

****

"Kamu selesaikan, Saya tidak tahu."jelas Zidan di sambungan ponselnya. Ia begitu kesal dengan manajer pelaksana proyeknya yang beberapa hari ini pekerjaannya tidak memuaskan.

Zidan membuang ponselnya sembarangan di tempat tidur, lalu ia menuju cermin untuk mengikat dasinya. Namun karena emosi ia tidak bisa membuat simpul dasinya. Naira yang melihat sambil mengambil baju kotor pun tidak berani menegurnya, karena Naira juga takut jika Zidane sedang marah dan kesal.

Akhirnya Zidan duduk di tepi tempat tidur. menarik nafas perlahan untuk meredam emosinya. Lalu ia menoleh Naira yang hendak keluar kamar.

"Naira!" Zidan memanggil Naira

"Iya, Tuan."

"Kemari,"Naira meletakkan keranjang bajunya di bawah lalu menghampiri Zidan.

"Tolong pasangkan dasiku!"perintah Zidan. Naira perlahan maju dan mengambil ujung dan membuat simpul dasinya. Zidan memperhatikan wajah Naira dan tersenyum.

"Sudah tuan,"Naira melihat Zidan sembari merapikan kerah kemeja Zidan. Zidane menarik lembut pergelangan Naira, dan menyuruhnya duduk di sampingnya.

"Naira, kamu tahu berapa hari ini aku selalu pulang malam. Ada proyek baru yang harus aku tangani, menurutmu agar aku bisa sedikit santai caranya bagaimana? akhir-akhir ini Aku merasa semua pekerjaan harus aku yang menangani."tutur Zidane pada Naira.

Zidan begitu nyaman bercerita tentang pekerjaannya pada Naira. Karena terkadang Naira bisa memberikan solusi. Naira tersenyum dan melihat Zidane.

"Caranya, kepercayaan. Tuan harus memberi orang-orang yang terlibat di proyek ini kepercayaan. Jika Tuan menanganinya sendiri untuk apa gunanya karyawan, percayalah Tuan, karyawan adat tidak akan bertindak ceroboh dan merugikan tempat mereka mencari nafkah untuk keluarganya."jelas Naira. Memang selama ini jidan kurang mempercayai seratus persen kinerja karyawannya, akhirnya ia sendiri yang kewalahan.

"Percaya?

"Hemm, tapi waspada harus."jawab Naira lalu tersenyum. Zidane kini puas dengan jawaban Naira. Zidane semakin kagum dengan pola pikir Naira, rasanya ia ingin memeluk wanita yang ada di depannya itu dengan erat.

"Baiklah tuan. Saya permisi, saya akan menyiapkan sarapan untuk Tuan." Zidan mengangguk. Kemudian Naira keluar dari kamar Zidane. Tak lupa membawa keranjangnya.

Di meja makan, Zidan melihat Naira melayaninya, kemudian melayani Mamanya Zidan, karena Ibu Zubaidah sedang pulang kampung untuk melihat sawahnya di kampung.

"Naira, nanti siang buatkan saya bubur kacang ijo."Pinta mamanya Zidan.

"Baik nyonya."jawab Naira patuh.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!