Bab. 6. Nervous

Huft ... Huft ...

Arumi mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Dia berusaha menenangkan dirinya lalu menjawab apa yang ditanyakan dokter Andrew.

"Tidak apa-apa dok, hanya baju gantiku tertinggal di dalam tas. Bisa dokter ambilkan tas itu?" teriak Arumi dari dalam kamar mandi.

Ternyata tadi dia keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk saja. Meyla mengira dokter Andrew sudah keluar dari kamarnya.

"Baiklah, aku ambilkan."

Dokter Andrew yang masih belum paham dengan kejadian tadi, dia begitu mudah menuruti perintah Arumi. "Dasar wanita aneh! kenapa coba dia berteriak tadi." Dokter Andrew mengambil tas Arumi dengan mengomel dalam hati. Baru kali ini seorang dokter senior sekaligus CEO diperintah oleh wanita.

"Silakan Arumi!" teriak dokter Andrew dari luar.

"Okey, terima kasih, Dok. Sekarang dokter balik badan dulu, Aku mau mengambil tasnya. Bagai kerbau dicucuk hidungnya, dokter Andrew menuruti perintah Arumi.

"Sudah, Rum," jawab dokter Andrew. Setelah mendengar kata dokter, Meyla segera mengambil tasnya.

Klik, brak ...

Dengan cepat Arumi membuka pintu lalu mengambil tas dan menutup pintu lagi. Arumi segera memakai bajunya lantas keluar dari kamar mandi.

"Terima kasih, Dok, dan maaf tadi sempat membuat dokter kaget," ucap Arumi menundukkan wajahnya. Dia malu akan kejadian tadi.

"Baiklah, Arumi, sebelum kau tidur aku hanya ingin mengajakmu makan malam dan menandatangani perjanjian kita," jawab dokter Andrew.

Arumi mengernyitkan kedua alisnya. Menatap dokter Andrew lalu menepuk jidatnya.

"Eh Iya dok, hampir Arumi lupa akan perjanjian kita." Arumi menyengir kuda. Karena kejadian tadi membuatnya lupa akan perjanjiannya dengan dokter Andrew.

Melihat Arumi yang menggemaskan dokter Andrew pun menjadi salah tingkah.

"Ah ayo, ikut saya ke ruang kerja," lanjut dokter Andrew lagi tuk mengurai kegugupannya.

Arumi mengangguk lalu mengikuti dokter Andrew dari belakang. Setelah sampai di ruang kerja dokter Andrew, Arumi dipersilakan duduk. Dokter Andrew mengeluarkan dua map dari dalam laci mejanya. Salah satu dari map tersebut dia berikan pada Arumi.

"Bacalah lalu tanda tangani di bawah namamu," ucap dokter Andrew.

Arumi mengangguk lalu membuka map tersebut dan membacanya dengan teliti kemudian tanda tangan tepat diatas namanya

"Ini dok, sudah Arumi tanda tangani," ucap Arumi.

"Cepat sekali, Rum? Tidak kau baca dan pahami dulu?" tanya dokter Andrew.

"Sudah Arumi bilang, kalau Arumi sudah menyerahkan hidup Arumi pada dokter. Jadi tak perlu baca lagi. Saya percaya sepenuhnya pada dokter," ucap Arumi polos.

Memang satu kelemahan seorang Arumi yaitu mudah percaya pada orang lain. Dokter Andrew menatap ke arah Arumi. Dia sungguh heran dengan wanita yang di depannya itu. Mudah sekali percaya pada orang lain.

"Arumi, tidakkah kau sadari. Sikapmu yang mudah percaya pada orang lain ini, membuatmu menderita. Mulai untuk lebih kritis dalam semua hal. Jangan mudah percaya pada orang. Bagaimana jika aku menipumu?" tanya dokter Andrew lagi.

"Dok, sudah Arumi bilang, jika Arumi sudah menyerahkan hidup Arumi pada dokter. Entah dokter mau menipu Arumi atau tidak. Arumi sudah siap dan pasrah. Bagi Arumi, dokter Andrew adalah penyelamat hidup Arumi," jawab Arumi tegas dengan menundukkan kepala. Dia tidak ingin air mata yang sedari tadi tertahan kini jatuh juga.

Dokter Andrew terharu dan semakin mengagumi Arumi. Dibalik sifatnya yang polos terdapat satu kekuatan untuk melemahkan lawannya. Itulah uniknya Arumi.

"Baiklah jika itu, Rum, aku akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu," balas dokter Andrew dengan nada meyakinkan.

Arumi menatap dokter Andrew. Kedua mata mereka saling beradu pandang. Terselip di hati dokter Andrew gatar -getar halus yang menyerang.

