Yoga menghentikan aksinya, dia tidak mengikuti nafsunya. logikanya mengatakan bagaimana kalau Arumi tidak terima dengan perlakuannya. Yoga berdiri, lalu meninggalkan Arumi dan Royan menuju ke kamarnya.
Yoga mengambil ponselnya dan mengetik pesan untuk sekretarisnya.
Yoga : "Lusi temui saya di tempat biasa."
Lusi : "Siap, Tuan. Dengan senang hati. Mau lingeri
merah atau hitam?"
Yoga : "Hitam, yang terawang."
Lusi : "Siap, Tuan. Meluncur ke lokasi. Jangan lupa
transfer seperti biasanya."
Yoga : "Tenang. Akan aku transfer. Siapkan saja diri mu jangan lupa stamina karena kita akan bermain 4 ronde."
Lusi : "Dengan senang hati melayani mu, Tuan."
Yoga tersenyum membayangkan tubuh molek Lusi yang hanya memakai lingerie hitam yang terawang. Semua asetnya pasti akan terlihat jelas layaknya orang yang tidak berpakaian.
Yoga menyambar kunci mobilnya lalu mengemudikan mobil itu menuju sebuah hotel milik keluarga Yoga. Sebuah hotel dengan nama awal 'Mey Chan' kini berubah menjadi 'Butterfly Night'. Hotel milik keluarga Arumi direbut dan dikuasai oleh Yoga.
Lusi masuk ke dalam hotel tanpa melakukan check in dulu. Semua karyawan hotel sudah hafal dengan Lusi sebagai sekertaris Yoga. Tidak satu pun pegawai yang berani melaporkan pada Gisel tentang malam-malam panas yang dilakukan Yoga dan Lusi.
Lusi memasuki kamar khusus yang menjadi tempat Yoga dan keluarga menginap di hotel. Lusi bergegas mengganti bajunya dengan baju lingerie yang sudah dia bawa dari rumah. Setelah itu dia akan memesan beberapa makanan dan minuman keras.
Yoga akhirnya sampai di hotel miliknya. Dia pun segera naik ke kamar khusus pribadinya. Yoga membuka pintu kamar tanpa kunci khusus, cukup menekan kode yang ada di depan pintu maka pintu akan terbuka dengan sendirinya.
"Selamat malam, Honey," sapa Lusi menyambut kedatangan Yoga. Pemandangan yang indah terpampang jelas di depan Yoga. Dua bola kenyal yang menantang membuat Yoga ingin segera menghisapnya.
Lusi membantu Yoga melepas semua pakaiannya. Tubuh Yoga yang kekar dengan segala aset yang menawan dan menggoda membuat Lusi semakin bergairah. Tangannya sudah meremas junior Yoga yang sudah berdiri tegak menantang.
Yoga tidak kalah bernafsunya, dia menyambar bibir Lusi dan tangannya bermain di kedua bola kenyal milik Lusi. ******* mulai terdengar bersahutan menghiasi kamar Yoga yang terletak paling atas.
Lusi meracau senang saat Yoga dengan kuatnya menghentakkan juniornya di liang kewanitaan milik Lusi. Yoga terus memacu tubuhnya, saat ini yang ada dipikirannya bukan Lusi melainkan Arumi. Wajah Lusi berganti dengan wajah Arumi. Yoga terus meracau melesakkan juniornya.
"Arum ... mi! aargh ...." Yoga mencapai puncaknya hingga cairan meluber memenuhi liang milik Lusi.
Lusi juga mencapai puncaknya dia mencakar punggung Yoga. Namun, ada yang mengganggu pikirannya saat mendengar Yoga memekik memanggil nama Arumi, bukan namanya.
"Mas!" Lusi menoleh ke arah Yoga yang mencabut juniornya lalu terkulai lemas di samping Lusi. Yoga sudah tidak bisa mendengar perkataan Lusi, dia tertidur karena rasa lelah yang menderanya.
