Kini kondisi kesehatan Nyonya Monica sudah semakin membaik. Nyonya Monica bergabung di ruang makan, Nyonya Monica makan bersama-sama dengan Matteo, Annisa dan juga Zidan. Naira melayani mereka dengan baik. Naira pun menyuapi Laura, karena Laura mau makan jika Naira yang menyuapi. Laura sangat senang jika Naira menyuapinya. Karena Naira bisa bercerita tentang dongeng dan cerita rakyat yang disukai oleh Laura.
"Ayo Sayang, ini suapan terakhir."ucap Naira sambil menyuguhkan suara terakhir kepada Laura. Nyonya Monica melihat Naira yang belum makan pun menyuruhnya makan.
"Naira, kamu makan dulu sana! kamu belum makan, kan?
"Belum nyonya, sebentar lagi."jawabnya dengan lembut. Lalu memberikan Laura minum. Matteo dan Nisa saling pandang melihat Zidane mencuri pandang ke arah Naira. Anisa dan Matteo tahu jika Zidane merasa bersalah pada Naira yang bernada tinggi. Akan tetapi begitulah Zidan, egonya sangat tinggi dan tidak mau minta maaf lebih dulu. Walaupun dia sudah bersalah.
Mereka semua sudah selesai makan. Mereka berlalu meninggalkan ruang makan dan duduk di ruang tengah. Sementara itu Naira membereskan semua piring bekas sang majikan. Naira membawanya ke dapur untuk dicuci.
Setelah makan di tempat biasa, yaitu di teras dapur yang terhubung dengan ruang cuci pakaian, Naira makan sambil menangis mengingat almarhum kedua orang tuanya. Mengingat kasih sayang yang diberikan kedua orang tuanya yang tidak pernah marah dan membentaknya. Tapi kasih sayang itu kini sirna, nyawa kedua orang tuanya melayang akibat kecelakaan yang mereka alami. Dia juga mengingat bagaimana pamannya mengusir dirinya dan ibu Zubaidah kala itu.
"Mama, Papa, Naira rindu, Naira rindu mah."ucapnya lirih, sungguh sakit saat mengingat kematian ayah dan ibunya. Terlebih dia diusir dari rumahnya sendiri.
"Tapi Naira tidak apa-apa Ma, ada mama Zubaidah, Mama Zubaidah sudah membesarkan Naira tanpa pamrih, tanpa digaji sebesar pun, tapi Naira banyak belajar dari Mama Zubaidah dan kehidupan yang Naira jalani Ma. Mama, Papa, tenang di sana ya, Naira tidak apa-apa. Suatu saat nanti, Naira pasti bisa membuat Mama dan Papa bangga, yang mungkin saat ini Naira harus jadi pembantu dulu."ucap Naira sambil melihat foto almarhum kedua orang tuanya. Setelah ia lega mencurahkan kerinduannya pada foto orang tuanya, Ia pun segera menyelesaikan makannya.
Sementara itu Zidan dan sepupunya sedang membahas pekerjaan di ruang tengah. Laura tidur bersama Nyonya Monica di kamarnya, Naira yang hendak naik ke atas ingin ke kamarnya pun menurunkan niatnya. Setelah melihat Zidane dan sepupunya sedang membicarakan pekerjaan. Naira memilih ke kamar Ibu Zubaidah dan istirahat di sana.
Hari mulai larut malam. Matteo dan Nisa memutuskan untuk pulang ke rumah dan melanjutkan pembicaraan mereka esok hari. Zidan pun memutuskan untuk ke kamarnya. Sebelum ke kamar, Zidane berhenti di depan kamar Naira. Lalu mengetuk pintu. Beberapa kali Zidan mengetuk pintu kamar Naira, tapi tidak ada respon sama sekali.
Merasa tidak ada jawaban, Zidan membuka pintunya dan tidak mendapati Naira di dalam kamar.
"Naira! Zidane masuk dan mencari keberadaan Naira, Zidane mencarinya ke kamar mandi, namun Naira tidak ada di sana.
