Bab. 3. Keguguran

"Gisel tunggu, Sayang." Yoga mencekal lengan Gisel yang hendak kabur darinya. Yoga lantas menjelaskan semua rencananya secara terperinci pada Gisel.

"Baiklah, Mas, asal kau berjanji setelah menyingkirkan Arumi, kau segera meresmikan pernikahan kita sah secara hukum dan agama.

"Tentu sayang, sungguh Aku sangat mencintaimu. Mas berjanji begitu Aku menceraikan Arumi dan menguasai seluruh hartanya maka pernikahan kita Mas legalkan secara hukum." Yoga memeluk Gisel, dia merasa senang karena Gisel akhirnya mau mengerti dan mau menerima menjadi istri pertamanya yang sah secara agama.

Setelah menghabiskan waktu bersama Gisel, Yoga bersiap memenuhi undangan Papa Arumi malam harinya untuk dinner bersama keluarga Arumi

"Nak Yoga, bagaimana apakah Kamu setuju jika pernikahan ini dipercepat? Kami sudah ingin menimang cucu," ucap Tuan Alan sembari menyesap teh herbal buatan istrinya. Tuan Alan memiliki penyakit diabetes melitus sehingga harus mengkonsumsi minuman tanpa gula.

Yoga menatap Arumi yang tertunduk malu, Yoga sangat membenci perempuan yang ada di samping Tuan Alan itu. Demi menuntaskan dendamnya dia harus berakting.

"Saya ikut apa kata Om Alan saja, bagaimana enaknya. Mama juga sudah menyetujui dan menyerahkan semua pada saya dan Arumi." Yoga menjawab dengan nafas yang berat. Bayang-bayang Gisel menangis masih hangat di pikirannya.

"Baiklah, semua akan kami persiapkan. Kau dan Arumi tinggal tahu beres saja," ucap Tuan Alan Papa Arumi dengan senyum yang merekah. Begitu pun dengan Arumi dia sangat bahagia akan segera menikah dengan lelaki pujaannya.

"Mas ... Kamu memikirkan Arumi?" tegur Gisel sembari menepuk pundak Yoga yang sedang melamun. Yoga tersenyum melihat Gisel yang cemburu. "Cemburu nih?" goda Yoga. Gisel dengan wajah cemberut meninggalkan Yoga. "Loh kok Mas ditinggal? Gisel ... Sayang jangan marah dong, Mas hanya goda dikit aja dah ngambek. Gak seru, ih! istri Mas satu-satunya ya kamu ini!" Yoga membuntuti Gisel dari belakang.

"Mas, jelas Aku cemburu. Sampai sekarang Aku belum Kau nikahi secara hukum!" rajuk Gisel. "Kan Mas, baru urus di KUA sayang. Sebentar lagi pasti keluar surat nikah kita." bujuk Yoga.

"Benarkah? Apa mas tidak bohong?" ragu Gisel.

"Tidak, karena Mas sudah mendapatkan tanda tangan Arumi untuk mengijinkan Mas menikhah lagi dan juga Mas mendapatkan tanda tangannya untuk semua pengalihan aset perusahaan dan rumah atas nama Mas," sombong Yoga.

"Wow, Mas hebat sekali ... Bagaimana bisa Mas mendapatkan tanda tangan Arumi tanpa dicurigai?" tanya Gisel lagi.

"Mudah dong, Mas bilang aja tanda tangan kerja sama dengan perusahaan lain hahaha ...." Yoga tertawa senang, dia begitu mudah membodohi Arumi yang lugu itu.

"Jadi sekarang kita adalah pemilik dari perusahaan raksasa itu Mas? Wow ... cubit Aku Mas!" Gisel sangat senang karena semua milik sahabatnya itu kini menjadi miliknya. Tidak sia-sia pengorbanannya selama ini.

"Aduh! Mas Sakit ...." Gisel memegangi hidungnya yang dicubit Yoga.

"Tadi katanya minta dicubit, sekarang marah?" Yoga merajuk, dia menghempaskan diri di ranjangnya. Pesta yang dia adakan hari ini sungguh membuatnya lelah dan sedikit mabuk. Gisel paham jika suaminya itu sedang merajuk, dengan perlahan Gisel membuka bajunya hingga tersisa dalaman yang melindungi dua aset berharganya.