Lusi mencebik kesal, Yoga sudah tidak mendengar perkataannya lagi. Suara dengkuran halus Yoga menandakan dia sudah terbang ke alam mimpi.
"Siapa, Arumi? Sepertinya aku pernah mendengar mas Yoga menyebut namanya. Apakah dia istri pertama mas Yoga? Argh ... sudahlah besok aku tanyakan pada mas Yoga," gumam Lusi sambil memandangi wajah Yoga yang tidur pulas. Lusi pun menyusul Yoga ke alam mimpi.
Sementara itu di Villa ....
Acara Barbeque ala wanita sosialita sedang berlangsung. Mereka memanggang daging sapi untuk makan malam. Di sudut halaman Lita dan Gisel asyik mengobrol.
"Bagaimana kamu mau mencoba malam ini?" tanya Lita pada Gisel.
"Mmm ... bagaimana ya? Aku masih takut tapi juga ingin merasakan apa yang kamu bilang, Lita," jawab Gisel bimbang. Ada semacam rasa takut dan juga ada dorongan untuk merasakan arti kepuasan sesungguhnya.
"Alaaah ... mumpung malam ini gratis! Rexy akan datang bersama temannya. Kapan lagi bisa begini? selain aman, gratis lagi!" bujuk Lita.
Gisel nampak berpikir keras, godaan lebih kuat menghantam hati Gisel.
"Baiklah, aku akan mencobanya. Carikan yang bisa bermain halus, maklum aku masih hamil muda," jawab Gisel.
Lita tersenyum lalu menenangkan hati Gisel. "Tenang, Rexy sudah terlatih di segala macam kondisi. Sebentar lagi dia dan temannya akan datang," ucap Lita, membuat Gisel menjadi tenang.
Suara riuh dari wanita sosialita terdengar, mereka heboh melihat Rexy bersama beberapa temannya datang. Semua berondong itu tampan dan tubuhnya kekar.
"Astaga, tampan sekali ... robek hatiku, honey!" ucap salah satu wanita itu. Dia mengusap dada bidang Rexy yang terpampang jelas karena dia hanya memakai rompi saja.
"Gisel, Rexy dan temannya sudah datang." Lita menunjuk ke rombongan lelaki yang tampan.
Degh!
Dada Gisel bergemuruh melihat ketampanannya dsn kegagahan Rexy dan temannya yang berjumlah empat orang itu.
"Hai, Rexy. Selamat datang. Silakan berkenalan dengan teman-teman Tante," sambut Lita pada Rexy mereka berciuman tanpa rasa malu.
Rexy memperkenalkan semua temannya, ada Toni yang memiliki tubuh paling tinggi dan kekar, ada David dan Dani yang memiliki tubuh sawo matang dan juga kekar. Terakhir ada Gio yang bertubuh putih dan kekar dengan lesung pipit di pipi kanannya.
Rexy membagi temannya. Selama tiga malam mereka akan menginap di villa untuk bergantian melayani para wanita yang berjumlah 15 orang.
"Tante, malam ini aku bersama Tante kan? Tante sudah siap?" tanya Rexy sembari tangannya menyingkap gaun Lita. Lita mengangguk sambil melenguh manja. Dia pun segera menarik Rexy ke kamar yang sudah di siapkan untuk Rexy.
Sebelum sampai ke kamar Rexy, Lita berhenti di depan Gisel. "Rexy tolong bilang sama temanmu untuk melayani Gisel temanku ini. Dia sedang hamil muda, tolong kau Carikan yang lembut bermainnya," ucap Lita pada Rexy.
"Tante Gisel, kenalkan dia Dani. Dani yang akan menemani Tante Gisel," ucap Rexy sembari menarik Dani untuk berkenalan dengan Gisel.
"I ... Iya," jawab Gisel gugup. Baru pertama kali dia sedekat ini dengan lelaki yang lebih muda.
"Hai, Tante. Aku Dani, tante tenang saja aku akan bermain dengan lembut," sapa Dani. Dua teman Rexy yang lain sudah menemani teman Lita yang lain.
