Arumi menatap langit-langit kamar rawat inapnya setelah tiga jam lalu dia dioperasi. "Bagaimana kabar Nyonya? ada yang dikeluhkan?" Seorang dokter muda nan tampan menghampiri Arumi yang masih diam dengan tatapan kosong.
"Baik, Dok," jawab Arumi singkat. Dia masih shock dengan kejadian yang menimpa hidupnya. Sang dokter tampan itu tersenyum sambil memeriksa tekanan darah Arumi. Arumi yang dingin dan cuek tidak menggubris semua yang dokter itu lakukan.
"Cantik juga wanita ini, sayang dia baru kehilangan anaknya," batin dokter yang bernama Andrew itu, terlihat dari tag name yang dia pakai.
"Nyonya, jika anda besok sudah merasa sehat, maka Anda bisa pulang," ucap dokter Andrew dengan senyum yang ramah. Mendengar kata pulang, mendadak Arumi menoleh ke arah dokter tampan itu lalu menatap tajam ke arah sang dokter.
"Bukannya Nyonya senang jika sudah di perbolehkan pulang?" lanjut dokter itu lagi.
"Dok, tolong jangan ijinkan Saya pulang. Saya tidak ingin kembali ke penjara lagi." Arumi memegang kedua tangan dokter tersebut dengan kedua tangannya dan menatap sendu memohon pada sang dokter.
Dokter Andrew terkejut dan membelalakkan matanya. Ada desir aneh yang merambat dari tangan Arumi menuju hatinya. "Tolong dok, tolong saya," pinta Arumi penuh harap. Berharap dokter tampan itu mau membantunya.
"Maaf, Nyonya. Masalah nyonya tidaklah mudah karena ada polisi yang berjaga di depan. Nyonya tidaknakan bisa kabur dari mereka. Lebih baik nyonya mengikuti semua prosedur hukum dengan baik," tolak dokter Andrew.
Mendengar penolakan dokter tersebut, Arumi menjadi sedih. Kini tidak ada lagi yang bisa dia mintai bantuan. Pengacara ayahnya dulu pun sudah tidak ada kabar lagi entah kemana. Apa yang bisa Arumi harapkan sekarang, semua jalan sudah buntu. Arumi menangkupkan kedua tangannya menutupi wajahnya lalu menangis pilu.
Dokter Andrew yang melihat Arumi menangis pun hatinya mulai tersentuh, ada keinginan untuk membantu pasien yang ada di depannya ini. Hatinya tergerak untuk membantu pasiennya ini.
"Maaf, Nyonya, memangnya kasus apa yang menimpa nyonya hingga nyonya berurusan dengan polisi? Maaf jika tidak berkenan boleh tidak menjawab," tanya dokter Andrew sambil meraih kursi tunggu lalu duduk di samping Arumi.
Arumi menatap dokter Andrew dengan binar yang terbit di ujung matanya. "Panggil saya Arumi, Dok. Jangan memanggil nyonya. Diri ini sudah tidak berhak menyandang gelar nyonya lagi semenjak suami saya melaporkan saya ke polisi," ucap Arumi dengan senyum tipis di bibirnya yang masih agak pucat.
Dokter Andrew semakin terkesima melihat Arumi yang begitu polos menceritakan kisah hidupnya. Bibir Arumi yang imut mampu menghipnotis dokter Andrew hingga dia lupa akan jadwal kunjungan ke pasien berikutnya. Tidak biasanya seorang dokter Andrew yang terkenal dingin dan disiplin mau berlama-lama di ruang pasien.
Tok Tok ...
Pintu kamar rawat Arumi diketuk dari depan. Arumi pun menghentikan ceritanya. "Ada tamu, Dok," seru Arumi membuyarkan lamunan dokter Andrew yang asyik mendengar kisah hidupnya.
"Oh, Iya," jawab dokter Andrew dia bangkit dari duduknya. Arumi melongo melihat perawat itu menghampiri dokter Andrew. Dia merasa tidak rela bila dokter Andrew meninggalkannya. Melihat Arumi yang menatap sendu ke arahnya, dokter Andrew pun berkata, "Arumi, nanti kalau sudah selesai jam tugasku, aku akan menjengukmu lagi. Kamu istirahat dulu agar terkumpul tenaga untuk bercerita," ucap dokter Andrew membuat Arumi tersenyum senang.
Arumi menatap punggung dokter Andrew dan perawat itu meninggalkan kamarnya. Ada sedikit perasaan bahagia yang menyelinap dihatinya, minim masih ada yang mau mendengarkan curahan hatinya yang sekarang ini sedang butuh teman untuk berbagi.
