Ratu Ivana memang benar, tidak semua hal perlu diketahui para peri sekarang. Terutama tentang hubungan Dewa dan Bidadari. Itu hanya akan melemahkan posisinya sebagai Raja Dewa gadungan.
Karena kedekatan beberapa waktu dengan Ratu Ivana, Bejo jadi mengatakan beberapa hal yang tak perlu disampaikan.
Ini cukup berbahaya, lama lama Bejo bisa membongkar seluruh rahasianya sendiri pada Ratu Ivana.
"Tuan, mengapa Ivana tidak merasa kelelahan seperti sebelumnya? Tubuhku bahkan lebih nyaman." tanya ratu Ivana merasa sedikit heran.
"Apakah aku harus selalu mengarang cerita?" pikir Bejo dalam hati dan hanya melirik Ratu Ivana tanpa mau menjawab.
"Tuan, pada siapa lagi Ivana bisa bertanya selain tuan?" ucap Ratu Ivana mencoba merayu melihat Bejo yang terlihat enggan menjawab.
"Wanita memang sangat bawel bila sudah mulai bertanya" Bejo hanya bisa mengeluh dalam hati.
"Sebelumnya kamu hanya menggunakan langsung energi di sekitar mu tanpa menyerap dulu kedalam tubuh, tentu saja kamu kelelahan" jawab Bejo menjelaskan.
"Saat menyelamatkan Zara dan Ratih, kamu terlebih dulu menyerap energi alam kedalam tubuhmu dan memadukannya dengan kekuatanmu sendiri."
"Sebagian besar energi yang kamu serap masih tersisa di tubuhmu. Tentu saja kamu merasa lebih nyaman" jawab Bejo kembali bertindak seperti seorang guru.
"Jadi itu cara menggunakan kekuatan bidadari yang benar?"
"Mengapa tuan tidak menyampaikannya sejak awal?" ucap Ratu Ivana merasa Bejo sengaja.
"Apakah aku harus selalu mengajari mu?" Jawab Bejo kesal karena merasa dituduh.
"Tuan, tolong jangan marah." Ucap Ratu Ivana tersenyum manis.
"Aku sedang menghitung kesalahan mu. Jika waktunya tiba, aku akan memberimu hukuman beruntun" ancam Bejo dengan senyum yang terasa menyeramkan.
"Hukuman beruntun?" Ratu Ivana jadi merasa ngeri mendengarnya.
"Apakah kamu sekarang takut?" ledek Bejo yang langsung tertawa kencang.
Bejo segera bangkit dan melangkah pergi meninggalkan Tempat Suci Peri. Dia sudah sangat tak tahan sejak tadi memandangi para peri cantik di hadapannya.
Melihat tuannya pergi begitu saja, Ratu Ivana bergegas menyusul. Dia bahkan tidak mempedulikan para peri yang sejak tadi terbengong menyaksikan mereka berdua.
Ratu dan tuan, mengapa bisa begitu dekat? Bisik para peri yang sangat iri dengan kemesraan mereka.
Terutama peri Zara dan Peri Ratih. Mereka bahkan tidak sedekat itu, meski telah menjalani ritual bersama tuannya.
Para peri pun segera membubarkan diri begitu melihat tuannya pergi.
...
"Apakah tuan marah pada Ivana?" tanya Ratu Ivana setelah berhasil menyusul Bejo ke kamar pribadinya.
"Mana mungkin aku bisa marah pada wanita secantik kamu." kata Bejo yang tersenyum nakal.
"Lalu mengapa tuan langsung meninggalkan Ivana?" ucap Ratu Ivana dengan pipi sedikit memerah.
"Aku hanya menjaga perasaan para peri lain" jawab Bejo mencoba menjelaskan tindakannya.
Mendengar penjelasan singkat tuannya ini, Ratu Ivana jadi tersadar. Sejak tadi dia terlalu fokus pada tuannya hingga tidak memikirkan perasaan para peri lain.
Dia bahkan meninggalkan mereka begitu saja di Tempat Suci tanpa sepatah kata pun dan buru buru mengejar Bejo.