"Aku Gisel. Tolong jangan panggil aku tante. Panggil saja Gisel," jawab Gisel gugup.
"Baiklah, Gisel. Kita ke kamar saja agar lebih dekat," imbuh Dani. Dia tahu jika Gisel masih takut dan belum siap. Dani akan berusaha untuk membuat Gisel merasa nyaman terlbih dahulu.
Gisel mengikuti langkah Dani menuju kamarnya. Dani membuka pintu kamar lalu mempersilakan Gisel duduk.
"Gisel, duduklah terlebih dahulu kita kan mengobrol agar lebih mengenal dengan dekat. Sebentar akan aku buatkan minum. Apa kamu mau minum orange juice?" Dani menawarkan minuman.
"Orange Juice saja," jawab Gisel malu -malu. Gisel masih berusaha damai dengan keadaan. Di berusaha menenangkan dirinya.
"Baiklah, Gisel. Tunggullah sebentar," jawab Dani. Dani beranjak menuju mini bar yang ada di masing-masing kamar. Satu kamar itu dilengkapi dengan mini bar, kamar mandi, tempat tidur dan sofa tamu.
Gisel menyalakan televisi untuk membuatnya lebih santai. Tanpa sepengetahuan Gisel, Dani menyampurkan obat perangsang dengan dosis yang tinggi. Setelah selesai Dani memberikan pada Gisel minuman itu.
Gisel meminum Juice buatan Dani sedangkan Dani menenggak Wayne yang tersedia di lemari pendingin. Dani mengajak Gisel untuk menonton film dewasa. Kata Dani untuk membuat Gisel lebih rileks.
Adegan ranjang yang diputar dalam film itu mampu membuat Gisel mulai bereaksi, di tambah obat perangsang yang diberikan oleh Dani. Gisel mulai menggeliat, melihat hal itu Dani mulai melancarkan serangannya. Di sofa itu Dani mulai melucuti pakaian Gisel. Tubuh Gisel yang berisi karena hamil membuat Dani semakin terpesona
Dani mulai meraba dua gundukan kenyal yang membesar karena kehamilan Gisel. Suara lenguhan lolos dari mulut Gisel. Tangan Dani bergerilnya ke arah kewanitaan Gisel yang sudah mulai basah, sedangkan bibirnya masih tenggelam kedua aset Gisel yang kenyal, layaknya bayinyang sedang menyusu, Danis semakin liar bermain.
Sentuhan Dani di liang kewanitaan Gisel membuat Gisel mengerang dan mengeluarkan cairan sebagai pelepasannya. Pergumulan pun terjadi, Gisel sudah tidak mengingat lagi kalau dirinya sedang hamil. Dani juga lupa kalau dia sedang menggagahi seorang wanita yang sedang hamil muda. Keduanya terus memacu dan memacu memburu kepuasaan masing-masing.
Permainan hebat Dani membuat Gisel merasakan apa arti kepuasan sesungguhnya. Mereka berdua ambruk bersama, saling memeluk dalam satu selimut.
Di tempat lain, Lita juga sedang berada di bawah tubuh Rexy. Mereka sudah menghabiskan beberapa ronde. Rexy mengakui Lita yang sangat kuat melayani nya sampai berulang kali Rexy pelepasan pun Lita belum merasakan puas. Untuk membuat Rexy bangkit tidak segan Lita yang aktif membangkitkan gairah Rexy. Dia yang bergantian memimpin.
Malam yang dipenuhi nafsu itu menjadi malam yang terindah bagi Gisel dan awal kehancurannya. Dani yang sepintas lalu terlihat sebagai pemuda yang baik dan profesional, akan tetapi sebenarnya adalah sosok yang kejam dan licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Sri Isdiyati
ngeri sekali bisa spt perempuan yg banyak uang
2024-01-17
1
Nurmalina Gn
orang baik akan berkumpul dalam lingkungan baik.
begitu sebaliknya.
2024-01-08
0