"Tuan tidak perlu menghiburku, aku adalah yang terjelek di pulau bidadari" kata Peri Zara sambil tertunduk malu.
"Aku telah melihat banyak wanita cantik sebelum tiba di tempat ini. Namun, mereka semua tak ada yang secantik dirimu" kata Bejo dengan tulus memuji kecantikan dan keindahan tubuh Peri Zara.
Mendengar pujian Bejo yang berlebihan, peri Zara memberanikan diri menatap mata Bejo dengan tajam. Dia seolah berusaha mencari kejujuran ucapan Bejo dari matanya. Namun, Peri Zara hanya menemukan kekaguman yang tulus dari mata Bejo.
Peri Zara seperti masih tidak percaya. Bagaimana mungkin dia yang menjadi peri terjelek di tempat itu, bisa menjadi wanita tercantik saat bandingkan wanita di tempat lain.
"Dewa tak bisa berbohong" kata Bejo mengingatkan Peri Zara setelah menangkap keraguan di wajah cantiknya.
Mendengar ucapan ini, wajah Peri Zara langsung memerah dan tersenyum bahagia. Dia kembali menundukkan wajahnya karena malu. Wajah cantik Peri Zara saat tertunduk malu itu membuat Bejo sangat gemas dan ingin segera memakannya.
Menyaksikan pemandangan ini, Ratu Ivana dan para peri lain jadi ikut bahagia. Raja Dewa ternyata sangat menghargai mereka hingga begitu memuji kecantikan Peri Zara.
Mereka merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan untuk bisa melayani Dewa seperti Bejo. Mereka bahkan diam diam menantikan giliran mereka untuk melayani tuannya ini.
"Tuan. Kami akan undur diri sekarang agar tidak mengganggu ritual tuan bersama Peri Zara" ucap Ratu Ivana membuyarkan lamunan nakal Bejo yang menatap Peri Zara tanpa berkedip.
"Baiklah" kata Bejo tersenyum sopan.
"Jika tuan membutuhkan kami, tuan bisa meminta peri Zara memanggil kami nanti" Imbuh Ratu Ivana sebelum undur diri.
"Terima kasih" ucap Bejo tulus sambil mengangguk.
"Zara, gunakan kesempatan mu dengan baik" kata Ratu Ivana tersenyum mengingatkan peri Zara.
"Aku akan berusaha Ratu" jawab peri Zara dengan hormat.
"Kami pamit tuan" Kata Ratu Ivana memimpin peri lain undur diri.
"Silahkan" kata Bejo dengan berat hati melepas mereka pergi.
Setelah pamit, Ratu Ivana dan peri lainnya langsung menghilang bagai ditelan bumi. Meski sudah pernah melihat kemampuan para peri ini, Bejo masih terbengong keheranan.
Tinggallah Bejo dan Peri Zara berdua di kamar besar itu. Bejo pun segera mengarahkan mata nakalnya ke Peri Zara yang terlihat gugup.
"Kenapa kamu gugup?" tanya Bejo membuka obrolan.
Sejujurnya meski sangat menggebu gebu, Bejo juga merasa cukup gugup. Wajar saja, Bejo yang berwajah biasa saja memang belum pernah dekat dengan wanita manapun.
Apalagi kali ini, wanita di dekatnya teramat sangat cantik. Bejo pun mendekat dengan tak sabar dan menyentuh tangan peri Zara yang halus.
"Hamba takut tidak bisa memuaskan tuan" kata peri Zara berterus terang sambil kembali menundukkan kepala.
"Mana mungkin aku tidak puas. Kamu sangat cantik" kata Bejo membelai bahu peri Zara yang sudah terbuka.
Merasakan usapan tangan Bejo di bahu lembutnya, tubuh peri Zara sedikit bergetar. Maklum saja, ini pertama kali tubuhnya disentuh laki laki.
Nafas peri Zara sedikit tidak teratur karena sangat gugup. Dia memberanikan diri menatap wajah Bejo yang sudah begitu dengan dengannya.
Mata Bejo seperti seekor ular yang menatap kelinci. Peri Zara jadi sedikit merasa ngeri dengan tatapan mata Bejo.
Bejo begitu kesulitan menahan diri memandang kecantikan peri Zara dari jarak yang begitu dekat. Kepalanya sudah cenat cenut.
Tangan Bejo bahkan terasa gatal ingin bergerilya. Bejo masih merasa seperti sedang bermimpi. Dia dengan terburu buru melepas seluruh pakaiannya.
"Tuuu.. tuan mau mulai ritual sekarang?" tanya peri Zara yang terlihat makin gugup.
"Ritual kepala mu, aku mau memakan mu cantik" kata Bejo dalam hati hingga mulutnya tak bisa berkata apa apa.
Tanpa meminta persetujuan, Bejo yang sudah sangat tak sabar langsung menerkam tubuh indah peri Zara hingga membuat peri Zara kaget.
