BAB 6. AWAS KAU GODA

Ibu Zubaidah memberitahu kepada Nyonya Monica kalau dirinya sudah mendapatkan pengganti dari asisten rumah tangga bernama Nia itu.

"Siapa namanya, dan dari mana asalnya, apa pendidikan terakhirnya?"tanya Nyonya Monica. Nyonya Monica kali ini lebih selektif memilih calon pembantu untuk anaknya, mungkin lebih tepatnya calon menantu.

"Namanya Naira, pendidikan terakhirnya sarjana yang untuk guru itu loh, Nyonya," ucap Ibu Zubaidah.

Mamanya Zidan berhenti membaca, kemudian tersenyum. Seolah ia menemukan orang yang tepat, Nyonya Monica tahu seorang guru pastilah mempunyai kesabaran dan pintar mengelola emosi. Apalagi setelah Ibu Zubaidah memberitahu, kalau putri Naira lebih menyukai mengejar di TK paud.

Nyonya Monica berharap. Kali ini pembantu untuk anaknya bisa cocok dan sesuai dengan kriterianya. Menurut pembantu baru itu akan bisa mengurus Zidan dengan baik. Dan berharap sesuai kriteria calon pembantunya atau lebih tepatnya calon menantunya.

Waktu terus berjalan, akhirnya Naira pun sampai di rumah Zidan, dan ibu Zubaidah menunggunya di pintu gerbang.

"Mama!"Panggil Naira, setelah turun dari ojek online.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu sampai juga Nak, Mama khawatir." Naira sekilas memeluk Ibu Zubaidah.

"Ma, Naira sudah besar

"Nggak usah khawatir."Ibu Zubaidah tersenyum dan mengusap rambut panjang Naira.

"Wah siapa Bi."sapa satpam rumah utama keluarga Zidane?

"Dia putriku, Awas kalau kamu godain dia."ancam Ibu Zubaidah memperingati dengan cara mengepalkan tangannya ke arah satpam itu. Satpam itu hanya acuh dan memainkan matanya pada Naira, Naira hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. Kemudian melangkah mengikuti langkah Ibu Zubaidah masuk ke dalam rumah melalui pintu.

"Nah, Ini kamar kamu Nak. Sebelum kamu bertemu dengan majikan mama, kamu di sini dulu ya istirahat dulu."ucap Ibu Zubaidah saat sampai di kamarnya.

"Iya, Ma."

"Ya udah, Mama mau nemuin majikan mama dulu, ya."Naira mengangguk dan tersenyum kemudian ibu Zubaidah menemui Nyonya Monica.

"Selamat malam nyonya,"Sapa ibu Zubaidah pada Nyonya Monica yang sedang di ruang tamu.

"Malam Bi, ada apa? Nyonya Monica meletakan kaca matanya.

"Itu Bu, pengganti Nia sudah datang, dan sedang istirahat di kamar."

"Oke, antarkan ke kamar atas dekat kamar Zidane.

"Loh, kok gitu nyonya?

"Sudah, kali ini aku percaya Bi, dia tidak seperti yang sebelum-sebelumnya, dan aku sengaja, membuat dia tidur di samping kamar Zidan, agar jika Zidan membutuhkan sesuatu, agar dia lebih gampang membantu Zidane.

"Bu, Apa tidak sebaiknya di dekat kamar saya saja."Nyonya Monica tersenyum kecil.

"Aku tahu Bi, Bibi pasti khawatirkan. Tenang saja. Zidan bisa mengendalikan diri, baiklah kalau begitu aku mau melihatnya.

Keyakinan Nyonya Monica membuat Ibu Zubaidah heran dan bingung. Mengapa kali ini pembantu untuk Zidan diperlakukan istimewa. Bahkan mendapat fasilitas kamar yang hampir sama dengan kamar Zidan. Ibu Zubaidah hanya bisa pasrah dan berdoa, agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di kemudian hari, semoga saja Zidan bisa mengendalikan diri Begitu juga dengan Naira.

***

Sore harinya Zidane sedang bersiap-siap untuk keluar, tidak sengaja pas-pasan dengan Naira di tangga. Naira sedang membawa keranjang baju Zidan. Dan baju tersebut sudah rapi tinggal menyusun di lemari, serta membawa kemeja yang sudah rapi digantungnya.

"Selamat sore Tuan."sapa Naira ramah, sambil mengembangkan senyumnya.

"Henn"Hanya itu yang terucap dari bibir Zidan sembari melihat ponselnya dan menuruni anak tangga.

Naira bergegas menuju kamar Zidan untuk menyusun baju-bajunya. Setelah Naira melanjutkan langkahnya, Zidane menoleh dan tersenyum melihat daerah berjalan menuju kamarnya.

"Ma, aku keluar sebentar ya."pamit Zidan pada sang mama yang menonton televisi di di ruang tengah.

"Mau ke mana?"tanya Nyonya Monica tanpa melihat Zidane.

"Mau bertemu dengan Melisa, sebentar."

"Hemm,"Nyonya Monica hanya mengangguk kemudian Zidan berlalu.