"Ke mana gadis itu?"Zidan memutuskan mencari di dapur, namun di dapur pun tidak ada. Akhirnya dia mencari ke kamar Ibu sebaik Zubaidah. Benar saja, Naira sedang membaca buku di sana, sambil mendengarkan musik lewat earphone-nya. Naira tidak tahu kedatangan Zidan dan tetap asyik dengan bukunya. Hingga akhirnya Zidan membuka earphone Naira. Naira melihat Zidane dengan ekspresi datar, lalu menutup bukunya.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?"tanya Naira melihat Zidan biasa.
"kembali ke kamarmu!"titah Zidan tidak mau dibantah
"Tapi saya mau tidur di sini Tuan, dan di kamar mama.".
"Kembali ke kamar.kamu!"Titah Zidan dengan sorot mata yang tajam. Zidane adalah tipe yang tidak suka dibantah, Apalagi diperintah. Alih Alih meminta maaf, justru Zidan sudah menyakiti hati Naira lagi. Naira pun berjalan melewati majikan tanpa melihat wajah Zidane. Kemudian Zidane mengikuti Naira dari belakang dan menaiki tangga.
Naira sampai di kamarnya, lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sementara itu Zidane juga menuju kamarnya untuk tidur. mereka berdua tidak dapat tidur, Naira masih tidak terima Zidan membentaknya, mempunyai hak melakukan apapun pada pembantunya. Akan tetapi Naira tidak terima karena Naira merasa tidak mempunyai kesalahan apapun.
Zidane juga bingung dengan hati dan perasaannya sendiri. Ia sangat merasa bersalah. Akan tetapi hal yang sebenarnya ia lakukan itu wajar-wajar saja, jika majikan memarahi pembantunya itu hanya lumrah. bersalah atau tidak sang bawahan majikan sah-sah saja marah. Akan tetapi pada Naira ia benar-benar merasa bersalah sudah membuat wanita itu menangis sampai-sampai ia sendiri tidak bisa tidur.
Zidane kemudian memutuskan untuk masuk ke kamar Naira. Zidan diam-diam masuk ke kamar Naira, dan melihat Naira berbaring miring membelakanginya. Zidan tiba-tiba berbaring di sisi Naiea dan memeluknya dari belakang, Naira yang sadar hanya bisa diam dan pura-pura tidur. Ia tidak mau terkena marah lagi dengan sang majikan. Zidan memeluk sambil menuju pucuk rambut merah dan berbisik.
"Maafkan Aku."Naira hanya mengerutkan dahinya, akhirnya sang majikan pertama kali mengucapkan kata maaf lebih dulu. Naira hanya tersenyum tipis melihat perubahan kecil jidan. Hati dan perasaan Naira saat ini juga sama dengan jidan sama-sama bingung.
Mereka sama-sama bingung dengan perasaan mereka masing-masing, antara suka jatuh cinta atau sejenisnya. Zidan bingung karena ia mempunyai kekasih. Di sisi lain Naira juga bingung karena Zidan adalah majikannya.
Tidak mungkin Zidan jatuh hati kepadanya. walah kenyataannya sikap Zidan saat ini menunjukkan sikap orang yang sedang jatuh cinta, entahlah Naira benar-benar bingung saat ini.
Sudah hampir setengah tahun lamanya mereka bersama. Tidak mungkin keduanya tidak memiliki rasa. Terlebih Naira selalu ada saat Zidane membutuhkan sesuatu, melayaninya setiap hari. Walaupun sebenarnya itu wajar saja,hal yang dilakukan Naira pada Zidane, karena Naira adalah pembantunya. pekerjaan pembantu yang memang melayani kebutuhan Zidan sehari-hari, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.
Akan tetapi mereka berdua adalah manusia biasa, mempunyai rasa Kasih, dan cinta. Bohong jika mereka tidak saling jatuh hati satu sama lain.
Terlebih Naira juga mempunyai paras yang cantik yang didukung dengan fisik yang menggoda, walau pakaiannya selalu sopan. akan tetapi yang lebih menggoda adalah pola pikirnya dan Zidan tertarik akan hal itu.
Begitu juga sebaliknya, Zidane adalah pria matang dan tampan. Siapa saja pasti jatuh hati padanya, tidak terkecuali Naira. Namun, Naira masih tahu batasannya, dia sadar kalau dirinya hanyalah seorang pembantu di rumah utama keluarga Zidane.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
sumini ndita
lanjut kak,...
2023-09-12
0