Kedekatan dengan tuannya seolah membuat Ratu Ivana melupakan posisinya sebagai Ratu Peri. Dia kini merasa beberapa perubahan pada dirinya.
"Setiap Ritual memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing. Jangan tersesat dan kehilangan arah" kata Bejo menasehati Ratu Ivana.
"Apakah Ritual Pengendali Kekuatan juga memiliki kekurangan" tanya Ratu Ivana.
"Kelebihan juga sekaligus merupakan kekurangannya. Tergantung bagaimana kita menyikapi." jawab Bejo dengan tersenyum.
"Biasakan tuan mengatakan dengan lebih jelas. Bagaimana kelebihan bisa menjadi kekurangan?" Ratu Ivana terlihat makin tidak mengerti.
"Kelebihan dari Ritual itu adalah membuat kita bisa mendapatkan ketenangan dan kenyamanan."
"Namun, kita sering jadi mengabaikan hal lain bahkan tanggung jawab" Bejo berusaha menjelaskan dengan sabar.
"Ternyata ritual itu begitu rumit" kata Ratu Ivana mulai sadar.
Segala hal tidak semudah yang dia lihat.
"Apanya yang rumit? Itu hanya hal dasar yang paling sederhana" ucap Bejo dengan santai.
"Tuan, bolehkah Ivana bertanya lagi?" ucap Ratu Ivana yang merasa telah sering merepotkan tuannya.
"Kamu bisa bertanya apapun dan kapanpun." jawab Bejo sambil bersandar di kursi kamarnya.
"Mengapa tuan begitu bijaksana?" tanya Ratu Ivana tersenyum setelah mendengar ucapan Bejo.
"Apakah itu juga pertanyaan?" kata Bejo kesal dan menyesali ucapan sebelumnya.
"Ivana ingin bisa seperti tuan" jawab ratu Ivana dengan sungguh sungguh.
"Jadilah dirimu sendiri, tidak perlu meniru siapapun."
"Kekuranganmu kadang merupakan hal baik bagi orang lain." ucap Bejo sambil menikmati suasana santainya.
"Bagaimana kekurangan Ivana bisa jadi hal baik untuk orang lain?" tanya Ratu Ivana yang merasa bingung.
"Apakah aku akan terlihat pintar jika kamu tidak terus bertanya?" tanya Bejo tersenyum senang berhasil menggoda Ratu Ivana.
"Maksud tuan, karena Ivana bodoh tuan jadi bisa terlihat pintar?" tanya Ratu Ivana merasa dibodohi.
"Kamu yang mengatakannya, bukan aku" kata Bejo tertawa kencang karena sengat senang.
Namun melihat Ratu Ivana yang malah tersenyum, Bejo jadi langsung menghentikan tawanya.
"Mengapa kamu malah tersenyum?" tanya Bejo yang merasa aneh.
"Tuan terlihat begitu bahagia, tentu saja Ivana tersenyum. Mengapa tuan terlihat tidak senang?" jawab Ratu Ivana dengan senyum makin menawan.
"Aku sedang membuatmu kesal, dan kamu malah tersenyum. Bagaimana aku bisa terlihat senang?" jawab Bejo jadi sedikit kesal.
"Mengapa tuan marah, bukankah Ivana memang bodoh?" ucap Ratu Ivana tersenyum seakan meledek Bejo.
"Aku ternyata lebih bodoh darimu" kata Bejo menghela nafas karena merasa terjebak.
"Apakah tuan ingin melakukan Ritual dengan Najwa sekarang?" tanya Ratu Ivana melihat Bejo sedikit lesu.
"Entahlah, aku sedikit tidak bersemangat" ucap Bejo tidak seantusias biasanya.
"Tuan terlihat gelisah, apa ada sesuatu?" tanya Ratu Ivana mencoba menghibur Bejo.
"Mengapa kamu begitu peduli?" tanya Bejo sedikit cemas.
Entah mengapa, Bejo merasa Ratu Ivana jadi semakin pintar. Dia merasa sedikit terancam.
