Bab. 12. Gisel Berubah

Dugh ...

Bola Royan mengenai tubuh Yoga. Yoga tersadar dari fantasi liarnya.

"Papa ... Kenapa Papa tidak menangkap bolanya!" hardik Royan pada Yoga. Sikap Royan yang seenaknya, mencerminkan anak yang tidak diajarkan sopan santun oleh kedua orang tuanya.

Yoga tergagap dan mengalihkan pandangannya pada Royan. Tidak ads marah dalam diri Yoga. Kecintaan pada anaknya melupakan kaidah sesungguhnya seorang orang tua bagi anak.

"Royan, Papa tidak lihat. Kamu main sama Mis Arumi, ya. Papa mau pergi dulu." Yoga berlalu pergi begitu saja dari depan Royan. Royan mendengkus kesal, dia mengharapkan ayahnya mau bermain, tapi ternyata tidaklah sesuai harapannya.

Arumi menghampiri Royan yang menekuk wajahnya. "Royan, papa sedang banyak kerjaan. Apa Royan mau mendengarkan cerita Miss tentang para pemain sepak bola?" tanya Arumi pada Royan. Langkah pertama Arumi mendapatkan hati Royan mulai dia lakukan.

Royan menatap mata Arumi dengan tatapan yang senang, pasalnya Royan sangat menyukai cerita tentang sepak bola.

"Ayo,Miss." Royan menarik tangan Arumi masuk ke dalam kamarnya. Arumi duduk di tepi ranjang Royan. Anak kecil itu mengambil tempat di tengah Ranjang sambil tiduran.

Arumi tersenyum,lalu mulai bercerita. Royan mendengarkan dengan serius semua cerita Arumi.

Sesekali Royan tertawa mendengar cerita Arumi yang terdengar lucu baginya. Malam yang telah merangkak jauh menuju perputarannya, membuat Royan tertidur sembari meletakkan kepalanya di pangkuan Arumi.

"Huft ... akhirnya tertidur juga kau, bocah! Sungguh kasihan, papa dan mamamu tidak mengantarkan tidurmu," gumam Arumi pelan. Dia mengusap kepala Royan yang tertidur pulas.

Sementara itu di kamar Gisel, dia sedang asyik memainkan gawainya sambil rebahan. Gisel senang bercanda ria dan pamer kekayaan pada teman sosialitanya. Dia selalu mengunggah postingan tentang barang yang berhasil dia beli ke dalam status dan group WA nya.

"Aduh, Jeng. Bagus sekali kalung berliannya" pesan Rima--teman sosialita Gisel.

"Ah, Biasa saja ... ini kalung berlian entah keberapa pemberian suami. Belinya di luar negri lho ...." Gisel membalas chat di group.

Gisel yang tengah asyik berkirim pesan, tidak memperhatikan Yoga yang sedang menatapnya. Yoga sangat kecewa dengan Gisel lantaran Gisel lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sosialitanya. Yoga pun memilih tidur membelakangi Gisel, sudah beberapa kali Gisel menolaknya untuk melakukan hubungan suami istri, dengan alasan kehamilannya.

Keesokan harinya ...

"Sayang, tolong siapkan kemejaku, ya ... pagi ini aku ada rapat dengan klien, aku tidak mau terlambat!" ucap Yoga sembari masuk ke kamar mandi. Gisel yang malas membantu Yoga, memilih memanggil Arumi melalui ponselnya.

"Mbak, cepat datang ke sini, ada perintah untukmu!" pesan Gisel untuk Arumi.

Arumi yang kebetulan sedang memegang HP membuka notif pesan masuk lalu membacanya. Senyum devil bertengger di bibir Arumi.

"Kau sendiri yang memuluskan jalanku, manis!" gumam Arumi seraya mengetik, membalas pesan Gisel.

"Ya, Nyonya." Arumi mematikan ponselnya lalu keluar dari kamarnya menuju kamar Gisel dan Yoga.

Tok .. Tok ....

Arumi mengetuk pintu kamar Gisel. "Masuk!" suara Gisel terdengar hingga luar kamar. Arumi melangkahkan kaki di kamar yang dulu dia pakai bersama Yoga.

Bedanya kini cat yang dulu berwarna cream, berubah menjadi warna silver. Ornamen dan furniture menunjukkan kemegahan kamarnya sekarang.

Gemericik suara shower di kamar mandi membuat Arumi tahu kalau Yoga sedang di kamar mandi, sementara itu Gisel masih asyik bermalasan di ranjangnya.

"Permisi, Nyonya. Apa yang bisa saya bantu?" ucap Arumi sambil menunduk.

