Gisel memandang Lita dengan pandangan yang takjub. Timbul keinginan mengetahui tentang kehidupan Lita.
"Beneran, Lita. Serius deh!"
"Lit, Ayolah ... Bagaimana caramu memuaskan diri? secara suamimu tidak mampu memenuhinya." Gisel bertanya kembali pada Lita.
"Kau tidak sabaran, ya? Lihat aku sedang konsentrasi mengemudi,"
"Ck, katakan saja! Tidak usah berbelit-belit deh!" gerutu Gisel.
"Ingin tahu biasa apa tahu banget?" goda Lita.
"Banget lah! Aku juga ingin merasakan apa yang kau rasakan, Kita!" rengek Gisel.
Lita melirik ke arah Gisel yang memasang wajah cemberut.
"Hahaha ... geli aku lihat kamu begitu, Sel! Baiklah aku spill sedikit aja ya, untuk selanjutnya entar pas kita sampai di Villa." Lita semakin membuat Gisel penasaran.
"Okey lah, spill aja aku dah seneng! Asal kamu janji kamu akan cerita semua saat di Villa nanti." Gisel mengalah yang terpenting dia bisa tahu semua saat di Villa nanti.
"Jadi aku mendapat kepuasaan itu dengan menyewa seorang berondong pemuda yang kerjaannya memuaskan wanita seperti kita ini," jawab Lita.
"Apa?!" teriak Gisel terkejut.
"Jangan teriak, Sel! Telingaku masih waras tahu!" protes Lita.
"Maksud kamu, kamu pakai jasa gigolo gitu?" tanya Gisel lagi. Dia sangat shock mendengar pengakuan Lita. Lita yang memiliki suami pejabat ternyata nekat melakukan hal seperti itu.
"Ya, semacam itulah," jawab Lita.
"Ah, Gila kamu! suami tahu tidak?" cecar Gisel lagi.
"Tidak. Mana sempat dia mengurusi aku. Dia sibuk dengan pekerjaannya, rapat sana, rapat sini. Kebutuhanku memang terpenuhi semua, tapi untuk yang satu itu dia tidak bisa memenuhinya. Jadi aku cari pelampiasan ke Rexy-- berondongku," jawab Lita santai.
"Wah, benar-benar nekat kau. Tapi kok aku jadi pengen juga merasakan bagaimana seperti itu ya? sayangnya aku sedang hamil, huft!" Gisel menghembuskan nafas kesal. Dia sebenarnya tidak menginginkan kehamilan ini. Namun, karena Yoga mendesaknya maka dia terpaksa menuruti kemauan Yoga.
"Memangnya kalau hamil tidak boleh bercinta? Bolehkan? Cari yang bisa main lembut, aku beruntung si Rexy selalu main lembut, tidak kasar. Asal kau tahu pisang si Rexy besar dan keras. Aku dibuatnya berkedip- kedip mantap sekali," Lita membayangkan permainan panasnya dengan Rexy.
Glek!
Gisel menelan ludahnya kasar. Membayangkannya saja sudah membuat area bawahnya mulai basah.
Sementara Gisel berfantasi liar dengan cerita Lita, mobil sudah memasuki area sebuah rumah besar. Rumah yang dijadikan titik kumpul.
"Sel, sudah jangan mengkhayal terus. Dah sampai nih, ayo turun!" ucap Lita menyadarkan Gisel yang masih asyik mengkhayal.
"Oh, sudah sampai ya! Hehehe ... ceritamu membuatku makin penasaran, Lita! Tidak sabar aku menunggu di Villa nanti," jawab Gisel dengan muka yang sudah merah menahan hasratnya.
"Hai, Silakan masuk Jeng Kita dan Jeng Gisel. Semua sudah kumpul lho, tinggal kalian berdua yang baru datang," sapa Maria--Ketua kumpulan.
"Maaf, tadi terjebak macet. Biasa ibukota memang tidak pernah istirahat!" sahut Lita memberi alasan.
Gisel dan Lita bergabung dengan teman-temannya. Setelah cipika dan cipiki ala ABG, mereka berkumpul untuk mempersiapkan semua perlengkapan untuk menginap beberapa hari di Villa Puncak.
"Semua sudah, Siap?" tanya Maria pada anggotanya.
"Siaap ...." sahut mereka serempak.
"Baiklah, mari kita berangkat. Jangan lupa beroda agar selamat sampai tujuan," ucap Maria lagi.
Semua bergegas memasukkan semua barang ke dalam mobil mereka masing-masing. Lita dan Gisel masih satu mobil, mereka masih asyik membahas tentang Rexy.