"Zidane, kamar Naira ada di sebelah kamar kamu."ucap Nyonya Monica tiba-tiba. Zidane memutar tubuhnya, lalu melihat sang Mama begitu intens. Seolah meminta penjelasan, belum sempat Zidane bertanya Nyonya Monica menjelaskannya.

"Kalau kamu membutuhkan sesuatu, biar lebih gampang?"

"Terserah mama aja!"Zidane kemudian pergi begitu saja. Zidane sebenarnya sedikit tidak menyukai jika hanya pembantu, diberi fasilitas berlebihan pada sang mama. Zidan hanya takut pembantunya besar kepala dan ngelunjak seperti yang sudah-sudah, dan kini Naira mendapatkan fasilitas tambahan yaitu kamar besar seperti kamarnya.

Jika yang dahulu mendapat fasilitas sopir, uang tambahan, dan juga diizinkan pergi jika hari libur, serta sang Mama juga tak segan-segan mengajaknya pergi ke salon, dan berbelanja untuk kebutuhan pribadi. Dan kini Naira mendapatkan lebih dari itu.

Zidan pergi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, pikirannya melayang melayang memikirkan hubungannya dengan sekretarisnya. Zidan memikirkan cara bagaimana caranya agar Melisa bisa dekat dengan sang mama dan sang Mama juga menyukai melisa.

Selama ini nyonya Monica hanya mengiyakan, juga tidak melarang Zidan untuk menjalin hubungan dengan sekretarisnya, walau sang Mama tidak menyukainya. Nyonya Monica hanya menganggap hubungan Mereka pasti hanya sesaat. Diam-diam Nyonya Monica menyelidiki siapa Melisa sebenarnya. Nyonya Monica hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.

Sesampainya di apartemen Melisa. Zidan langsung masuk ke dalam. Di dalam apartemen Melisa sedang sibuk di depan laptopnya melesat sibuk mengerjakan pekerjaan yang belum selesai.

"Sore sayang." sapa Zidan sekilas mencium pipi Melisa. Melisa hanya tersenyum dan sekilas melihat Zidane. Kemudian menutup laptopnya, Ia pun memeluk Zidan yang duduk di sampingnya.

"Ada apa datang ke sini, nggak biasanya sore-sore datang."

"Kangen sama kamu."

"Gombal!"Melisa mengeratkan pelukannya lalu keduanya tersenyum. Zidan pasti akan merindukan Melisa, karena esok sore ia akan berangkat ke Bali bersama Nyonya Monica. Akan tetapi Melisa enggan ikut dan beralasan masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. Padahal yang sebenarnya Melisa masih enggan bertemu dengan Nyonya Monica.

"Yakin kamu tidak mau ikut sayang?"tanya Zidan sekali lagi. Melisa tersenyum lalu melepaskan pelukannya, dan melihat wajah Zidane.

"Tidak sayang, aku masih banyak pekerjaan dan aku kasih kamu kesempatan buat selingkuh."canda Melisa dan keduanya tertawa.

"Selingkuh sama, Mama."sahut Zidane bercanda kemudian mencium gemas pipi Melisa.

Mereka sebenarnya saling mencintai, akan tetapi mereka juga masih banyak keraguan dalam hati masing-masing. Zidan masih ragu kalau Nyonya Monica tidak merestui jika melangkah ke jenjang pernikahan.

Sedangkan Melisa ragu, jika nanti menikah dengan Zidan, Zidane akan lebih sering dengan sang mama, Ia ingin setelah menikah, Zidan tinggal bersamanya tanpa harus ada Mamanya jidan.

Malam pun tiba, dan akhirnya Zidan pamit dari apartemen milik Melisa. Jam 10.00 malam Zidan sampai di rumah. Suasana rumah sudah sangat sepi, Nyonya Monica dan pembantu yang lainnya sudah tidur di kamar masing-masing.

Zidan menaiki tangga menuju kamarnya. Zidan teringat jika kamar Naira berada di dekat kamarnya. Perlahan Zidan mendekati pintu kamar Naira. lalu membuka pintunya pelan.

Zidane melihat Naira sedang meringkuk kedinginan. Karena ruangan pendinginnya di kamar terlalu dingin, Zidan melihat selimut yang digunakan Naira sangatlah tipis. Naira tidak tahu di mana letak remote control pendingin kamarnya. Jadi ia hanya bisa meringkuk dengan selimut tipis, sesekali ia bersin dan susah untuk tidur.

Naira merasa ada yang masuk ke dalam kamarnya pun menoleh ke arah Zidane. Naira terkejut, dan secepat kilat ia bangkit dan dari tidurnya.

"Tuan, Naira turun dari tempat tidur dan berdiri menunduk di depan.

"Tolong buatkan aku jahe hangat dua gelas ya!" titah Zidan yang langsung di balas anggukan dari Naira.

"Baik Tuan,"Naira menunduk patuh. Kemudian ia melangkah keluar dari kamarnya menuju dapur. Sementara itu Zidane menaikkan suhu pendinginnya di kamar Naira agar tidak begitu dingin. Kemudian mengambil selimut di kamarnya dan diletakkan di kamar Naira.

Zidan tau jika Naira pasti kedinginan dengan suhu pendingin ruangan yang suhu mencapai 18 derajat Celcius. Ditambah Naira baru pertama kali tidur dengan pendingin di kamar.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!