Bab. 10. Ketulusan

Arumi banyak mengambil ilmu dari temannya-- Sandra. Arumi sangat senang saat bisa membuat murid-murid Sandra dekat dengannya. Royan anak yang terkenal hiperaktif itu pun terlibat lebih menurut dan patuh pada Arumi.

"Andaikan putraku masih hidup, mungkin usianya tidak jauh dari kalian. Oh, Tuhan ... Aku sangat merindukannya, Aku bersyukur bisa mengenal anak-anak ini," batin Arumi.

Setelah selesai membantu Sandra mengajar, Arumi pamit pulang. Dia menuju apartemen dokter Andrew dengan menggunakan taksi online. Setelah sampai di apartemen, Arumi menata beberapa baju yang dibutuhkan untuk datang ke rumah Yoga.

Arumi telah diterima bekerja tanpa harus interview atau perkenalan. Semua itu karena desakan Gisel untuk segera menemukan pengasuh buat Royan.

"Apa harus hari ini juga kamu berangkat ke sana?" tanya dokter Andrew dari depan kamar Arumi.

"Astaga ... dokter mengagetkan Arumi aja! Kalau Arumi kena setangan jantung gimana?" protes Arumi berbalik ke belakang.

"Hahaha ... Kan ada pawangnya di sini, kenapa harus panik?" dokter Andrew menjawab sambil masuk ke kamar Arumi lalu merebahkan diri di kasur.

Arumi mencebik kesal, semua yang dia ucapkan selalu bisa di balas dengan mudah oleh dokter Andrew.

"Mereka menyuruh Arumi datang sore ini, alasan mereka itu aneh juga dok, masa iya sih anak secerdas Royan membuat pusing?" Arumi mengomel sembari memasukkan bajunya ke dalam tas.

Dokter Andrew bangkit dari rebahannya. Dia duduk menghadap ke arah Arumi.

"Apa ibunya bekerja? Sampai mengurus anak satu saja tidak bisa?" lanjut dokter Andrew.

"Ibunya tidak bekerja, hanya saja dia sedang hamil anak kedua. Cepat lelah dan pusing jika mengurus Royan. Asal dokter tahu aja, Mas Yoga sekarang terlihat lebih kurus dan tidak terurus dengan baik," ucap Arumi.

Mendengar Arumi menyebut nama mantan suami hingga sampai memperhatikan penampilannya membuat dokter Andrew terdiam.

"Dok?" Arumi yang melipat bajunya menghentikan sejenak aktivitasnya saat tidak terdengar sahutan dari dokter Andrew. Arumi menoleh ke arah dokter Andrew, ada kilatan marah di mata dokter Andrew.

"Dokter Andrew tidak apa-apa?" tanya Arumi dengan nada takut.

Mendengar pertanyaan Arumi, dokter Andrew tergagap. "Tidak ada apa-apa. Maaf Aku permisi dulu, jangan lupa jaga tubuhmu," ucap dokter Andrew datar, dia keluar dari kamar Arumi.

Arumi termenung, dia mengingat apakah ada perkataannya yang menyinggung hati dokter Andrew.

Sementara itu dokter Andrew masuk ke kamarnya lantas menutup pintu dengan kasar.

Blaam ....

Suara pintu yang ditutup dengan kasar membuat Arumi terkejut. Dia berpikir keras, apa yang membuat dokter Andrew bersikap seperti itu.

"Dasar manusia aneh! kesalahanku apa coba? Aku kan hanya menceritakan yang aku lihat tadi pagi kan? Kenapa dia jadi marah?aneh ...!!" gerutu Arumi sendirian.

Arumi bingung, dia pun mengambil ponselnya untuk menghubungi Sandra temannya. Setelah menemukan nama Sandra, Arumi mulai mengetik pesan.

'Hai, Sandra. Maaf, aku mengganggu. Ada yang ingin kutanyakan.'

'Hai, Mel. Aku sedang longgar kok, tanya saja.'

Arumi dan Sandra saling berbalas pesan, hingga Arumi paham bahwa dokter Andrew sedang marah karena ucapannya.

Tok ... Tok ....

"Dokter, Ada yang ingin Arumi bicarakan." Arumi mengetuk pintu bermaksud meminta maaf pada dokter Andrew.

Klik ....

"Masuklah," jawab dokter Andrew sembari membuka pintu.

Arumi gugup dan salah tingkah karena baru kali ini dia yang memulai pembicaraan.

"Dok, Arumi minta maaf atas ucapan Arumi tadi. Arumi tidak bermaksud mengungkit kenangan lama. Arumi hanya menceritakan apa yang Arumi lihat tadi pagi," cicit Arumi meminta maaf.

Dokter Andrew melihat Arumi tulus dan merasa mungkin juga dia yang egois, akhirnya menerima maaf Arumi.

"Baiklah, Arumi. Maafkan Aku juga. Tidak sepantasnya marah padamu, kamu berhak mengatur hidupmu sendiri. Aku bukan siapa-siapa dalam hidupmu, kita hanya sebatas rekan yang terikat kontrak kerjasama." Dokter Andrew menghela nafas.