"Lita, udahan, ah. Ceritamu bikin darahku naik aja. Bisa panas tubuhku nanti," ucap Gisel merajuk.
"Hahaha ... Kamu itu lucu, Sel. Tapi tenang aja, aku akan booking Rexy untuk menemani kita," papar Lita. Dia memang berencana untuk membooking Rexy selama di Villa. Lita ingin menghabiskan malamnya bersama Rexy tanpa harus curi waktu dari suaminya. Dengan alasan acara arisan ibu-ibu sosialita, Lita meminta ijin suaminya.
"Lita! jangan gila, Kau! Apa kata teman-teman yang lain jika tahu kau bawa Rexy?" Gisel hampir saja terlonjak mendengar perkataan Lita yang ingin membawa Rexy ke Villa.
"Kenapa, Sel? Kamu belum tahu ya? Kalau teman-teman kita itu juga sama sepertiku. Dan Asala kau tahu merekalah yang ingin aku membawa Rexy, tentunya bersama teman berondong lainnya, hahaha ...." Lita tertawa melihat Gisel yang melongo.
Mobil rombongan melaju dan menderu membelah jalanan kota Jakarta yang padat. Matahari semakin terik, beberapa jam kemudian rombongan sudah sampai di Villa milik salah satu anggota. Ia adalah istri seorang pejabat yang kaya raya.
Lita dan Gisel menurunkan bawaannya. Mereka menuju masing-masing kamar yang sudah dibagi oleh ketua panitia. Dua orang mendapat satu kamar. Villa yang cukup luas dengan beberapa kamar di dalamnya mampu menampung dua puluh orang.
Villa itu sengaja dibangun untuk dijadikan tempat berkumpulnya keluarga besar sang pejabat. Lita dan Gisel mendapat kamar yang sama. Mereka beristirahat untuk melepas lelah selama perjalanan.
"Lita, apa kamu tidak takut kalau pemilik Villa ini marah karena membawa lelaki masuk tanpa ijin mereka," tanya Gisel saat mereka berdua merebahkan diri di ranjang.
Lita tersenyum menatap manik mata Gisel yang hitam pekat. Garis kecantikan masih ketara di wajah ibu muda satu ini. Gisel yang selalu rajin melakukan perawatan di salon kecantikan membuatnya lima tahun lebih muda dari usia yang sebenarnya.
"Kamu tidak perlu khawatir, di sini masih banyak kamar yang kosong. Si pemilik tidak akan peduli karena istrinya sendiri yang mengundang Rexy," jawab Lita.
Gisel mendelik, dia tidak percaya apa yang diucapkan oleh Lita. Istri pemilik villa yang ternyata membooking Rexy bersama teman-temannya.
"Gila! keren sekali Nyonya pejabat ini, benar-benar cerdas. Pesta arisan hanya kedok semata, di baliknya hanya dijadikan tempat pemuas nafsunya." Gisel bergumam sendiri.
"Lit ... Lita! Sialan, sudah tidur dia!" Gisel mencebik kesal saat menoleh ke samping sahabatnya sudah tidur pulas. Udara dingin dan sejuknya AC membuat Lita tertidur. Akhirnya Gisel pun memejamkan matanya menyusul Lita untuk tidur.
***
Malam Tiba ....
Di rumah Yoga.
Yoga menatap putranya yang tidur dengan pulas. Malam ini dia sendirian di kamar, akhirnya memutuskan untuk tidur di kamar Royan. Mata Yoga terbelalak ternyata Royan tidur bersama Arumi. Mereka saling berpelukan. Arumi yang niatnya hanya menidurkan Royan lalu akan pindah ke kamarnya sendiri, malah ketiduran.
Setelah memandangi wajah anaknya, Yoga beralih menatap wajah Arumi yang terlihat sangat cantik saat tidur. Yoga memindai tubuh Arumi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Beruntunglah Arumi memakai piyama dengan celana panjang. Arumi sengaja selalu memakai setelan piyama dengan celana panjang saat bekerja di rumah Yoga, untuk menghindari jika tanpa sengaja dia tertidur di kamar Royan.
Glek!
Yoga sebagai lelaki normal yang memiliki nafsu, dia menahan gejolak dadanya yang berdebar saat menatap bibir Arumi. Perlahan dia mendekat ke arah Arumi lalu mengusap rambut Arumi. Yoga mendaratkan kecupan ke bibir Arumi yang ranum, akan tetapi tiba-tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments