Setelah menjelaskan tugas-tugas penting pada Moa, nyonya Ming langsung pergi dan tampak tergesa-gesa. Jadilah Moa yang masih berdiri di tengah-tengah ruangan dengan ekspresi bingung ingin melakukan apa.
"Shitt! Apa yang harus aku lakukan lebih dulu?!" Gumam Moa mengumpat.
Ia tak tahu harus kemana sampai datanglah pria tinggi dengan perawakan china asli masuk dari pintu depan.
"Ini pria yang di jalan tadi," Batin Moa menatap tenang asisten Jio.
"Kau Moa?"
"Benar, tuan!" Jawab Moa mengangguk seadanya.
Asisten Jio memindai Moa dari kepala sampai ujung kaki. Walau memakai pakaian suster, Moa tak bisa menyembunyikan beberapa spot sensitif wanita yang tampak menonjol.
"Lain kali pakai pakaian yang longgar."
"Apa dia buta?! Jelas-jelas aku sudah kepanasan dengan stelan ini," Batin Moa mengumpat.
"Kau mengerti?" Ulangnya saat Moa tampak kesal.
"Mengerti."
"Ikut aku!" Pinta asisten Jio serius. Jika di lihat dia memang pria yang berkompeten dan teliti, pantas di cab sebagai asisten setia keluarga Ming.
Mengikuti asisten Jio sampailah Moa ke sebuah pintu kamar. Moa berhenti di belakang asisten Jio yang mengetuk pintu.
"Tuan! Susternya sudah datang!"
Moa mempersiapkan wajah bersahajanya. Ia tak boleh terlihat ketus karena karakternya sekarang adalah Moa keibuan dan lembut bak serbuk salju.
"Tuan!" Mengetuk dua kali hingga terdengar suara bariton berat pria dari dalam.
"Masuk!"
Asisten Jio membuka pintu yang tak di kunci. Awalnya Moa ingin ikut tapi, pintu itu di tutup cepat oleh asisten Jio.
"Cih, orang-orang kaya memang punya aturan hidup yang membosankan," Batin Moa mengumpat ingin menendang pintu tapi ia urungkan demi 1 milyar.
Tak berselang lama menunggu, asisten Jio menyuruhnya masuk dan barulah Moa menyelip diantara pintu.
"Ini, tuan Zhen majikanmu!"
"Tuan Zhen?" Gumam Moa melihat ke area ranjang besar kosong tak ada manusia atau sejenisnya.
"Tuan di sofa!" Ucap asisten Jio menghadap sopan ke arah samping.
Moa menoleh. Netra cantik emerald itu memindai seorang pria bertubuh kekar dan cukup tinggi duduk di sofa memangku seorang balita. Auranya sangat tenang dan teratur. Dari segi kaos simpel dan celana panjang longgar bermerek itu, Moa sadar jika pria ini memang punya tipe tinggi.
Hanya saja, Zhen tak memandang Moa. Wajah tampan datar dan manik hazel tajam itu fokus pada baby Zoe yang tampak masih belum tidur.
"Tuan! Dia Moa suster yang di pilih nyonya untuk mengurus nona kecil."
"Hm, mandikan putriku!"
Moa diam. Ia masih terpaku dengan wajah tampan Zhen yang sangat khas. Bukan terpesona tapi lebih pada penasaran sesaat.
"Kau mendengarnya?" Sangga asisten Jio pada Moa yang segera sadar.
"Saya mengerti," Jawab Moa berjalan mendekat ke sofa.
Zhen membiarkan Moa berdiri di hadapannya. Saat kedua tangan mulus dan jari lentik berkutek itu ingin memeggang lengan baby Zoe, tangan Zhen langsung mencegatnya.
Moa menelan ludah saat kedua manik penuh intimidasi Zhen menatap wajahnya dengan intens. Jantungnya berdebar tapi lebih pada waspada karena ini cukup tegang.