"Ya Allah, Semoga ada keadilan untukku," do'a Arumi setelah dia shalat sambil tiduran. Arumi sosok gadis yang selalu menjaga shalatnya. Menurut ajaran Papanya dulu, walau di situasi sulit sekalipun jangan pernah meninggalkan sholat lima waktu.
***
Jam menunjukkan pukul 4 sore, waktunya dokter Andrew selesai bertugas. Dokter Andrew seorang dokter Umum yang bertugas di Rumah Sakit tempat Arumi di rawat. Selain sebagai dokter Umum, dokter Andrew saat ini sedang melanjutkan studinya mengambil spesialis kulit dan sudah di semester akhir. Tinggal beberapa bulan lagi dia lulus, dan untuk itu dia membutuhkan seseorang untuk dijadikan pasien prakteknya.
Dokter Andrew mendatangi kamar Arumi, dia ingin bekerja sama dengan Arumi. Menawarkan kesepakatan yang saling menguntungkan. Tapi itu semua kembali pada Arumi mau menerima tawarannya atau tidak. Dokter Andrew bergegas ke kamar Arumi.
Tok Tok ...
"Siapa?" tanya Arumi dari dalam.
"Nyonya, dokter Andrew ingin mengunjungi Anda," sahut petugas penjaga kamar Arumi dari kepolisian.
"Baiklah, silakan masuk, Dok," jawab Metal bersemangat. Dia bahagia karena dokter Andrew menepati janjinya.
Dokter Andrew masuk ke kamar Arumi dengan membawa setangkai mawar merah yang dia bawa dari ruang kerjanya. Selain tampan dan cerdas, dokter Andrew sangat menyukai bunga yang berbau harum. Tak pelak lagi banyak suster dan dokter wanita yang mengidolakannya.
"Selamat sore, Arumi," sapa dokter Andrew.
"Selamat sore, Dok." Arumi menyambut dokter Andrew dengan tersenyum. Senyum yang paling indah sejak terakhir kali dia menikah dengan Yoga.
"Bagaimana keadaanmu, Arumi?" tanya dokter Andrew lagi.
"Alhamdulillah baik, Dok," jawab Arumi polos. Dokter Andrew tersenyum dan gemas dengan raut wajah Arumi yang imut menurutnya. Tapi sayang ada beberapa luka lebam di pipinya mungkin akibat perbuatan para napi yang lain.
"Ini untukmu, Arumi. Secantik wajah wanita yang ada di depanku ini." dokter Andrew memberikan bunga mawar tersebut pada Arumi. Arumi menerima dengan senang hati, dia bersyukur masih ada orang yang peduli dengannya.
"Terima kasih dok," ucap Arumi sembari mencium harum wangi bunga mawar pemberian dokter Andrew.
"Mey, obrolan kita tadi pagi terputus. Maaf ya, Arumi, karena tugas memanggilku. Sekarang Aku sudah selesai bertugas, kalau ingin bercerita Aku siap mendengarnya, Arumi," ucap dokter Andrew sembari menarik bangku kursi lalu duduk di samping ranjang Arumi. Mendengar ucapan dokter Andrew, Arumi kembali melanjutkan ceritanya yang tadi pagi sempat terputus. Dengan semangat Arumi menceritakan dengan sesekali dia mengusap air mata yang menetes di pipinya.
Dokter Andrew dengan seksama mendengarkan cerita Arumi yang menurutnya sangat menarik dan membuatnya terharu. Di akhir cerita Arumi, dokter Andrew berkata," Arumi, tidakkah kau ingin balas dendam pada suamimu itu?" tangan dokter Andrew mengepal ikut merasa emosi dengan lelaki yang bernama Yoga itu.
"Maksud, Dokter?" tanya Arumi belum mengerti arah pembicaraan dokter Andrew.
"Yah, balas dendam dengan perbuatan suamimu itu," sahut dokter Andrew.
"Jelas dok, Aku sangat ingin membalasnya. Aku tidak ikhlas jika perusahaan Papa diakuinya sebagai milik dia dan istrinya itu," jawab Arumi dengan mata yang menyala penuh dendam.
"Aku bisa membantumu," ucap dokter Andrew lagi.
Arumi menatap dokter Andrew dengan tatapan kurang yakin, karena mana ada orang yang dengan suka rela mau membantunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Dam Ar
semangat arumi
2023-11-20
1