Bab. 9. Bertemu di Sekolah

Bab. 9

Yoga yang tak hentinya memandang wanita itu, terkejut saat Royan menepuk tangannya.

"Papa, ayo turun ... Royan mau masuk sekolah," rengek Royan.

Yoga yang terkejut pun segera melepas safety beltnya. Ternyata sedari tadi Yoga, menatap wanita itu dari dalam mobil.

Setelah melepas miliknya, Yoga melepas safety belt milik Royan. Keduanya lantas turun dari mobil.

Yoga gugup dan terlihat salah tingkah. Entah mengapa hatinya berdebar saat dia melangkah menuju guru Royan.

"Selamat Pagi, Tuan. Ayo Royan kita masuk ke kelas." Guru Royan menyapa dengan sopan. Saat berbicara dengan guru kelas Royan, Yoga tak mengedipkan matanya memandang wanita yang cantik itu. Beruntunglah Yoga memakai kacamata hitam, sehingga dia tidak ketahuan mencuri pandang.

Arumi yang menatap Yoga pun berusaha mengendalikan hati dan pikirannya. Terlihat di mata Arumi, Yoga yang semakin kurus dan tidak terawat. Arumi sengaja menemui Sandra temannya yang menjadi guru TK, Arumi ingin belajar bagaimana menghadapi anak kecil.

Arumi teringat nasihat dari dokter Andrew, Andrew banyak memberi nasehat pada jika dia bertemu dengan Yoga.

Pagi itu ....

Arumi menunduk, dia ingin membicarakan tentang keinginannya pada dokter Andrew.

"Dok, ada yang ingin Arumi sampaikan. Arumi harap dokter mendukung rencana Arumi ini." Arumi berkata dengan hati-hati. Apapun yang dia rencanakan, dia harus memberi tahu dokter Andrew.

"Ada apa, Arumi?"

"Dok, Arumi ingin melamar pekerjaan menjadi pengasuh di rumah Yoga---mantan suami Arumi."

"Hah? Coba ulangi dengan jelas, Arumi!"

"Mm ... Arumi ingin melamar jadi pengasuh di rumah Yoga, dok. Arumi merencanakan untuk mulai membalaskan sakit hati Arumi, dengan menjadi pengasuh Arumi akan merebut kembali semua hak Arumi."

Dokter Andrew menatap Arumi dengan tajam. Ada sedikit rasa tidak rela jika Arumi bekerja jadi pengasuh.

"Tapi, Arumi, kamu bisa membalas dengan cara lain. Tidak harus menjadi pengasuh juga, Arumi!" Ucapan dokter Andrew membuat Arumi kecewa.

"Tidak, dok. Aku ingin dia merasakan semua sakit yang aku rasakan. Biarkan Arumi, membalas dengan cara Arumi sendiri, dok. Please ...." Arumi memohon pada dokter Andrew dengan memasang mata pupiesnya.

Dokter Andrew melihat wajah sendu Arumi, akhirnya mengijinkan Arumi untuk membalas dendam.

"Baiklah, tapi ingat dengan perjanjian kita, apapun yang hendak kau lakukan tetaplah beri tahu aku," ucap dokter Andrew.

Hati Arumi terlonjak senang, tanpa sadar Arumi menghambur ke pelukan dokter Andrew.

"Terima kasih, dokter." Arumi membenamkan dirinya dalam pelukan dokter Andrew. Dokter Andrew yang mendadak dipeluk pun tanpa sadar membalas pelukan Arumi. Debat di dada dokter Andrew terdengar oleh Arumi. Sontak Arumi tersadar lalu melepaskan pelukannya.

"Maaf, dok. Tidak sengaja," ucap Arumi gugup. Dokter Andrew pun menjadi salah tingkah. Dia menyugar rambutnya ke belakang.

"Ah, iya. Maaf juga terbawa suasana," bohong dokter Andrew. Sebenarnya dia amat senang mendapat pelukan dari Arumi.

"Sebelum kau menjadi pengasuh, sudahkah kau memahami dunia anak?" tanya dokter Andrew mengalihkan pembicaraan.

"Belum terlalu paham, dok. Arumi belum memiliki anak, dan juga Arumi anak tunggal. Jadi belum pernah tahu tentang dunia anak kecil." Arumi menopang dagunya. Ingatannya kembali ke masa dia kecil.

"Arumi ... Apakah kamu tidak punya teman atau kenalan yang mengajar di taman kanak-kanak?" tanya dokter Andrew lagi.

Arumi tersadar dari lamunannya, kini dia mengingat siapa temannya yang bekerja sebagai guru di Taman Kanak-kanak. Ingatannya jatuh pada Sandra---teman kuliah Arumi.

"Arumi ada,dok. Dia adalah Sandra, teman kuliah Arumi dulu. Kini dia mengajar di sebuah Taman Kanak-kanak terbesar di kota ini," ucap Arumi sembari memainkan anak rambutnya yang menutupi dahi.