Dengan tidak sabar dia mengangkat tubuh peri Zara dan membawanya ke ranjang besar di ruangan itu lalu menjatuhkannya seketika.
Peri Zara yang kaget hanya bisa pasrah saat tubuhnya dibopong dan dijatuhkan di kasur. Dia kini tergeletak di kasur sambil menatap Bejo yang terlihat seperti kesetanan. Dia tidak tau harus seperti apa melayani tuannya.
"Tuan, apa yang harus Zara lakukan?" tanya peri Zara ditengah kebingungan dan kepanikannya.
Mendengar pertanyaan peri Zara, Bejo mulai tersadar dan berusaha mengendalikan diri. Dia menarik nafas dalam dalam dan memaksakan tersenyum.
"Kamu tak perlu melakukan apapun. Diam saja, jangan melawan" kata Bejo dengan menahan jantungnya yang berdebar.
Peri Zara hanya bisa mengangguk patuh tanpa berani menjawab ataupun bertanya. Dia sedikit tidak menyangka kalau dia hanya perlu untuk diam saja saat melayani tuannya.
Menyaksikan sikap patuh peri Zara saat menerima perintahnya membuat Bejo kembali menggebu. Sekuat tenaga dia menahannya agar tidak terlihat terlalu liar dan membuat takut peri Zara.
Setelah bisa sedikit mengendalikan diri, Bejo segera menaiki ranjang mendekati peri Zara. Kini Bejo sudah berada tepat disamping tubuh setengah telanjang peri Zara.
Lagi lagi matanya memandangi mangsanya yang sangat cantik sempurna dan sangat penurut dengan terpesona.
"Kamu benar benar cantik" Puji Bejo yang merasa bagaikan bermimpi. Peri Zara hanya tersenyum dan tertunduk malu mendengar pujian Bejo.
Bejo benar benar tak sabar melepaskan perjakanya dan menelan habis pari Zara yang sangat cantik.
....
Di Aula Istana Peri, Ratu Ivana telah mengumpulkan seluruh peri yang ada di Pulau Bidadari. Hampir seribu peri cantik kini telah memenuhi Aula istana.
Namun meski begitu banyak orang, suasana aula tampak begitu hening. Para peri seperti sedang memikirkan sesuatu hingga tak mengeluarkan suara sedikitpun.
"Ratu, apakah tidak apa apa meninggalkan tuan dan Zara sendirian?" tanya Peri Ratih mencairkan keheningan.
Diantara seluruh penghuni Pulau Bidadari, Peri Ratih memang yang paling dekat dengan Peri Zara. Jadi wajar baginya untuk sedikit khawatir.
"Apa yang kamu khawatirkan?" tanya balik Ratu Ivana yang berusaha memasang wajah tenang.
"Entahlah. Tapi, ini adalah Ritual pertama tuan. Kita belum tau apa yang mungkin terjadi" ucap Peri Ratih dengan wajah penuh kecemasan.
"Jangan khawatir, tuan tidak akan mencelakai Zara" kata Ratu Ivana meyakinkan para peri agar tidak cemas.
"Ratu, kami tentu percaya pada tuan. Tapi, bukan itu yang kami khawatirkan" ucap peri Zara dengan serius.
"Lalu?" tanya Ratu Ivana mengerutkan dahinya.
"Ratu, apakah tidak mungkin terjadi kecelakaan?" peri Ratih menegaskan kekhawatirannya.
Ratu Ivana hanya terdiam karena tak bisa memberi jaminan. Dia juga sedikit khawatir akan hal ini. Meski tuannya adalah Raja Dewa, tapi dia kini kehilangan kekuatannya. Bila terjadi kecelakaan, apakah mereka akan baik baik saja?
"Tuan tidak ingin diganggu selama ritual. Apa yang bisa kita lakukan?" ucap Ratu Ivana sambil menghela nafas.
"Ratu, kita tak perlu sampai mengganggu tuan" jawab peri Ratih sambil tersenyum.
"Jangan berfikir macam macam" tolak Ratu Ivana yang paham akan maksud Peri Ratih.
"Apakah Ratu tidak mengkhawatirkan tuan? Jika terjadi kecelakaan pada tuan, kita akan sangat berdosa" ucap peri Ratih sedikit memojokkan Ratu Ivana.
Kata kata peri Ratih seketika membuat Ratu Ivana menjadi khawatir. Dia mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan Peri Zara, bagaimanapun para peri tidaklah lemah.
Peri Zara pasti bisa melindungi diri kalau terjadi kecelakaan. Namun, bagaimana dengan tuannya. Tanpa kekuatan Dewa, tuannya mungkin bisa dalam bahaya.
"Baiklah, tapi untuk kali ini saja" ucap Ratu Ivana sambil menghela nafas.
Setelah mendapat persetujuan Ratu Ivana, peri Ratih segera menggunakan kekuatan perinya untuk menciptakan sesuatu yang tampak seperti cermin besar.