Arumi yang mendengar ucapan dokter Andrew sedikit kecewa, ada rasa sakit dikala dokter Andrew mengucapkan kata yang menunjukkan dia dan dokter Andrew hanya rekan biasa.

Arumi menatap wajah dokter Andrew lalu menunduk lagi, dia menyeka air mata yang tanpa permisi meluncur begitu saja.

"Ayolah, Arumi. Kamu bisa melawan rasa sakit ini. Fokus pada tujuanmu membalas dendam pada Yoga," bisik hati Arumi menguatkan hatinya sendiri.

"I Iya, Dok. Maaf Arumi pamit dulu, nanti Arumi akan mengirim kabar pada dokter. Terima kasih untuk semua yang dokter lakukan untuk Arumi," ucap Arumi setengah terisak.

Dokter Andrew merasakan nyeri di hatinya saat Arumi mengucapkan kat perpisahan. Hatinya ingin mencegah kepergian Arumi karena sudah nyaman dengan Arumi. Namun, tidak dengan akal logikanya. Dia harus melepas Arumi pergi untuk menjalankan misinya.

"Arumi ... Hati-hati. jangan gegabah dan selalu kabari Aku tentang semua rencanamu," ucap dokter Andrew melemah.

Arumi kembali menatap dokter Andrew, ingin dia menghambur ke dalam pelukannya yang hangat.

"Iya, Dok. Arumi akan ingat semua nasehat dokter. Arumi pamit, Assalamualaikum." Arumi meninggalkan dokter Andrew yang masih berdiri mematung.

"Arumi, andai kau tahu hati ini tidak tega melepasmu berjuang sendiri. Namun, Aku yakin jika kau kuat menghadapi semua. Tenang Arumi, Aku akan menyewa orang untuk mengawasi mu," ucap dokter Andrew bermonolog sembari menatap punggung Arumi yang semakin menjauh.

Arumi menaiki taksi yang sudah dipesannya. Setelah mengatakan tujuannya, dia duduk di belakang sopir sembari membuka ponselnya. Arumi memberi kabar pada Yoga akan kedatangannya.

"Tuan, sebentar lagi Saya sampai di lokasi," ucap Arumi pada Yoga.

"Baiklah Nona, kami tunggu kedatangannya," jawab Yoga.

Setelah memberi kabar pada Yoga, Arumi menutup ponselnya dan menyimpannya dalam tas. Arumi tidak tahu, jika taksinya diikuti oleh dokter Andrew. Dokter Andrew sengaja mengikuti Arumi agar tahu dimana Arumi bekerja.

Taksi yang ditumpangi Arumi memasuki gerbang halaman rumah yang mewah. Rumah Arumi yang dulu dia tempati bersama Yoga. Hadiah pernikahan dari ayahnya. Arumi tersenyum kecut, ada sakit yang mengiris hatinya saat mengingat ayahnya.

"Pa ... Arumi kembali. Kali ini yang datang bukan Arumi yang lemah, tapi Arumi yang siap merebut kembali hak miliknya," gumam Arumi dalam hati.

Setelah membayar taksi, Arumi menurunkan kopernya dan melangkahkan kakinya menuju rumah Yoga.

Tok ... Tok ....

"Assalamu 'alaikum, Tuan." Arumi mengetuk pintu yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran yang indah. Daun pintu pilihan ayahnya yang menyukai seni ukir. Menurut ayah Arumi, ukiran yang ada di pintu itu memiliki arti tersendiri, yaitu kemakmuran dan kebahagiaan bagi pemiliknya.

"Wa'alaikum salam," jawab seorang wanita. Pintu terbuka dan tampaklah wanita separuh baya yang tak lain adalah Bik Ratih--pembantunya. Bik Ratih adalah pembantu ayah Arumi yang setelah ayahnya meninggal, Arumi mengajaknya untuk tinggal bersamanya.

"Silakan masuk, Nona. Nona sudah ditunggu oleh Tuan dan Nyonya," ucap Bik Ratih. Dia tidak mengenali Arumi.

Arumi hampir saja tidak bisa mengendalikan emosinya saat berhadapan dengan Bik Ratih. Ada rasa rindu yang tiba-tiba mencuat dalam hatinya. Bersyukur akalnya masih berjalan, hingga dia tidak melakukan hal bodoh.

"Terima kasih, Bik." Arumi mengangguk lalu masuk ke dalam rumah.

"Silakan duduk, Nona. Saya akan memberi tahu Tuan dan Nyonya terlebih dahulu," ucap Bik Ratih. Setelah mempersilakan tamunya duduk, Bik Ratih memberi tahu Yoga dan Gisel akan kedatangan Arumi.

Tidak berapa lama, Yoga dan Gisel menemui Arumi.

"Selamat sore, Nona. Anda rupanya."

Terpopuler

Comments

Dam Ar

Dam Ar

semangat arumi

2023-11-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!