BAB 14. JANGAN PANGGIL SAYA TUAN

Naira kemudian membersihkan tempat tidur Zidan dan Zidane sendiri sarapan. Naira melihat jalan penuh arti pada maksud Zidane dua hari ini sudah dua kali memeluknya. Akan tetapi yang ia pikirkan hanya bersikap biasa atau memang bisa menutupi semuanya.

Zidan melirik Naira yang berjalan keluar sambil membawa baju kotor. Namun, saat ingin membuka pintu uji dan mencegahnya.

"Naira tunggu."

"Iya Tuan,"

"Kemarin sebentar!"Naira menutup pintunya kembali kemudian menghampiri Zidan.

"iya Tuan."

"Aku bisa minta tolong?"Naira mengangguk

"Jangan panggil aku, Tuan lagi."

"Hah, jadi aku harus panggil apa

"Nama saja."

"Tapi?

"Ssttt,...Jangan membantah, panggil nama dan kurangi bahasa formal kamu padaku. Aku jadi ikut-ikutan kayak di kantor. Padahal ini kan di rumah. Naira bingung, mana mungkin Naira melakukan itu, sedangkan Zidan memang benar-benar tuannya dan usia Zidan di atas Naira. Apa pantas Naira hanya memanggil Zidan dengan sebutan nama?"

"Mas, saja bagaimana, Tuan?Zidan berpikir sejenak, lalu tersenyum

"Tidak buruk, Oke." keduanya tersenyum

Entah apa yang ada di pikiran Zidane, tiba-tiba menginginkan Naira mengubah panggilannya. Apa Zidan mempunyai rencana terkait foto Melisa dengan Mario?

***

Naira sudah siap untuk berangkat ke kampus, Zidan juga sudah siap berangkat ke kantor. Mereka tidak sengaja keluar dari kamar mereka masing-masing secara bersamaan. Mereka saling tersenyum. Zidan melihat Naira dari atas sampai bawah. Zidan melihat baju Naira sedikit pudar, lalu Zidan mendekati Naira.

"Kamu mau ke kampus pakai kemeja kayak gini?"tanya Zidan sambil memperhatikan penampilan Naira.

"Terus pakai apa? tanya Naira bingung

"Ayo masuk."Zidan mendorong Naira menuju kamarnya lagi, kemudian mendudukkan Naira di tepi tempat tidur.

"Tunggu di sini" Zidan membuka salah satu lemari dari kamar Naira. Lemari yang tidak Naira buka, karena Ibu Zubaidah melarangnya. Zidan mengambil salah satu kemeja dan celana milik almarhum adiknya.

Ya, kamar yang ditempatin Naira adalah kamar almarhum adiknya Zidane yang usianya jika masih hidup sekitar 25 tahun. adik Zidan meninggal Saat usianya 20 tahun, adik Zidan meninggal karena sakit gagal ginjal.

Zidan memberikan setelan kemeja pada Naira. "Mengapa ada baju wanita di lemari yang tidak pernah Naira buka? dan mengapa baju itu Zidan berikan padanya?" tanya Naira dalam hati

"Baju siapa ini mas?"Zidan tersenyum saat Naira memanggil dirinya dengan panggilan Mas, dan bicaranya juga sudah tidak formal padanya.

"Baju almarhum adikku. Sudah ganti sana, jangan banyak tanya." titah Zidan Naira bergegas ke kamar mandi dan mengganti bajunya.

Zidan duduk di tepi tempat tidur Naira. Menunggu Naira keluar dari kamar mandi. Tak lama, mereka keluar dari kamar mandi. Zidan tersenyum melihat Naira menggunakan setelan kemeja milik adiknya. Ternyata baju Almarhum adiknya cocok untuk Naira. Naira berjalan lalu menghampiri Zidan.

"Mas bagaimana?.

"Oke, Ayo Naira." Jidan menarik tangan Naira dan tersenyum, kemudian mereka turun dari lantai atas.

"Ma, aku berangkat, ya. " pamit Zidan pada sang mama

"Hemmm..eh!"Nyonya Monica heran melihat Naira memakai baju almarhum anaknya. Namun, dengan cepat Zidan mengedipkan matanya, pertanda minta izin memberikan baju adiknya pada Naira. Nyonya monica mengerti.

"Nyonya, saya juga pamit." ucap Naira sedikit menunduk. Nyonya Monica tersenyum dan mengangguk. Kemudian Naira dan Zidane keluar dari rumah.

Zidane menuju mobilnya, sedangkan Naira menuju pintu gerbang untuk menunggu angkot lewat. Naira tidak mungkin menumpang di mobil Zidan, karena arahnya berbeda. Saat tengah menunggu angkot, tiba-tiba mobil Zidan berhenti di depannya dan membuka kaca mobilnya.