Tanpa melihat ke arah Arumi, Gisel memberi perintah. "Mulai hari ini, setiap pagi kau siapkan kemeja beserta celana juga sepatu Tuan Yoga. Semua persiapan kantor suamiku harus sudah kau siapkan tanpa harus aku memanggilmu, paham?" titah Gisel.

"Iya, Nyonya," jawab Arumi senang. Misinya membuat Yoga hancur sudah dimulai. Berawal dari membuag Royan simpati lalu merusak hubungan Yoga dan Gisel.

"Semua sudah ada di lemari, kamu tinggal mengambil dan menaruhnya di dekat meja rias itu."Gisel memberi perintah sambil asyik memainkan gawainya.

Arumi yang sudah hafal letak semua keperluan Yoga, memberikan keuntungan pada Arumi.

"Hmm ... kasihan kau, Mas. Tatanan bajumu pun masih sama, walaupun begitu kau sangat mencintai wanita itu. Wanita yang sudah menghancurkan pernikahan kita," batin Arumi sendu. Namun, dia tidak boleh kalah dengan perasaannya. Arumi bertekad akan membalas semua sakit hatinya.

Arumi memilih baju dan celana yang serasi, pun demikian dengan dasinya. Sepatu dan tas kerja Yoga juga sudah, tersedia rapi di tempat biasa Arumi meletakkan semua keperluan Yoga. Setelah selesai, Arumi bergegas kembali ke kamarnya untuk bersiap mengantar Royan sekolah.

"Nyonya, semua sudah saya siapkan. Saya pamit dulu, bersiap menghantar Royan ke sekolah." Arumi berpamitan pada Gisel sebelum keluar kamar.

"Hem," jawab Gisel acuh.

Tidak lama Arumi keluar dari kamar Gisel, Yoga pun keluar dari kamar mandi. Dia amat senang melihat semua pakaian dan keperluannya ke kantor sudah siap.

"Terima kasih, Sayang. Senang deh, kamu kembali mau mempersiapkan semua keperluanku ke kantor," ucap Yoga sembari mengeringkan rambutnya yang masih basah.

"Iya, Mas. Sudah jadi kewajiban ku, kok ...," jawba Gisel pura-pura tersenyum.

"Mas, hari Minggu besok, aku mau arisan bersama teman -temanku. Mungkin pulang malam, karena ada pesta syukuran temanku yang melepas masa lajangnya," ucap Gisel sembari duduk di ranjang. Namun, Yoga yang diajak bicara tidak merespon. Dia sibuk mengamati kemeja dan celana juga dasi yang bisa serasi. Mengingatkannya pada kebiasaan Arumi istri pertamanya dulu.

"Mas ... Kamu kenapa sih?" tanya Gisel dengan nada agak tinggi.

"Eh, Iya ... ada apa, Sayang?" tanya Yoga kemudian.

"Mas ini kenapa? Tidak mendengar apa yang aku ucapkan tadi?" bentak Gisel. Hal itu membuat Yoga merasa tidak enak.

"Maaf, Sayang. Aku barusan mengingat apanyang harus aku siapkan untuk rapat nanti," elak Yoga, memberi alasan agar Gisel tidak curiga.

Gisel lega, sempat dia curiga melihat Yoga yang memandangi kemeja yang disiapkan Arumi.

"Terus bagaimana? Mas mengijinkan Gisel pergi bersama teman-teman kan?" tanya Gisel lagi.

Yoga mengerutkan dahinya, dia ragu mengijinkan Gisel pergi, mengingat dia sedang hamil muda.

"Kamu kan lagi hamil, Sayang? Apa tidak apa-apa jika pergi ke acara itu?" tanya Yoga mengingatkan Gisel.

"Emangnya kenapa, Mas? 'kan kandunganku kuat- kuat saja kok. Tidak ada masalah." Gisel memberi alasan pada Yoga. Gisel perempuan yang keras kepala. Semua yang dia inginkan harus bisa dipenuhi.

"Royan tidak kamu ajak?" Yoga bertanya sembari memakai dasinya. Dasi favorit kesukaan Arumi. "Sekarang kan sudah ada pengasuh, buat apa Royan ikut? Di sana nanti aku malah repot mengurus Royan yang mas tahu sendiri kan, bagaimana dia?" jawab Gisel santai.

Yoga menatap Gisel tajam, dia tidak menyangka Gisel akan meninggalkan Royan begitu saja dengan orang yang baru dikenal.

Terpopuler

Comments

Dam Ar

Dam Ar

dasar ibu g,ada ahklak

2023-11-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!