Bejo memang merasa hatinya sedikit gelisah. Mungkin karena dia mulai merasa bersalah menipu para peri.
Semenjak memiliki kekuatan misteriusnya, Bejo seperti menjadi lebih bijaksana. Dia kini sering merasa berat saat mengatakan suatu kebohongan.
"Jika ada yang menggangu pikiran tuan, bagi saja dengan Ivana" ucap Ratu Ivana tersenyum menawan.
"Dia membalikkan kata kataku? Benar benar wanita yang berbahaya" pikir Bejo dalam hati hingga diam terpaku.
"Aku ingin menanyakan sesuatu" kata Bejo setelah mengingat sesuatu.
Bejo pun berjalan ke lemari kecil di kamarnya dan mengambil sebuah buku.
"Buku apa ini? Mengapa halamannya kosong?" tanya Bejo menyerahkan sebuah buku lusuh pada Ratu Ivana.
"Entahlah, buku ini memang kosong" jawab singkat ratu Ivana melihat buku yang diberikan Bejo.
"Aneh, mengapa bidadari menyimpan buku kosong?" Bejo mulai penasaran.
"Dulu bidadari seperti sering membacanya" kata Ratu Ivana seperti mengingat sesuatu.
"Mengapa orang membaca buku kosong?" saat selesai bicara Bejo dan Ratu Ivana saling memandang seperti menyadari sesuatu.
"Mungkin buku ini tidak benar benar kosong" kata Ratu Ivana menyampaikan dugaannya.
Bejo juga memikirkan hal yang sama.
"Coba tuangkan kekuatan bidadari mu" kata Bejo menyarankan.
Ratu Ivana mengangguk dan memejamkan mata, mencoba menyalurkan kekuatan Bidadari pada buku kosong di tangannya.
Setelah selesai, Ratu Ivana perlahan membuka halaman buku di tangannya.
"Ternyata benar, buku ini tidak kosong" kata Ratu Ivana tersenyum.
"Benarkah?" kata Bejo sedikit heran.
Di mata Bejo, halaman buku itu masih terlihat kosong seperti sebelumnya.
"Tuan tidak melihat tulisannya?" tanya Ratu Ivana heran melihat reaksi Bejo.
Bejo hanya menggelengkan kepalanya.
"Coba tuan juga menyalurkan kekuatan tuan." ucap Ratu Ivana.
Bejo pun mengarahkan tangannya ke buku itu dan mencoba menyalurkan kekuatannya.
Namun setelah beberapa saat, Bejo masih tidak bisa melihat tulisan di buku lusuh itu.
"Tidak berhasil" kata Bejo menggelengkan kepalanya.
"Benarkah? Aneh" kata Ratu Ivana sedikit heran.
Jika dia bisa membaca setelah menyalurkan kekuatan Bidadarinya, mengapa tuannya tidak bisa meski dengan kekuatan dewanya?
"Tidak ada yang aneh. Buku itu mungkin di khususkan bagi para bidadari" jawab Bejo memahami alasan tidak bisa membaca buku itu.
"Tuan ingin Ivana membacakan untuk tuan?" tanya Ratu Ivana menawarkan.
"Tidak perlu. Simpan dan pelajarilah" kata Bejo menghilangkan rasa penasarannya.
Karena buku itu di khususkan bagi bidadari, itu pasti tidak berguna baginya. Bejo tidak mau melakukan hal yang sia sia.
"Apakah tuan bosan bersama Ivana?" tanya Ratu Ivana menyadarkan Bejo yang sedikit melamun.
"Jika bosan, aku sudah meminta mu pergi. Banyak wanita cantik sedang menunggu ku" kata Bejo memaksakan tersenyum karena takut Ratu Ivana salah paham.
"Tuan, setiap orang punya Rahasia. Bila tidak bisa dibagi dengan Ivana, lebih baik dikesampingkan" Ucap Ratu Ivana menatap Bejo dengan tersenyum penuh arti.
"Apakah dia tau rahasiaku?" pikir Bejo dalam hati yang membuatnya makin tidak tenang.