"Naik, Ayo aku antar." perintah Zidan sambil membukakan pintu untuk Naira dari dalam.

"Tapi Mas, arah Kita kan berbeda."

"Sudah, nggak apa apa, masuk!" Naira terpaksa masuk dan duduk di samping Zidane.

"Mas, Memangnya nanti Mas nggak terlambat ke kantor?"tanya Naira. Zidane hanya tersenyum dan terus melajukan mobilnya.

"Ini juga mau ngantor. Aku juga mau ke kampus."

"Hah? Memangnya Mas masih kuliah juga? Zidan tertawa kecil melihat ekspresi bingung Naira. Naira mengira dia masih kuliah.

"Enggak! aku ke kampus cuman mau memantau perkembangan kampus saja.

"Oh Mas mau reuni. Maksudku mau mengenang masa-masa kuliah."Zidan hanya tersenyum ke arah Naira

Naira benar-benar tidak mengetahui jika Zidan adalah pemilik kampus tempat ia kuliah nanti. Zidan datang ke kampus hanya ingin meninjau, karena sudah hampir enam bulan jadian tidak meninjau kampus miliknya. dan kemarin saat Zidane menerima surat pemberitahuan, bahwa Naira diterima di kampus miliknya, Zidan memutuskan untuk meninjaunya.

Sesampainya di kampus, Zidan dan Naira turun dari mobil, Zidan berjalan lebih dulu. sedangkan Naira masih terkesima dengan bangunan kampusnya yang begitu besar. Nampak tulisan di baliho dan papan di depan kampus yang berderet menampilkan fakultas apa saja.

"Naira kamu nggak usah bingung nanti aku antar...?"Zidan menoleh ke belakang. Ternyata Naira masih berdiri di posisinya Zidan mengira Naira berjalan di belakangnya.

"Astaga!" pekik Zidan, lalu berjalan menyusul Naira. Zidan meraih tangan Naira dan mengajaknya berjalan masuk ke dalam kampus. Dia dan menggenggam erat jemari Naira dan membawanya ke ruang rektor, karena Zidan ingin menemui rektor kampus miliknya.

Naira bingung karena sebenarnya Naira harus ke ruang administrasi, sementara itu Zidan menjadi pusat perhatian. Karena sebagian besar tahu jika Zidan adalah pemilik kampus tempat mereka kuliah. Terlebih Zidane menggandeng gadis cantik Naira. Tak lain dan tak bukan pembantu cantiknya.

"Mas, Kenapa jalan terus? aku kan harus ke bagian administrasi."ucap Naira bingung. Zidan sedikit menatap Naira. Zidane berhenti sejenak, dan melihat Naira lalu menghela nafas panjang.

"Kamu ikut aku dulu, nanti aku antar kamu kelak bagian administrasi."Kemudian Zidan menarik tangan Naira dan Naira hanya pasrah mengikuti langkah Zidan. Saat berjalan mereka menjadi pusat perhatian dan membuat Naira sangat malu, akan tetapi Zidan tidak peduli dengan mereka yang melihatnya berjalan bersama Naira.

Mereka berdua sudah sampai ke ruang rektor. Tetapi rektor itu sendiri belum tiba di ruangannya, Naira dan Zidan duduk bersama di sofa sambil menunggu rektor itu datang. Zidan sebenarnya geram dengan semua laporan yang datang padanya, tentang rektor dan para dosen, serta para staf kampus yang datang tidak tepat waktu.

Zidan sengaja membiarkannya lebih dulu. Akan tetapi ternyata tidak ada perubahan.

Tak lama, salah satu dosen masuk ke ruang rektor. Betapa terkejutnya dosen tersebut melihat Zidan duduk santai bersama seorang gadis. Zidan melihat dosen tersebut dengan sorot mata tajam. Dia berdiri, kemudian menghampiri dosen tersebut.

"Bagus, bukankah seharusnya kalian datang lebih awal dariku?"ucap Zidan pelan.

"Maaf Tuan, maafkan kami." balas dosen tersebut sedikit menunduk. Zidan berjalan kemudian duduk di kursi rektor.

"Jam berapa pak Harto datang?"tanya Zidan

"Biasanya jam sebelas siang Tuan."

Brakk!!!!

Zidan menggebrak meja membuat Naira dan dosen tersebut terkejut.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

🙃 ketik nama 💝🎀🌈🌴

🙃 ketik nama 💝🎀🌈🌴

sungguh,, zidan klau marah mengagetkan saja,, 😅😅


lanjut kak

semngattttt

2023-09-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!