"Apa dia sudah tahu identitasku?!" Batin Moa merasa pandangan Zhen sangat memindai jauh.
Tak ingin penyamarannya terbongkar, Moa mulai berakting.
"Tuan! Biarkan saya membawa nona kecil ke kamar mandi."
"Lepas kutek dan potong kukumu!" Tegas Zhen menepis tangan Moa angkuh.
Moa menggeram tapi wajahnya masih menahan. Zhen tak begitu memandang wajah Moa yang memang sangat cantik tapi ia bukan tipe lelaki jelalatan.
"Tuan! Apa yang salah dengan kuku dan kutek ini?" Protes tertahan.
"Kau ingin memeggang tubuh nona kecil. Kebersihan dan keamanannya harus terjaga. Apalagi kau akan sering menyentuhnya," Jelas asisten Jio mengambil alih.
Moa mendengus halus. Ia di bawa keluar oleh asisten Jio untuk memotong kuku dan melakukan beberapa pembersihan, setelah itu barulah Moa masuk kembali ke kamar dengan kuku indahnya sudah terbuang na'as.
"Lihat saja. Setelah berhasil membunuhmu maka, akan-ku cabut satu persatu semua kuku di jarimu," Batin Moa mengutuk Zhen yang sangat menyebalkan.
"Tuan! Dia sudah bersih."
"Hm, mandikan!" Zhen menyerahkan baby Zoe pada asisten Jio yang segera mendekati Moa.
"Ingat, jangan sampai nona kecil terluka atau-pun lecet."
"Saya paham, tuan!" Jawab Moa tapi menahan api kemarahan.
Asisten Jio memberikan baby Zoe pada Moa yang berusaha tak kaku. Ia meletakan kedua tangannya di ketiak si kecil itu lalu tanpa basa-basi segera berjalan cepat ke kamar mandi yang terbuka.
Brakk..
Zhen terkejut saat pintu tertutup keras tapi ia segera menguasai ketenangannya.
"Tuan! Mungkin itu salah satu metode menggendong bayi," Ucap asisten Jio mengantisipasi kemarahan Zhen.
"Selalu awasi dia!"
"Dimengerti, tuan!" Jawab asisten Jio segera keluar.
Zhen beristirahat di sofa seraya memeriksa ponselnya.
Sementara Moa di dalam kamar mandi yang luas dan lengkap itu tengah kesusahan bukan main. Baby Zoe yang masih memakai pakaian lengkap ia baringkan ke atas meja wastafel lalu mulai bekerja.
"Lepas pakaiannya, lalu ini.."
Moa memeggang popok di pinggang baby Zoe yang tak menangis. Ia menatap polos ekspresi kesal Moa yang tak paham apa-pun soal bayi.
"Benda ini seharusnya tak pernah-ku peggang," Umpat Moa melepas popok dengan satu tangan dan tangan satunya memencet hidung.
Tidak bau tapi yang bekerja itu Moa si wanita paling komplit dan tak suka susah.
Setelah melepas semua yang ada di tubuh baby Zoe, Moa mengisi bathub dengan air yang full sampai meluncur ke lantai.
"Tenggelamkan? Atau..letakan di tepi?!"
Moa menerka-nerka. Ia bingung mau melakukan apa karena baby Zoe cukup aktif sampai menarik popok yang tadi Moa letakan tak jauh darinya.
"Cumi kecil, mau berenang?" Tawar Moa menggendong baby Zoe dengan cara yang sama seperti tadi.
Kedua kaki mungil itu tergantung di udara karena Moa hanya memeggang kedua ketiaknya.
"Berenanglah dari kecil. Saat besar nanti kau akan jadi atlet renang terbaik."
Moa mencelupkan separuh tubuh baby Zoe tanpa aba-aba ke permukaan air dan sontak tubuh balita itu menggelinjang dan langsung menangis.
"Hey!! Kenapa? Kenapa menangis?" Panik Moa membekap mulut baby Zoe agar tak menarik perhatian.
