Bab. 14. Bertemu Arumi

Andrew mendecih, dia semakin tidak menyukai karakter seorang Yoga. Andrew yakin pastilah nanti di rumah, Yoga dan istrinya akan bersikap layaknya keluarga yang harmonis. Namun, semua itu bukanlah alasan utama, bertemu dengan Arumi adalah alasan yang sesungguhnya.

"Arumi, tunggu kejutanku nanti malam. Malam ini aku akan membuat kejutan terindah untukmu." Andrew menjalankan mobilnya dengan semangat. Dia tidak sabar menunggu malam tiba.

Sementara itu di rumah Yoga, Gisel terlihat kesal. Hari ini dia ada janji dengan teman sosialitanya untuk perawatan di salon, tapi semua dia batalkan, lantaran Yoga meminta Gisel untuk mempersiapkan makan malam.

"Jeng Sherly, tolong sampaikan maafku pada teman-teman, ya. Aku tidak bisa ikut perawatan dulu, suamiku meminta aku mempersiapkan makan malam, ada seorang investor ingin menanamkan modal ke perusahaan suamiku," ucap Gisel pada Sherly melalui telepon.

"Iya, Jeng. Selamat, ya ... jangan lupa, traktir kita kalau sudah goal, okey?" balas Sherly.

"Siip ... tenang aja, jika berhasil pasti akan aku traktir kalian. Sudah dulu, ya. Aku mau siap-siap, takut mengecewakan investor itu,"

"Okey,"

Gisel menutup teleponnya, dia segera memerintah para pembantunya untuk mempersiapkan makan malam yang mewah.

"Mama ...." Royan memasuki rumah dan memeluk Gisel.

"Eh, anak mama sudah pulang. Ganti baju dan makan sana sama Mis Arumi," titah Gisel pada Royan. Dia tidak ingin Royan mengganggunya. Saat ini, Gisel sedang duduk di sofa sembari berbalas chat dengan temannya.

Royan nampak cemberut, dia ingin dekat dengan ibunya. Dia berharap ibunya mau menemaninya bermain atau sekedar menyuapinya makan.

Arumi yang mengetahui hal itu, Arumi mengajak Royan untuk masuk ke kamarnya.

"Mbak, Arumi ... Nanti malam tolong siapkan Royan, ada acara makan malam keluarga dengan seornag investor. Jangan sampai Royan mengacaukan semuanya," seru Gisel.

Arumi mengangguk tanda paham, dia melanjutkan langkahnya lagi menuju kamar Royan. Setelah menyuapi Royan, Arumi menidurkannya. Royan semakin nyaman dengan Arumi, tanpa membikin ulah, Royan menuruti semua ajakan Arumi.

Arumi beranjak dari ranjang Royan, dia membetulkan selimut dan guling Royan. Arumi menatap sendu ke wajah Royan yang imut, sungguh dia prihatin dengan nasib Royan. Anak yang seharusnya masih dalam buaian sang ibu, sudah dipaksa untuk mandiri.

"Mbak, tolong kamu bantu bik Ratih untuk menata semua hidangan di meja," teriak Gisel saat melihat Arumi keluar dari kamar Royan.

"Iya, Nyonya," jawab Arumi. Dia kesal, seenaknya Gisel menyuruh yang bukan menjadi tugasnya.

"Dasar, Valak! Nyuruh orang seenak jidatnya!" Gumam Arumi dalam hati. Dia segera menghampiri bik Inah yang sedang sibuk menata berbagai hidangan di meja makan.

"Sudahlah, Non. Biarkan bibik yang menata. Nona, istirahat saja. Toh, ini bukan tugas nona," ucap bik Ratih

Arumi tersenyum melihat bik Ratih tetap baik seperti dulu.

"Tidak apa-apa, Bik. Mey, senang kok." Arumi menjawab sambil menata buah di dalam keranjang.

"Nona, ini sama dengan nona majikan saya dulu, orangnya baik dan suka membantu Selain itu ornagnya keras kepala, kami sering bercanda bersama sambil memasak," lanjut bik Ratih.

Arumi menatap bik Ratih, dalam hati dia ingin berkata jika dia adalah Arumi yang sama.

"Iya, kah, Bik? Sepertinya bik Ratih sangat menyayanginya?" tanya Arumi menyelidik.

"Tentu, Nona. Saya sangat menyayanginya, beliau sudah bibik anggap sama seperti anak sendiri. Orang tuanya dulu telah menitipkan dia pada bibik," jawab bik Ratih sembari menyeka air matanya yang hendak menetes.

Arumi sangat terharu, dia ingin sekali memeluk wanita yang ada di sampingnya itu.

"Memang apa yang terjadi dengan beliau, Bik?" tanya Arumi.

"Panjang ceritanya, Non. Lain kali saja, karena takut di dengar oleh nyonya Gisel." Bik Ratih mengambil sayur yang sudah dia masak.

"Iya, Bik. Tidak apa-apa," balas Arumi dengan tersenyum, dia memaklumi alsan baik Inah.

Malam harinya ...

"Sayang, sudah siap semua?" tanya Yoga pada Gisel.

Gisel yang sedang berhias di depan cermin, mengangguk sembari merapikan penampilannya.

"Iya, Pa. Semua sudah beres," jawab Gisel.

"Ma, kenapa kau memakai pakaian seprti itu?" tanya Yoga saat melihat istrinya memakai baju dengan punggung yang terbuka.

"Kenapa, Pa? Aku hanya ingin terlihat elegan, masa sih seorang istri CEO dekil gak enak di lihat mata?" jawab Gisel tidak mau kalah.

Yoga diam sejenak, apa yang dikatakan istrinya memang ada benar, Yoga pun mengikuti apa mau istrinya.

"Ya, benar juga sih, Ma. Sudahlah, kita harus siap-siap. Kita ke depan, menyambut kedatangannya." Yoga menggandeng istrinya untuk menunggu Andrew di depan.

Royan sudah di pakaikan baju yang bagus oleh Arumi.

"Mis, kenapa aku harus pakai baju begini sih? gerah tahu," ucap Royan dengan bibir yang mengerucut. Arumi yang melihat ekspresi Royan pun berhenti sejenak dari mengancingkan baju Royan.

"Ini tuh atas perintah Mama, jadi kita harus ikutin perintah Mama, kita akan bermain bos dan putri yang kaya, kamu mau kan ikut permainan ini?" tanya Arumi. Dia mencari cara agar Royan tidak merasa tertekan dengan apa yang Gisel mau.

Royan terdiam sejenak, dia membayangkan bagaimana seorang bos besar. Setelah itu terbit senyum di ujung bibir mungilnya.

"Aku mau, Mis! Baiklah kita akan bermain bersama, Aku bosnya dan kamu putrinya, oke, Mis?" celoteh Royan.

Arumi senang dengan perubahan mood Royan, dengan anggukan Arumi menjawab pertanyaan Royan.

"Siap, Bos!" jawab Arumi dengan mengacungkan ibu jarinya.

Royan sudah berhasil Arumi tangani, kini dia mengganti baju yang dipakainya dengan baju yang diberikan Gisel. Semua penghuni rumah diminta Gisel untuk memakai baju yang dia berikan, agar terlihat mewah dipandang investor itu.

Bruum ...

Suara mobil sport memasuki halaman rumah Yoga. Security menunduk memberi hormat, Andrew dengan stelan jas hitam mahalnya, keluar dari dalam mobil. Dia mengedarkan pandangannya memindai rumah yang terkesan mewah itu.

"Hmm ... Lumayan juga seni arsitektur rumah ini, tidak aku kira, si songong itu bakal punya selera seni yang tinggi," gumam Andrew.

"Mari, Tuan. Silakan masuk," sambut security.

Andrew berjalan dengan penuh wibawa, dia sangat berbeda saat menjadi seorang dokter. Yoga lebih dulu menyambut Andrew di depan pintu masuk. Yoga dengan sedikit basa-basi mempersilakan Andrew masuk ke rumah.

"Silakan masuk, Tuan. Kami sudah mempersiapkan semuanya," sambut Yoga.

Andrew yang diikuti sekretarisnya-- Rohan, memasuki rumah Yoga. Mata Andrew memendar mencari sosok Arumi yang sedari tadi dicarinya. Namun, bukan Arumi yang keluar menyambut, melainkan Gisel sang nyonya rumah.

"Selamat datang, Tuan. Maaf, jika rumah kami tidaklah semegah rumah, Tuan." sambut Gisel.

"Siapa Anda, Nona?" ucap Andrew sembari menyodorkan tangannya pada Gisel.

Gisel yang melihat hal itu menjadi tersanjung, dia berpikir pastilah Andrew sedang terpesona dengan dirinya.

"Dia Gisel, Tuan. Istri tercinta Saya," potong Yoga memperkenalkan istrinya.

Andrew tersenyum, didalam hatinya dia sangat jijik dengan penampilan glamour Gisel.

"Pantas, suamimu berpaling darimu, Nyonya! Penampilanmu berlebihan," bathin Andrew.

Andrew melepas tangan Gisel, sebagai lelaki dia merasa malu, di depan suami dia berani berbuat kurang ajar.

Bruuk ...

Tubuh Andrew di tabrak seorang anak kecil yang sedang bermain dengan sosok gadis cantik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!