Zhen tengah di mintai kesaksian atas kekerasan yang di lakukan Cellien pada baby Zoe. Jenderal Moures sendiri yang mengambil data dari Zhen di ruangan penyelidikan.
"Presdir! Kita hanya menjalani formalitas saja. Untuk bukti dan hasil penyelidikan medis, nona Cellien memang terbukti melakukan kekerasan pada putri anda. Hanya saja..saat menginterogasi nona Cellien, dia mengaku bukan hanya dia yang pernah memukul nona kecil tapi pasangan ranjangnya saat itu juga."
"Aku tak ingin tahu apapun pertimbangannya. Baik pria atau wanita itu, mereka harus di hukum mati!" Tegas Zhen tak peduli jika akan melawan hukum sekalipun.
Jenderal Moures terdiam tapi ia paham bagaimana perasaan Zhen. Asisten Jio juga melihat kobaran dendam di kedua bola mata tuannya.
"Presdir! Saya paham bagaimana perasaan anda tapi, keluarga nona Cellien juga bukan orang sembarangan. Hukuman mati saya rasa akan sulit."
"Aku akan mengurusnya. Mereka hanya segerombolan penjilat," Geram Zhen serius.
Beberapa detik kemudian ada yang mengetuk pintu ruangan. Jenderal Moures memperbolehkan bawahannya masuk dan mendekat.
"Jenderal! Nona Cellien dan keluarganya ingin bertemu presdir Zhen!"
"Bagaimana? Presdir!" Tanya Jenderal Moures pada Zhen yang mengangguk datar.
Jenderal Moures berdiri. Bawahannya membuka pintu ruangan lebar dan Jenderal Moures mempersilahkan Zhen untuk keluar.
"Silahkan, presdir!"
Asisten Jio berjalan di belakang kursi roda Zhen yang bergerak otomatis. Mereka mengikuti langkah Jenderal Moures yang mengiring ke area ruang tunggu tahanan di sel.
Setibanya di sana, Zhen langsung di sambut oleh pandangan tajam tuan Darrio dan nyonya Emma tengah duduk di jaga dua pengawal mereka.
"Bawa nona Cellien ke sini!" Titah Jenderal Moures pada bawahannya yang segera pergi.
Sekarang, ia benar-benar merasakan hawa permusuhan dari dua kubu ini. Tatapan Zhen begitu dingin tak lagi seperti dulu penuh hormat pada ayah dan ibu mertuanya.
"Zhen!" Tuan Darrio berdiri dengan angkuh.
"Tak ku sangka kecelakaan itu membuat seorang putra sulung keluarga Ming yang terpandang akan CACAT," Imbuhnya bermakna miris.
Zhen tak terpancing. Penghinaan ini tak bisa menjatuhkan harga diri dan martabatnya.
"Dan tak itu saja, ku dengar kau juga mengalami cacat reproduksi. Putriku yang malang."
"Tak-ku sangka kau begitu memperhatikanku," Sahut Zhen tersenyum santai seakan kata-kata tuan Darrio hanya angin lalu baginya.
Namun, sedetik kemudian eskpresi santai Zhen berubah menjadi senyum sarkas.
"Tapi, sayangnya kau tak memperhatikan putrimu dengan baik. Cih, pria yang malang."
"Kauuu!!" Tuan Darrio justru terpancing akan kalimat sederhana tapi menusuk Zhen.
"Jangan mengurus hidupku karena kau tak LAYAK!" Tegas Zhen mampu membuat tuan Darrio dan istrinya mendidih.
Jenderal Moures tak bisa berbuat banyak jika Zhen sudah bicara.
"Zheen!!" Suara Cellien yang sudah di bawa keluar dari tahanan tapi wanita itu juga duduk di kursi roda.
Nyonya Emma berdiri dengan tatapan khawatir pada Cellien yang tampak kacau. Wanita bermata keemasan itu segera mendekati Zhen yang menatapnya acuh tak acuh.
"Zhen!! Zhen, sayang! Maafkan aku, aku hanya tertekan dan tak sadar melakukan itu!" Bersimpuh di kaki Zhen yang memundurkan kursi rodanya.
"Zhen! Aku mohon, cabut tuntutanmu dan.."
"Cellien!" Sangga tuan Darrio tegas dan nyonya Emma menarik putrinya kembali duduk.
