Arumi tersenyum saat memandang dirinya di pantulan cermin. Hari ini dia memakai dress selutut, dengan warna baby pink bermotif bunga. Setelah selesai Arumi keluar dari kamarnya untuk sarapan, karena bik Ratih sudah memanggilnya. Yoga yang sedang terburu juga turun untuk sarapan.
Mata Yoga terbelalak, dia meneguk kasar ludahnya saat melihat Arumi yang duduk sarapan bersama Royan. Pemandangan yang sangat di rindukan, sarapan bersama sekeluarga. Sudah lama pemandangan ini tidak tercipta, Gisel yang selalu membiarkan dirinya dan Royan sarapan sendiri.
"Tuan, mari sarapan dulu," ucap Bik Ratih menyadarkan Yoga. "Oh, Ya. Terima kasih, Bik." Yoga melangkahkan kaki lalu duduk di kursi berseberangan dengan Arumi
Bik Ratih yang melihat Arumi dengan asyik menyuapi Royan, menjadi terharu dan bahagia. Suasana damai diselingi candaan membuat rumah seperti hidup kembali. Sesekali Yoga mencuri pandang Arumi, dia sangat terpesona dengan kecantikan Arumi.
"Andai yang di posisi Arumi itu adalah Gisel, sungguh bahagia hatiku," batin Yoga. Matanya tidak lepas dari bibir Arumi yang ranum dengan lipstik senada dengan bajunya. "Papa ... hari ini Royan maunya diantar Miss Arumi aja, bolehkan, Pa?" tanya Royan membuat Yoga tersedak.
"Uhuk, I-- Iya, Sayang. Boleh Kok," jawab Yoga setelah meneguk air putih di atas meja. "Miss Arumi, nanti minta Mang Ujang untuk menjemput. Kalau berangkat nanti biar saya antar, kebetulan pagi ini ada meeting, jadi sekalian jalan," titah Yoga.
Arumi tersenyum mengangguk, membuat Yoga salah tingkah. Dia pun segera berdiri dari kursi makan untuk berpamitan pada Gisel. Gisel yang kebetulan keluar kamar terlihat cuek dengan kedekatan Royan dan Arumi. Gisel menghampiri Yoga yang melangkah ke arahnya.
"Sayang, Mas berangkat dulu, ya. Jaga baik-baik anak kedua kita," ucap Yoga semabri mengelus perut Gisel yang masih rata, lalu mengecup keningnya. Arumi hanya melengos melihat kemesraan kedua pasangan itu. Gisel dengan sengaja membalas kecupan Yoga, menjadi kecupan yang panas. Hal itu sengaja dia lakukan, untuk menunjukkan pada Arumi bahwa Yoga sangat mencintainya.
Arumi tidak peduli dengan kemesraan yang dipertontonkan Yoga dan Gisel. Dia sengaja mengalihkan perhatian dengan bercanda dengan Royan, tujuan Arumi hanya satu, Royan tidak melihat hal yang tidak pantas untuknya.
"Dasar kampungan! Di depan anak kecil mereka mempertontonkan adegan dewasa, sungguh tidak tahu aturan!" batin Arumi kesal.
"Royan, ayo kita tunggu papa di luar," ajak Arumi pada Royan. Anak lelaki dengan kulit putih dan alis tebal itu mengikuti langkah Arumi
Di dalam mobil, Arumi sengaja tidak memperdulikan Yoga yang sedari tadi mencuri pandang dengannya. Arumi lebih memilih berbicara dengan Royan, dia sangat bahagia, rindu akan buah hatinya sedikit terobati.
Mobil Yoga sudah memasuki pelataran halaman sekolah, dia menghentikan mobilnya untuk menurunkan Royan dan Arumi
"Miss, untuk pulangnya nanti minta tolong Mang Ujang untuk menjemput, Saya berangkat dulu," ucap Yoga tanpa turun dari kursi kemudi.
Arumi hanya menganggukkan kepala tanpa menjawab perkataan Yoga. Di dalam hati Arumi masih ada amarah setelah melihat Yoga dan Gisel berciuman di depannya. Arumi dan Royan bergandengan tangan, layaknya seorang ibu dan anak kandungnya.
Yoga yang melihat dari dalam mobil hanya tersenyum kecut, alangkah bahagianya jika Gisel yang di posisi Arumi. Yoga memutar balik mobilnya menuju kantor. Di sepanjang jalan dia tersenyum membayangkan kedekatan Royan dan Arumi. Senyum dan wajah cantik Arumi menari di pelupuk matanya, hingga tidak sadar dia sudah sampai di halaman parkir kantornya.
"Selamat Pagi, Tuan," sapa Security yang berjaga di pintu gerbang masuk. Tanpa menjawab sapaan Security itu, Yoga memasuki kantor perusahaan milik Arumi yang dia rebut.
"Selamat Pagi, Tuan," sapa sekertaris Yoga-- Lusi. Yoga tersenyum dengan mesra dia meraih pinggang Lusi yang ramping, dilahapnya bibir Lusi dengan rakus.
"Tuan, sebentar lagi Tuan ada meeting dengan Tuan Andrew," ucap Lusi di sela ciuman panas mereka.