"Hem."

Dokter Andrew berdeham untuk mengurangi kegugupannya.

"Aku simpan mapnya, setelah itu kita makan malam. Sudah aku buatkan nasi goreng untukmu. Setelah makan beristirahatlah agar besok saat ujian kau terlihat bugar," ucap dokter Andrew sembari menyimpan map ke dalam laci meja.

Arumi berdiri dari kursi saat dokter Andrew juga berdiri untuk keluar dari ruang kerjanya. Arumi mengikuti dari belakang lagi, seperti dayang yang mengekori kemanapun Sang Raja.

"Ayo dimakan, maaf jika tidak enak." dokter Andrew menyuapkan nasi goreng ke mulutnya.

Arumi dengan bersemangat memakan nasi goreng buatan dokter Andrew. Selain lapar, dia juga ingin merasakan masakan seorang dokter lelaki yang terkenal itu.

"Hmmm ... enak sekali dok! dokter memang koki sejati," ucap Arumi sambil mengunyah dan memasukkan lagi nasi ke dalam mulutnya.

"Benarkah? Baru kali ini ada ornag yang memuji masakanku," jawab dokter Andrew dengan tersenyum. Selama ini memang untuk memasak dia kurang percaya diri.

"Benar dok!" Arumi menjawab dengan mulut yang masih penuh dengan nasi. Sehingga nampak lucu dan menggemaskan. Dokter Andrew pun mengalihkan pandangannya, karena entah mengapa melihat Arumi seperti itu ada yang bergejolak di bawah sana.

"Habiskan, lalu segera tidur. Besok kita berangkat ke rumah sakita agak pagi," ujar dokter Andrew sambil berdiri meninggalkan Arumi yang masih belum habis nasinya.

"Baik dok,"

"Satu lagi, biarkan semua yang kotor di situ, besok pagi ada petugas yang membersihkannya," ucap dokter Andrew sebelum benar-benar meninggalkan Arumi sendiri.

Arumi mengangguk lalu melanjutkan makannya lagi. Setelah selesai bukannya beristirahat, tapi dia malah membersihkan dapur yang berantakan.

"Huft, akhirnya selesai juga," gumam Arumi tersenyum puas. Dia pun segera masuk ke kamarnya untuk beristirahat.

***

Keesokan paginya ...

"Arumi sudah siap?" tanya dokter Andrew sembari mengenakan jas putih kebesarannya. Dia nampak gagah dan berwibawa dengan jas itu. Arumi menganggukkan kepala, dia terpesona dengan ketampanan dan kegagahan dokter Andrew.

"Ayo, kita berangkat. Jangan melamun terus!" hardik dokter Andrew membuat Arumi tergagap. Mereka pun meluncur ke rumah sakit tempat dokter Andrew melaksanakan ujian prakteknya.

Di dalam Rumah Sakit ....

"Pagi dok, sudah siap bertempur?" sapa dokter Tiwi. Dokter Tiwi teman satu angkatan dengan dokter Andrew.

"Sudah dok. Dokter sendiri bagaimana?" balas Andrew.

Dokter cantik nan seksi itu pun tertawa renyah, dia tahu kalau Andrew sebenarnya juga nervous. "Dok, kita sama nervous-nya. Hari ini adalah hari ujian terakhir kita. Semoga kita mendapat nilai yang terbaik," ucap dokter Tiwi yang terlihat nervous.

Dokter Andrew dan dokter Tiwi sama- sama tertawa untuk saling men-support.

"Ayo kita usahakan yang terbaik!" kata mereka serempak. Tiwi dan Andrew sudah lama berteman. Semenjak melanjutkan pendidikan spesialis bersama, mereka semakin dekat.

Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Waktunya mereka melaksanakan ujian praktek. Andrew menghampiri Arumi yang sudah bersiap.

"Rum, kita berdo'a semoga semua berjalan lancar dan hasilnya memuaskan," ucap dokter Andrew.

Arumi tersenyum pada dokter Andrew lalu berkata,"Dok, Aku yakin dokter akan mengusahakan yang terbaik dan lulus dengan nilai sempurna." Arumi mengenakan baju pasien membuat dia semakin imut.

Panggilan pun terdengar, semua peserta memasuki ruang masing-masing. Dengan mengucap do'a dokter Andrew memulai ujiannya. Dia harus bisa merubah wajah pasiennya menjadi semakin cantik.

Terpopuler

Comments

niktut ugis

niktut ugis

meyla siapa Thor

2024-07-19

0

Dam Ar

Dam Ar

semangat

2023-11-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!