Saat rambut Cellien di sibak mereka langsung tersentak melihat banyak luka pukulan di wajah cantik wanita itu bahkan membiru.
"Cellien!! Kau..kau kenapa?!"
"M..mom! Mereka memukulku, orang-orang di dalam sel itu seperti monster!" Jawab Cellien dengan rasa takut menjalar di tubuhnya.
Asisten Jio yang mendengar itu hanya tersenyum pelit dan puas. Tuannya memerintahkan untuk menyiksa Cellien di dalam sel tahanan dan sekarang, wanita ini pasti tak akan tidur dengan nyenyak.
Tuan Darrio langsung paham. Tatapan marahnya tertuju pada Zhen yang sangat santai dan tenang.
"Ini pasti ulahmu!!"
"Apa kau sehat?!" Tanya Zhen menaikan satu alisnya sederhana tapi mampu membuat lawannya bergejolak.
"Zhen!! Aku minta maaf, aku mohon cabut tuntutan itu!" Cellien nyaris menangis karena memang ia tak tahan berada di sini.
Karir hancur bahkan citra dan popularitasnya langsung turun drastis. Zhen benar-benar membalas dengan sangat kejam sampai Cellien tak punya tempat di mata siapapun.
"Zhen! Aku..aku ingin bertemu Zoe! Aku.."
"Setelah putusan sidang di tentukan. Aku akan MENCERAIKANMU!"
Degg..
Cellien seakan jatuh dari ketinggian beratus meter. Kepalanya berdenyut bahkan tak ada lagi harapan hidup atau bertahan.
"T..tidak..Zhen kau.."
"Hak asuh Zoe akan tetap bersamaku. Setelah apa yang kau lakukan padanya, jangan harap untuk bertemu lagi," Tegas Zhen lalu membalikan kursi rodanya dan pergi.
Cellien histeris ingin mengejar Zhen tapi bawahan Jenderal Moures menahannya agar tak lepas.
"Zheen!! Zheen, maafkan aku!! Zheen!!"
Teriakan Cellien tak bisa mengusik telinga Zhen yang pergi tanpa berbalik sedetik-pun. Jika ia sudah MEMBUANG sesuatu maka pantang bagi Zhen memungutnya lagi.
Jenderal Moures yang berjalan di belakang Zhen diam tapi ia bersyukur karena Zhen tak mempersulit mereka.
"Jenderal!!" Bawahan Jenderal Mourse yang tadi berjaga di area belakang gedung lari dengan tergesa-gesa.
"Ada apa?"
"Kami menemukan seorang petugas yang menangani nona Zoe tergeletak dengan luka berat di tubuhnya."
Seketika Zhen di sambar kepanikan. Asisten Jio segera mendorong kursi roda tuannya menuju ruang pemeriksaan.
Setibanya di sana, para pengawal Zhen sudah tampak berdiri di depan pintu sedangkan pengawal lainnya mencari baby Zoe.
Polisi wanita yang tadi Moa tugaskan menjaga pintu juga ada tapi ia terlihat kebingungan.
"Tuan!"
"Dimana putriku?" Tanya Zhen merotasikan matanya ke sekeliling tempat ini.
Dimana Moa?
Itulah yang sekarang Zhen pikirkan.
"Tuan! Nona kecil tak ada di dalam dia.."
"CARI DIA!!" Keras Zhen tak bisa menahan kekhawatiran yang meluap-luap.
Para pengawal segera berpencar begitu juga petugas kepolisian yang menyusuri area belakang.
"Kalian periksa cctv!" Titah Jenderal Moures pada bawahannya.
Asisten Jio membiarkan Zhen masuk ke dalam ruangan ini. Kursi dan meja terlihat berantakan dan mungkin ini karena pencarian para pengawalnya tadi.
"Zoee! Zoe, ini daddy!" Panggil Zhen sangat cemas.
Tatapan Zhen menyapu setiap sudut ruangan dan melihat ada lecet di pinggir meja.
"Sepertinya sudah terjadi perkelahian disini, tuan!" Ucap asisten Jio melihat kemana arah pandangan murka Zhen.
"Moa! Dimana wanita itu?"
"Sedari tadi dia tak ada disini."
Seketika kedua tangan Zhen mengepal. Jika sampai Moa berani menyakiti putrinya, Zhen bersumpah tak akan melepaskan wanita itu.