"Tenang, masih ada waktu tiga puluh menit, berikan aku sarapan dulu," balas Yoga dengan suara parau. Lusi hanya bisa pasrah saat Yoga menggendongnya menuju kamar pribadi Yoga. Deru nafas dan lenguhan menjadi satu, di pagi yang sibuk, mereka beradu peluh dan cairan syurga dunia.
"Terima kasih, Sayang. Kau lah wanita yang bisa membuatku puas," ucap Yoga keluar dari kamar mandi setelah pergumulan panas mereka.
"Dengan senang hati, Tuan. Jangan lupa transfer bulan ini seperti biasanya." Lusi menjawab sambil memunguti bajunya yang berserakan di lantai. Gegas Lusy masuk ke kamar mandi, sebentar lagi dia harus mendampingi Yoga meeting dengan Tuan Andrew.
Yoga dan Lusi sudah duduk di bangku kafe yang sudah ditentukan. Mereka menunggu Tuan Andrew sang pemilik perusahaan properti terbesar dan seorang dokter spesialis kulit. Dia adalah dokter yang membantu Arumi mencapai tujuannya.
"Selamat Pagi, Tuan." Yoga menyapa Andrew tatkala Andrew datang.
"Selamat Pagi, Tuan Yoga Ardana," balas Andrew. Dia menyambut tangan Yoga untuk bersalaman.
Andrew mengambil tempat duduk persis di depan Yoga. Di balik kacamata hitamnya, Andrew memindai lelaki yang telah tega menyakiti wanita. Andrew sengaja menjalin kerjasama dengan Yoga, agar bisa masuk ke dunia Arumi.
"Bagaimana kabar Anda, Tuan," tanya Yoga berbasa-basi. Dia harus bisa mengambil hati Andrew agar perusahaannya mendapat suntikan dana.
"Baik." Andrew menjawab dengan singkat. Dia merasa kesal dengan orang yang telah menyakiti Arumi.
Yoga menarik nafas pelan, pria di hadapannya ini memang terkenal dingin dan arogan.
"Boleh Saya tahu, apakah Anda sudah berkeluarga, Tuan?" tanya Andrew mendadak.
Pertanyaan Andrew membuat Yoga tersenyum, dia senang Andrew mulai menunjukkan sikap bersahabat.
"Sudah, Tuan. Saya juga sudah memiliki satu putra," jawab Yoga sopan.
"Baiklah, Langsung saja, Anda presentasikan tentang perusahaan Anda, Tuan." Andrew memberikan kesempatan Yoga untuk mempresentasikan tentang perusahaannya.
Andrew yang sebenarnya enggan menyimak, memilih bermain game di ponselnya sembari sesekali menatap Yoga yang terlihat serius.
"Bagaimana, Tuan? Apakah Anda tertarik dengan perusahaan kami?" tanya Yoga di akhir presentasinya.
Andrew terdiam sejenak, seolah dia sedang mempertimbangkan tawaran Yoga.
"Begini, Tuan Yoga. Saya terbiasa menjalin kerjasama dengan perusahaan lain setelah mengetahui keadaan keluarga klien kami, karena Saya yakin jika keluarga klien itu harmonis dan baik-baik saja, maka bisa dipastikan bahwa dia ornag yang terpercaya. Kesimpulannya, Saya akan memberi keputusan, saat Anda sudah siap mengundang Saya makan malam di rumah Anda, Tuan," jelas Andrew.
Yoga yang mendengar persyaratan dari Andrew merasa senang, dia yakin kalau dia bisa mendapatkan kontrak kerjasama dengan Andrew.
"Baiklah, Tuan. Malam ini Anda bisa datang makan malam di rumah saya," balas Yoga.
Andrew menyunggingkan senyum di ujung bibirnya, dia akan bisa bertemu dengan Arumi.
"Baiklah, Tuan. Saya pastikan akan meluangkan waktu untuk makan malam di rumah Anda," sahut Andrew. Mereka pun berjabat tangan dan kembali ke kantor masing -masing.
Setelah Andrew meninggalkan kafe itu, Yoga melakukan panggilan telepon dengan istrinya.
"Sayang, tolong kamu siapkan makan malam termewah di rumah kita, malam ini seorang investor akan datang ke rumah untuk makan malam. Dia akan memberikan keputusan kontrak kerjasama saat makan malam nanti, tolong kamu siapkan, Sayang. Apabila kontrak ini berhasil, kota akan untung banyak," ucap Yoga pada Gisel.
"Okey, akan aku siapkan, Mas," balas Gisel.
"Terima kasih, Sayang," ucap Yoga menutup pembicaraannya.
Yoga dan Lusi pun meninggalkan kafe tersebut, karena bahagia, Yoga merangkul Lusi dan Lusi pun membalas memeluk pinggang Yoga. Andrew yang masih berada di dalam mobil, tidak sengaja melihat kemesraan Yoga dan Lusi.
"Hmm ... Ternyata, ada affair antara sekretaris dan sang direktur," gumam Andrew manggut-manggut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nurmalina Gn
ooooo
membuang berlian demi memungut gumpalan kresek.
2024-01-08
1