Dengan genitnya dia merangkak menaiki tubuh Yoga yang terlentang. Sentuhan sensual Gisel berikan dengan lembut ke seluruh tubuh Yoga. Yoga yang mendapat serangan dari Gisel pun akhirnya roboh juga benteng pertahanannya. Dengan sigap Yoga membalikkan posisi, sekarang dia berada di atas tubuh Gisel.

"Ah, Emph ...." Gisel mendesah pelan tatkala bibir Yoga menyapu habis dua benda kenyal miliknya. Tubuh Gisel seolah candu bagi Yoga. Mereka pun mendesah dan mengerang bersama tanpa ada lagi yang mengganggu sebab terkadang disaat mereka sedang beradu peluh, Arumi menelpon Yoga untuk segera pulang.

"Come On Baby ... more faster!" racau Gisel berada di bawah kungkungan Yoga. Yoga semakin bersemangat seolah tidak ada beban lagi dalam hidupnya, dendamnya sudah terbalas dan sekarang dia bebas mau kapanpun bercinta dengan Gisel.

Sementara itu dibalik jeruji besi, Arumi duduk sambil memeluk kakinya. Tak hentinya air mata membasahi pipinya yang putih tapi tidak terawat. Hari-hari Arumi lalui dengan mengurus segala keperluan Yoga. Layaknya pembantu yang melayani majikannnya. Semua dari memakai sepatu saja, Arumi yang memakaikan. Mandi pun Arumi yang menyiapkan air hangat dan peralatan mandinya. Untuk baju pun semua Arumi yang siapkan.

Arumi terpaku menghadapi kenyataan yang dia hadapi saat ini. Dengan mata yang cekung dan membengkak Arumi dan tubuh yang sakit semua dia menjalani hari-harinya di dalam jeruji penjara. Dia bersumpah akan membalaskan sakit hati pada Yoga suaminya. Lelaki yang dulu dia puja ternyata lelaki yang paling brengsek.

"Aduh, perutku sakit ...." rintih Arumi. Dia memeluk perutnya dengan kedua tangannya. Dia pun berteriak, "Tolong ... Tolooong ... sakit!" Arumi mendekap tubuhnya karena bagian perut bawahnya seperti ditusuk -tusuk.

Mendengar teriakan Arumi para penjaga pun berdatangan dan menolong Arumi. Mereka membawa Arumi menuju klinik yang ada di dalam penjara. Dokter pun memeriksa keadaan Arumi yang masih meremas perutnya yang sakit.

"Tolong Nyonya, tolong kerja samanya ...." dokter meminta Arumi membuka baju atasnya untuk diperiksa.

"Sepertinya Nyonya mengalami kram perut, Saya curiga ada janin yang tumbuh di rahim Nyonya," ucap dokter itu sembari memeriksa denyut nadi Arumi.

Arumi tidak bisa mencerna apa yang dokter ucapkan karena dia masih merasakan sakit yang luar biasa.

"Anda saya rujuk ke rumah Sakit, nyonya, agar mendapatkan penanganan yang tepat. Sipir tolong antar Nyonya Arumi ke Rumah Sakit terdekat. Sipir wanita itupun dengan sigap menaikkan Arumi ke kursi roda untuk dibawa ke Rumah Sakit terekat dengan menggunakan ambulans.

Perjalanan dari penjara menuju rumah sakit hanya membutuhkan waktu dua puluh menit saja. Arumi segera dibawa masuk ke dalam IGD untuk mendapatkan penanganan.

Dokter pun memeriksa dengan teliti keadaan Arumi. "Nyonya maaf, anda harus segera di operasi untuk mengambil janin Anda yang sudah meninggal di dalam. Sepertinya ini sudah beberapa hari tidak diketahui akhirnya membuat infeksi rahim nyonya. Agar nyawa anda terselamatkan kita harus segera mengambil janin Anda, Nyonya," jelas dokter yang menangani Arumi.

Arumi terkejut dengan apa yang di sampaikan dokter IGD, dia pun berkata,"Lakukan saja dokter, Saya sudah ikhlas." Arumi menatap lemas ke arah dokter lelaki yang bertugas menanganinya. Setelah mendapat persetujuan dan tanda tangan Arumi untuk melakukan operasi, dokter tersebut pun bekerja sama dengan dokter spesialis lainnya segera melakukan operasi pada Arumi

"Maafkan mama nak, belum sempat mama memelukmu ternyata Tuhan berkehendak lain. Dia mengambilmu kembali dari rahim mama," gumam Arumi melemah seiring dengan hilangnya kesadaran karena pengaruh obat bius.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!