Cermin besar itu kemudian memunculkan bayangan samar yang perlahan menjadi semakin jelas. Setelah beberapa saat, bayangan dalam cermin itu segera menunjukkan aktivitas Bejo bersama Peri Zara di dalam kamar pribadi Bejo.
Ternyata itu adalah sebuah cermin pengintai yang dapat diciptakan oleh para peri untuk mengetahui kejadian yang sedang berlangsung di suatu tempat lain.
"Kurang ajar, Zara benar benar lancang." ucap marah Ratu Ivana setelah cermin pengintai itu menampilkan gambar yang jelas.
Bukan hanya Ratu Ivana yang marah melihat pemandangan dalam cermin itu, bahkan seluruh peri seperti ingin segera menyeret keluar Peri Zara dari ruang Bejo dan menghukumnya.
Bagaimana mereka tidak marah. Dalam gambar yang ditampilkan oleh cermin pengintai, tampak peri Zara sedang menjambak rambut kepala Bejo yang kini berada di antara kedua paha peri Zara.
Tidak hanya itu, peri Zara bahkan menekan kepala Bejo dengan kuat hingga Bejo terlihat seperti kesulitan bernafas.
Cermin pengintai itu tidak hanya menyajikan gambar adegan Bejo bersama peri Zara, tetapi juga mampu memunculkan suara.
Para peri yang mengintip seolah sedang berdiri di depan Bejo dan peri Zara menyaksikan adegan mereka secara langsung.
Ratu Ivana dan para peri lainnya terlihat makin sulit menahan amarah. Dalam adegan yang mereka saksikan, Peri Zara terlihat begitu lancang meminta Bejo menjilati bagian tubuhnya seperti seekor anak anjing.
Saat Ratu Ivana dan yang lainnya masih berusaha menahan amarah, tiba tiba dalam cermin pengintai mereka melihat Peri Zara berteriak keras memanggil tuannya.
Jantung para peri seketika seperti mau copot. Karena dalam cermin itu, peri Zara terlihat mengencingi dengan deras wajah Bejo hingga basah kuyub.
"Akan ku bunuh Zara sekarang!" ucap marah Ratu Ivana disertai dengan energi peri nya yang meluap hingga membuat seluruh peri merasa ketakutan.
Seluruh peri secara spontan bekerja sama untuk meredam aura Ratu Ivana agar tidak sampai menggangu Bejo yang ruangan tidak jauh dari istana.
"Ratu, mohon tenangkan diri" ucap para peri yang khawatir.
Ratu Ivana sebenarnya adalah peri yang paling bijak diantara seluruh peri. Dia biasanya tidak pernah marah saat para peri membuat kesalahan. Dia sudah seperti ibu yang lemah lembut bagi para peri lain.
Namun karena dia mewarisi sebagian besar kekuatan dan sifat Bidadari leluhur mereka, rasa hormatnya terhadap Dewa lebih besar dibandingkan para peri lain.
Melihat peri Zara bertindak sangat kurang ajar terhadap tuannya, itu terasa lebih membuatnya marah dibandingkan melecehkan dirinya sendiri.
"Sabar Ratu, tuan sepertinya tidak marah" ucap salah satu peri yang sempat melihat situasi di cermin pengintai.
Mendengar ini, amarah Ratu Ivana sedikit mereda. Sambil mengatur nafasnya, dia kembali mengamati situasi dalam cermin pengintai. Dan benar saja, tuannya tersenyum.
Bagaimana bisa? Para peri yang menyaksikan ini seolah tak percaya.
Bagaimana mungkin ada orang yang bisa tersenyum dengan tulus setelah diperlakukan kurang ajar oleh pelayannya.
Para peri sampai menggosok matanya untuk memastikan mereka tidak salah lihat.
...
"Tuan, maafkan Zara" kata peri Zara dengan masih ngos ngosan karena mengira telah sangat lancang mengencingi tuannya.
Peri Zara sangat kawatir Bejo akan sangat marah karena kelancangannya.
Namun yang tak disangka oleh peri Zara, Bejo ternyata tidak marah sama sekali dan bahkan tersenyum padanya.
Peri Zara jadi makin kagum pada tuannya yang ternyata sangat murah hati hingga tidak marah meski dia telah sangat kurang ajar. Rasa kagumnya bahkan hampir membuatnya menangis terharu.
"Ini mungkin sedikit sakit, kamu mau menahan?" kata Bejo mengingatkan sambil tersenyum.
Peri Zara yang sangat terpesona oleh kemurahan hati Bejo mengangguk dengan yakinnya. Jangankan hanya menahan sakit, mati pun dia rela untuk tuannya. Kesetiaan kaum peri memang benar benar buta saat sudah mengakui tuannya.
Bejo pun sudah tak sabar dan ingin segera menikmati hidangan utama ritualnya. Akhirnya, tiba juga saat dimana dia akan kehilangan perjakanya. Dan pelabuhan pertamanya, benar benar wanita cantik yang sempurna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
ah.. Bejo tenan .. 🤭😂🙏
2023-12-08
1