"Kamu benar, aku terlalu memikirkan hal yang tidak perlu" kata Bejo menghela nafas menutupi kegelisahannya.
"Tuan adalah Raja Dewa, tentu banyak hal yang dipikirkan. Maaf jika Ivana tidak bisa membantu tuan" ucap Ratu Ivana mencoba sedikit menghibur.
"Aku punya tugas untukmu." kata Bejo setelah sedikit menenangkan diri.
"Tuan ingin Ivana memeriksa setiap peri setelah ritual?" tebak Ratu Ivana.
Selain hal itu, Ratu Ivana merasa tuannya tidak akan meminta bantuannya.
"Benar, aku tidak ingin ada kecelakaan seperti sebelumnya." kata Bejo mengiyakan tebakan Ratu Ivana.
"Keselamatan mereka juga tanggung jawab Ivana sebagai Ratu Peri" jawab Ratu Ivana menenangkan tuannya.
Bejo hanya mengangguk ringan.
"Raja Iblis mungkin belum mati" kata Bejo dengan bermartabat.
"Benarkah?" Ratu Ivana sangat kaget mendengar ucapan asal Bejo.
"Dia sangat kuat. Jika aku bisa selamat, mungkin saja dia juga" Kata Bejo mengarang cerita.
"Jadi itu yang membuat tuan gelisah?" tanya Ratu Ivana menduga.
Mengapa jadi ke arah situ? Bukan itu tujuanku. Pikir Bejo dalam hati.
"Benar, aku tidak tau keadaan di Dunia Dewa saat ini. Jadi aku sedikit khawatir" kata Bejo terpaksa mengikuti alur.
"Tuan langsung terjebak disini setelah pertarungan dengan Raja Iblis. Wajar jika tuan begitu cemas" ucap Ratu Ivana mencoba memahami kekhawatiran tuannya.
"Aku perlu segera mengembalikan kekuatanku" Bejo akhirnya menyampaikan niat aslinya.
"Tuan ingin Ivana memanggil Najwa sekarang?" tanya Ratu Ivana memaksakan tersenyum merasa waktunya segera habis.
"Ritual dengan satu peri terlalu lambat mengembalikan kekuatanku." ucap Bejo menghela nafas.
"Mengapa tuan tidak mencoba dengan beberapa peri sekaligus?" tanya Ratu Ivana menyarankan.
"Itu maksudku" ucap lemah Bejo seolah terpaksa.
Sejak tadi Bejo mengarang cerita tentang kemungkinan Raja Iblis masih hidup, hanya karena ingin mencoba hal yang sedikit gila ini.
"Bagaimana jika sepuluh peri setiap ritual?" tanya Ratu Ivana memberi masukan dengan wajah serius.
"Sepuluh? Apa dia sengaja mau membunuhku?" pikir Bejo dalam hati.
"Tubuhku belum kuat. Kurasa dua cukup" kata Bejo terbatuk kecil.
"Tuan yakin dua cukup?" tanya Ratu Ivana memastikan.
Ada apa dengan wanita ini? Apa dia tau akal bulus ku? Bejo jadi mulai was was dengan Ratu Ivana.
"Sementara dua dulu, kita belum tau hasilnya. Jika terlalu banyak, kamu akan repot jika terjadi kecelakaan dengan mereka" ucap Bejo seolah penuh kekhawatiran.
"Baik tuan, Ivana akan memanggil Najwa dan Inara kemari" kata Ratu Ivana.
"Silahkan" Kata Bejo yang sedikit merasa gugup.
Peri Najwa yang sangat manis, dan Peri Inara yang terlihat lembut dengan kulit putih indahnya. Dua peri cantik ini terlihat seperti kombinasi sempurna.
Bejo memang memikirkan ide gila itu, karena melihat mereka di tempat suci sebelumnya. Membayangkan hal gila ini, Bejo jadi merasa sangat berdebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
wah.. Bejo.. Bejo....yah langsung dua.. 🤭😂😂😍
2023-12-09
2