Moa bergegas menyalakan shower dengan deras lalu memeluk baby Zoe bak anak kucing.
"Susst!! Jangan menangis atau kau akan ku tenggelamkan?"
Bukannya berhenti baby Zoe semakin histeris. Moa yang tak bisa ketahuan segera mencari ide.
Ia mengambil shower yang menyala lalu di semprotkan ke kaca wastafel.
"Lihat!! Lihat itu apa?!"
Baby Zoe masih tak berhenti, mulutnya masih di bekap Moa yang melakukan apapun.
Mulai dari menuangkan shampo ke dalam bathub bahkan ia ikut masuk ke air yang di penuhi busa lembut.
"Ini bentuk hati? Tapi, sebenarnya hati manusia itu tak seperti ini. Lain kali akan-ku tunjukan semua organ dalam di perut ayahmu," Bisik Moa terlampau geram dengan Zhen tapi ia lampiaskan pada baby Zoe.
Melihat gelembung-gelembung sabun terbang dalam berbagai bentuk tentu saja itu sangat menarik di mata baby Zoe yang tak lagi menangis.
"Pintar. Jangan menangis lagi, atau kau akan benar-benar ku tenggelamkan. Paham?" Tak lagi membekap si kecil cantik itu.
Baby Zoe ada di atas dada Moa dan hanya sebagian tubuhnya yang terendam air. Kedua tangan mungilnya masih bisa menepuk-nepuk busa dan meraih gelembung yang berterbangan.
"Cih, mengurus bayi memang sangat merepotkan."
Moa membiarkan baby Zoe bermain air. Keadaan kamar mandi sudah sangat berantakan bahkan semua sabun dan peralatan mandi berserakan dimana-mana.
"Sudah? Sekarang kau harus membilas tubuhmu."
"D..daddy!! Daddy!!" Baby Zoe tak mau beranjak dalam air dan lebih tepatnya ia masih ingin bermain.
"Kau ingin tidur di bathub?" Kesal Moa sudah basah kuyup.
"Daddy!!"
"Jangan panggil dia saat kau bersamaku. Telingaku sakit," Ketus Moa ingin keluar bathub tapi baby Zoe kembali menangis.
Alhasil, Moa menahan dongkol tetap berendam di bathub sementara baby Zoe memaksanya untuk membuat gelembung.
"Cih, ayah dan anak tak jauh berbeda," Umpat Moa terpaksa meladeni baby Zoe yang suka dengan gelembung-gelembung sabun di buat Moa.
"Ganti permainan jadi pistol shower, bagaimana?"
Baby Zoe hanya menurut. Moa meraih shower yang masih menyala lalu menembakkannya ke kaca dan gelembung-gelembung di udara.
"Lihat! Bagaimana ku menghancurkan kepala Zhen sialan itu!!!" Sorak Moa menganggap gelembung yang ia pecahan adalah Zhen yang tadi merusak kukunya.
Karena keasikan Moa jadi lupa waktu. Ia menemani baby Zoe bermain sampai tak sadar jika pintu kamar mandi sudah di bukan dan..
Byurrr..
Tembakan shower itu meluncur ke arah sosok pria berkursi roda yang menerima semprotan air yang cukup kencang.
Moa yang melihat Zhen di sana sontak terkejut tapi tidak dengan baby Zoe yang bertepuk tangan dengan tawa gembiranya.
"Daddy!! Daddy!!"
Moa hanya bisa menelan ludah. Walau ia tak takut tapi ekspresi Zhen kali ini benar-benar membuatnya merinding.
...
Vote and like sayang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Denzo_sian_alfoenzo
bapaknya monster ibunya iblis lengkap sudah bodyguard nya zoe
2023-09-16
3
Ibelmizzel
karya author ini ❤️❤️❤️❤️❤️pokokny.
2023-09-16
0
Nazwaputri Salmani
Moa sini tak kasih tau tutorial mengurus bayi
2023-09-13
0