Dokter Andrew menatap Arumi yang memainkan rambutnya, ada desir hangat di dalam hatinya. Ingin dia bermain di rambut Arumi yang hitam legam, dengan panjang sepinggang.

"Sungguh kecantikan yang tiada tara, bagai bidadari yang turun dari surga," gumam dokter Andrew sambil terus menatap Arumi.

"Ada apa, dok?" pertanyaan Arumi sukses membuat dokter Andrew gugup. Dia tidak menyangka jika Arumi mendengarnya.

"Ah, tidak ada apa-apa, Arumi. Sudah lebih baik kau segera menemui temanmu dan menimba ilmu darinya," elak dokter Andrew.

Arumi tersenyum, dia pun beranjak dari duduknya untuk bersiap menemui temannya itu. Beruntung hari ini bukanlah hari libur, jadi sekolah pasti masuk.

"Dok, Arumi sudah boleh keluar kan?" tanya Arumi lagi.

"Boleh, tapi ingat kamu sudah memakai sunscream untuk melindungi siane matahari kan? untuk menjaga kulitmu, pakailah payung atau topi agar terlindung wajahmu dari sinar matahari."

Dokter Andrew berdiri dan mengambilkan payung lipat pada Arumi.

"Bawalah, ini akan melindungi kulitmu dari buruknya sinar matahari." Dokter Andrew memberikan payung pada Arumi.

Arumi tersenyum, dia menerima payung pemberian dokter Andrew. "Arumi sudah memakai semua cream perawatan dari dokter, masih perlu payung ini juga rupanya," celetuk Arumi.

"Arumi! Lebih baik mencegah sesuatu daripada mengobati!" hardik dokter Andrew. Arumi tersenyum kecut, bibirnya mengerucut. Dokter Andrew yang semula sudah naik emosi karena bantahan Arumi menjadi berdebar jantungnya.

"Itu bibir dikondisikan ya, Arumi. Sebelum aku khilaf! Ingat setelah pulang dari temanmu itu kamu pulang ke apartemen dulu!" ucap dokter Andrew keluar dari kamar rawat Arumi.

Arumi terbengong menatap punggung dokter Andrew. Dia mencoba mencerna ucapan dokter Andrew barusan. Sekian detik berikutnya nampak senyum bahagia terbit di bibir Arumi. Rona merah bersemburat di pipinya yang putih bak mutiara.

****

Arumi tersenyum mengingat ucapan dokter Andrew tadi pagi. Senyum yang menghias bibir Arumi disalah artikan oleh Yoga. Ada sengatan menjalar di hati Yoga melihat senyum Arumi.

"Maaf, Miss. Apakah ada guru baru di sini?" tanya Yoga pada Sandra--guru Royan. Semua anak dan walimurid memanggil guru dengan sebutan Miss.

"Oh maaf,Tuan. Ini teman Saya yang ingin membantu mengajar." Sandra menepuk bahu Arumi.

"Oh, Saya kira ada guru baru. Maaf, Miss ...." Yoga menatap Arumi yang nampak gugup. Dalam hati Arumi dia ingin mengumpat dan menyumpah serapahi Yoga.

"Giliran aku cantik kau memandangku, Mas! Dulu sewaktu aku jadi istrimu, jangankan menyentuh, menatapku saja kau tidak sudi," batin Arumi.

"Iya, Tuan. Permisi kita mau masuk ke kelas." Sandra meminta ijin pada Yoga.

"Oh Iya, Miss. Maaf, silakan." Yoga mundur ke belakang memberi jalan pada Sandra dan Arumi.

Yoga meninggalkan sekolah Royan dan melajukan mobilnya menuju ke kantornya.

Bayang-bayang kecantikan Arumi menemani Yoga yang mengemudikan mobilnya. Entah mengapa Yoga selalu teringat dengan senyum Arumi yang mempesona.

Sesampai di dalam ruang kerjanya, Yoga menghempaskan diri di atas kursi kerja.

"Argh ... Kenapa bayang wajahnya selalu melintas di pikiranku! Aaarggh ...." Yoga mengacak rambutnya kesal. Bayang kecantikan Arumi memenuhi pikiran Yoga. Untuk mengusir bayangan Arumi, Yoga mengambil gawainya. Dipanggilnya Lusi sekretaris Yoga.

"Kesini cepat!" ucap Yoga.

"Iya, Tuan," jawab wanita di seberang sana.

Tok ... Tok ...

"Masuk!" teriak Yoga dari kursinya. Tidak lama masuklah wanita dengan pakaian ketat dan menggoda. Lebih patut menjadi wanita penghibur dibanding menjadi sekretaris. Tapi itu semua tidaklah membuat wanita itu merasa risih dan malu, dia sangat senang memakainya karena Yoga lah yang memintanya.

"Maaf, Tuan. Ada yang perintah apa untukku?" ucap Lusi manja.

Yoga tersenyum menyeringai. "Ada yang harus kau tuntaskan!" titah Yoga.

Terpopuler

Comments

Dam Ar

Dam Ar

aduh katanya cinta ma gisel

2023-11-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!