"Cari dia! Wanita ini memang tak tahu diri," Geram Zhen menggerakan asisten Jio yang segera pergi.
"D..daddy!"
Suara itu terdengar sayup-sayup di telinga Zhen yang tersentak.
"Zoe! Zoe, kau dimana?" Mencari-cari asal suara itu.
"Daddy!!"
Pekikan yang agak keras. Zhen menggerakan kursi rodanya ke arah sudut ruangan yang tak begitu besar ini. Seharusnya jika baby Zoe ada, dia pasti akan terlihat langsung.
"Zoe! Kau.."
"Daddy!!"
Zhen mendengar suara kecil itu dari arah pintu yang terbuka. Tak bisa menunggu sedetik-pun Zhen menggerakan kursi rodanya mendekat.
"Zoe!" Panggil Zhen menarik pintu itu hingga terlihatlah baby Zoe duduk manis dengan senyum merekah ke arahnya.
"Daddy!"
"Zoe!" Panggil Zhen antara lega dan cukup khawatir segera mengangkat baby Zoe ke pangkuannya.
"Kenapa bersembunyi di balik pintu? Kau bisa terjepit." Seraya memeriksa seluruh tubuh baby Zoe yang tak ada lecet sedikit-pun.
"Daddy!"
"Hm? Kenapa tak bersuara saat mereka mencarimu? Kau.."
Kalimat Zhen terhenti kala melihat pandangan baby Zoe berkeliling seperti mencari sesuatu.
"S..singa.."
"Singa?" Zhen bingung. Baby Zoe terus mengucapkan kata itu sampai kedatangan asisten Jio masuk ke ruangan.
"Tuan! Saya sudah mengecek cctv dan ini rekamannya!" Menunjukan layar ponselnya pada Zhen.
Terlihat saat-saat Moa masuk masih menggendong baby Zoe dan duduk. Selang beberapa detik kemudian, pria berkulit hitam itu tampak marah pada Moa.
Sampailah pada menit pria itu menggebrak meja hingga suasananya tampak memanas.
"Moa menendang pinggiran meja ini saat pria itu mencoba mengambil alih nona kecil. Menurut kesaksian polisi wanita tadi, dia menyaksikan pertengkaran diantara Moa dan pria itu hingga Moa memintanya menjaga pintu."
"Lalu, dia dimana?" Tanya Zhen dengan amarah mereda.
"Ini rekaman ruangan sebelah dimana pria kulit hitam ini sekarat. Tuan bisa melihatnya langsung!"
Asisten Jio memutar rekaman perkelahian antara Moa dan pria kulit gelap yang tampak sangat berhasrat pada Moa.
Baik Zhen atau asisten Jio cukup terkejut dengan cara bertarung Moa yang elegan tapi bringas. Ayunan tangan dan kakinya tak segan-segan mematahkan tulang siapapun bahkan saat menit dimana Moa menghantamkan kepala pria itu ke dinding asisten Jio seketika cemas dan merinding.
"Dia memang bukan wanita yang sederhana. Saya sudah mendapatkan identitas aslinya, tuan!"
"Katakan!" Titah Zhen tapi matanya tetap pada layar ponsel asisten Jio.
"Dia adalah wanita liar yang biasa bermain di club bahkan, mereka sangat takut pada Moa yang di kenal sebagai MAWAR PUTIH berdarah dingin."
Penjelasan asisten Jio sangat membuat Zhen tertarik.
"Dan pria ini!" Asisten Jio menjeda rekaman saat sosok pria datang masuk ke ruangan itu.
"Dia satu-satunya orang yang dekat dengan Moa. Saya tak begitu tahu hubungan apa yang mereka punya tapi bisa dikatakan mereka cukup dekat."
Zhen terdiam. Rekaman itu berlanjut sampai Moa pergi dengan pria yang di jelaskan asisten Jio.
"Untuk ponsel Moa, bawahan kita masih memeriksanya Tuan. Keamanan dan sistem di ponsel itu benar-benar sangat kuat. Pasti ada sesuatu yang penting di sana."
Zhen hanya diam. Ia sangat penasaran kemana Moa dan pria itu pergi.
"Awasi mereka!"
..
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Murniyati
moa pergi jenguk anaknyaa
2024-11-10
0
Sandisalbiah
Moa menibggalkan baby Zoe dan pergi dgn temannya itu
2024-10-29
0
Rini Eni
besssstttttt
2023-10-14
0